CLG | PROLOG

818 Kata
Akhirnya! Setelah menyukai seseorang selama 5 tahun terakhir membuahkan hasil. Mereka tidak pacaran, tapi lamaran Gavin yang tiba-tiba membuatnya bahagia. Masih diingatnya bagaimana Gavin melamarnya beberapa bulan yang lalu yang mana membuatnya memerah. Bahkan senyumnya tidak pernah lepas sampai-sampai seorang penata rias profesional dari luar negeri menggerutu namun tetap tersenyum memaklumi. Setelah semua orang selesai melakukan sihir yang menakjubkan pada Iris, mereka pergi dan meninggalkan Iris sendirian di ruangan tersebut. Iris menatap pantulan wajahnya yang bahagia dan memerah, menambah poin kecantikannya. Ingin sekali ia menjerit namun ia tahan mengingat siapa dia dan siapa suaminya mulai hari ini, juga keluarga mereka. Iris Rianna Adinata adalah seorang anak tunggal dan sosialita dari keluarga kaya. Ayahnya, Richard E. Adinata memiliki department store di beberapa titik kota besar di Indonesia. Sedangkan Ibunya, Emiliana adalah seorang wanita anggun yang sering melakukan amal. Lalu suaminya, Gavin Mikhail adalah anak pertama dari Jeffery dan Regina Mikhail. Mereka sudah memiliki bisnis keluarga jauh sebelum Iris lahir. Dapat dikatakan bisnis keluarga Mikhail merupakan usaha turun temurun yang sangat sukses. Dan semua orang mengetahui kerajaan bisnis keluarga Mikhail dengan nama Mikhail Group. Mikhail Group memiliki empat perusahaan besar; dari bidang properti, pertambangan, telekomunikasi, bahkan makanan. Mikhail Group selalu disorot masyarakat dalam dan luar negeri karena kesuksesannya dan juga dianggap sebagai salah satu keluarga kaya raya di Asia. Iris menghela nafas dengan senyum lebarnya. Ia berusaha untuk tidak gugup. Saat ia berdiri, Minah —Nanny yang sudah menjaganya dari kecil masuk ke ruangannya seraya memegang ponsel Iris. “Ini tidak berhenti berdering. Saat saya mengangkatnya, itu langsung berakhir.” Iris mengangkat alisnya. Ia mengambil ponselnya dari tangan Minah dan melihat nomor asing. Sedikit khawatir jika yang menghubunginya ialah orang jahat, tapi ia tetap mengangkatnya. “... Halo?” “... Hati-hatilah dengan kakak beradik itu." Dan sambungan terputus begitu saja. Iris mengerutkan dahinya halus saat menatap nomor asing tersebut cukup lama. Besok ia akan membeli nomor baru dikarenakan orang aneh yang salah nomor. “Siapa itu?” Iris memberikan senyuman hangat. “Hanya salah sambung.” Minah menghela nafas sedih. Ia menatap wajah berbinar Iris lalu menangis. “Minah...” “Tidak apa-apa. Saya hanya terlalu bahagia. Nona sudah besar. Anda semakin cantik, mirip ibumu. Anda bahkan menikah dengan cinta pertamamu. Setelah menikah, Anda akan tinggal di tempat asing. Orang tuamu pasti tidak ingin berpisah denganmu.” Wanita berusia 50an itu kembali menangis hingga membuat Iris tertawa. “Berhentilah, Minah... Aku hanya menikah bukan diculik. Aku akan sering-sering mengunjungi Papi dan Mami.” Minah mengelap ingusnya dengan sapu tangan yang selalu ia bawa. “Nona memang semakin dewasa, umurmu sudah 23 tahun. Tapi menurut saya, Nona masih gadis kecil kami. Bagaimana bisa Tuan Muda itu menikahi anak kecil sepertimu!” Iris kembali tertawa seraya menenangkan Minah. “Minah, apa kau tidak rela aku bahagia?” “Saya sangat ingin melihatmu bahagia. Anda tahu itu lebih dari siapapun. Tapi kenapa secepat ini?!” “Aku akan baik-baik saja jadi kau tidak perlu khawatir. Besok aku akan meminta izin kepada Gavin untuk membawamu bersamaku. Bagaimana?” Minah mengangguk setuju. “Keren. Jadi aku bