Karena tempat yang mereka tuju tidak jauh dari kantor, hanya 15 menit menggunakan kendaraan pribadi mereka sudah tiba di pusat perbelanjaan yang sesuai dengan tempat yang mereka janjikan.
Karena Jane, Veronica dan Ayumi tidak membawa kendaraan, mereka menumpang di mobil Vincent. Sedangkan Iris menggunakan mobil pribadinya bersama Maya. Sepanjang perjalanan Maya akan mengoceh dan menyumpahi seberapa buruk Tiffany. Sedangkan Iris hanya tertawa ketika mendengar umpatan demi umpatan Maya untuk Tiffany. Bahkan ia sampai mengeluarkan air mata di sudut matanya.
Well, Maya berusaha untuk menghibur dirinya yang masih bersedih. Dan Iris sangat berterima kasih akan hal itu.
Setelah puas mengumpat, Maya mendesah. “Baguslah kau sudah sadar. Kau tidak tahu betapa leganya aku ketika kau menyadari sikap busuk Tiffany.”
Berada di kursi pengemudi, Iris hanya memberikan senyum tipis pada Maya lalu kembali melihat ke jalan.
Di lantai dasar, Iris menghubungi Tiffany. Dalam beberapa dering, barulah Tiffany mengangkatnya.
“Hei, aku dan Gavin berada di cafe lantai tiga. Di mana kamu, Iris?”
“Kami baru tiba. Aku akan menyusul kalian.” Menyimpan ponselnya, Iris menatap teman-temannya, “Mereka ada di lantai tiga.”
Rombongan mereka menuju elevator terdekat. Sampai di lantai 3, pintu elevator terbuka. Sepanjang perjalanan teman-teman Iris menuju café yang dituju penuh dengan pembicaraan.
“Iris,” panggil Vincent yang berada di belakang para wanita membuat Iris menoleh. “Bagaimana dengan perkembangan terbaru tentang produk perawatan wajah?”
Iris yang mulai bersikap profesional menjelaskan dengan teliti. “Awalnya yang saya kira akan memakan waktu lebih dari tiga bulan nyatanya bulan depan pabriknya sudah bisa digunakan. Sebelumnya juga saya sudah melihat hasil uji cobanya dan cukup memuaskan. Selain saya pribadi yang menggunakannya; Maya, Jane, Veronica dan Ayumi juga menjadi penguji.”
“Ah, Maya sudah mengatakannya padaku.”
Iris mengangguk pelan. “Lalu untuk para karyawannya, saat ini saya baru bisa mengumpulkan karyawan di pabrik. Sedangkan untuk di bagian kantornya, saya akan usahakan paling lambat minggu depan sudah bisa masuk....”
Tanpa Iris sadari, mereka berjalan sangat perlahan di belakang Jane dan yang lainnya.
Vincent mengangguk. “Sebenarnya aku kurang mengerti tentang produk kecantikan. Tapi aku sedang belajar beberapa hal tentang itu. Apakah kau sudah memiliki nama untuk merk tersebut?”
Iris menggeleng. “Saya masih memilih antara INEFFABLE atau GODDESS. Dan mungkin besok saya akan meminta pendapat nama lain dari Pak Richard.”
“Nama-nama yang bagus. Memang sulit untuk memilih. Tapi ....” Vincent memujinya membuat Iris bergumam terima kasih. “GODDESS .... Terdengar mudah menarik publik, menurut pendapatku.”
“Hm... Ya. Saya juga berpikir seperti itu sebelumnya. Kalau begitu, saya akan kembali mempertimbangkannya. Terima kasih atas sarannya Pak Vincent.”
Vincent tersenyum saat menepuk bahu Iris. “Sudah seharusnya begitu. Aku menolong partner-ku. Ke depannya kita akan saling berkomunikasi mengenai merk ini. Jika ada apa-apa jangan sungkan untuk meminta pendapatku. Kita bisa saling berbagi masalah dan pikiran tentang pekerjaan.”
Iris mengangguk. “Baik, Pak Vincent.”
***
“Oh itu mereka!” Tiffany melambaikan tangan dengan penuh semangat kepada Jane dan yang lainnya.
Sedangkan tatapan tajam Gavin terfokus di belakang teman-teman Iris. Iris berada di belakang teman-temannya sedang berjalan berdampingan dengan CEO baru perusahaan ayahnya.
Baru sadar, Tiffany bertanya dengan sengaja. “Loh, siapa itu di sebelah Iris?”
Tidak menjawab, Gavin hanya memperhatikan tangan Vincent memegang pundak istrinya dalam diam.
“Sepertinya mereka cukup dekat ....” Ujar Tiffany lagi.
“Kalian berdua sudah lama menunggu?” tanya Maya menghampiri Gavin dan Tiffany dengan pandangan tidak suka.
Bagaimana ia tidak suka? Gavin dan Tiffany duduk bersebelahan padahal istrinya ada di sini. Apakah pria itu tidak bisa menutupi hubungan mereka? Dasar!
“Tidak. Kami juga baru sampai dan kebetulan mencari tempat untuk bersantai.” Tiffany menjawab.
Ketika Iris dan Vincent tiba, tatapan Gavin pada Iris semakin intens. Membuat Iris memalingkan wajahnya.
“Bagaimana jika kita berbelanja sekarang?” saran Ayumi yang disambut semangat oleh yang lain.
“Kalau begitu saya dan Pak Gavin akan menunggu di sini sambil mengobrol.” Vincent tersenyum.
“Oke.”
Mereka segera menuju salah satu toko merk pakaian terkenal.
“Selamat datang, Nyonya Muda Mikhail.” Pelayan wanita menyapa Iris dengan ramah kemudian teman-teman Iris dan Tiffany yang tak kalah ramah.
Well, tentu saja ia mengenal Iris. Iris adalah anak dari pemilik tempatnya bekerja, juga fakta bahwa Iris adalah istri dari Gavin Mikhail sudah tersebar luas.
“Gaun ini terlihat cantik!” Maya bergumam kepada Iris.
Iris memperhatikan gaun berwarna lilac sepanjang mata kaki tanpa lengan. Ada dua belahan panjang di kaki kanan dan kirinya.
“Ini merupakan gaun edisi musim semi mendatang.” Pelayan tersebut berkata dengan antusias. “Jika dipadukan dengan warna kulit Anda, akan terlihat sangat mengagumkan.”
“Aku akan mencobanya kalau begitu.”
Ketika Maya ingin berjalan menuju kamar ganti di toko tersebut, Iris segera menahannya. Iris mengambil pakaian pilihan Maya dari tangannya lalu memberikan gaun yang Iris pilih. Warna yang lebih gelap namun lembut dengan bagian belakang punggungnya akan terekspos. Terkesan cantik dan memikat.
“Coba yang ini saja. Warnanya terkesan berkharisma, cocok untukmu.”
“Um, oke. Aku akan mencoba ini saja.”
Iris tersenyum melihat kepergian Maya. Setelah itu ia kembali melanjutkan mencari-cari gaun lain.
Tepat saat itu juga, Tiffany mendekat. “Iris—”
“Oh Iris, apakah ini cocok untukku?” Tanya Veronica seraya menunjukkan gaun V-Neck berwarna emerald sepanjang di atas lutut yang cantik.
Iris terpana. “Ini sangat bagus! Ayo coba dulu. Aku ingin melihatnya! Cepat, Roni!”
“Aye aye Captain!”
“Iris, menurutmu yang mana yang paling—” Ucapan Tiffany kembali terhenti. Dan kali ini Ayumi menarik Iris menuju bagian celana panjang.
“Aku ingin membeli ini tapi aku takut aku tidak percaya diri dengan tinggi badanku.”
“Umm .... Wait a minute.” Iris mencari atasan yang cocok untuk celana pilihan Ayumi lalu memberikannya dua pilihan. Yang satu atasan crop berwarna putih, lengan panjang. Satunya lagi atasan rajut turtleneck berwarna coklat gelap. “Aku masih ingat kau memiliki coat panjang berwarna camel, benar? Jika dipadukan dengan rajutan ini, mungkin akan terlihat keren.”
Ayumi mencium pipi Iris dengan gemas. “Aku tidak menyesal telah menjadikanmu dewiku!”
Iris tersenyum. “Bagaimana dengan gaun?"
“Well, sejujurnya aku baru saja membeli gaun 2 hari yang lalu. Akan menghabiskan uang jika aku membeli lagi.”
“Kau wanita yang bijak." Iris berseru, menggoda Ayumi.
“Iris—” Lagi, Tiffany tidak bisa mengajak Iris memilih pakaian untuknya.
“Girls, lihatlah!” Maya keluar dengan gaun pilihan Iris. Mereka menatap Maya dan tidak berhenti memuji keindahan Maya dalam balutan gaunnya.
“Astaga .... Kau sangat cantik! Kau harus menggunakan gaun ini di acara ulang tahun perusahaan Mikhail nanti.” Jane berseru membuat Maya tidak berhenti tersenyum. “Aku yakin setelah dari sana, kau akan menggaet satu atau dua pria kaya.”
Sontak saja mereka tertawa kecil.
“Ya, sangat bagus. Kau terlihat luar biasa.” Iris memujinya dengan tulus.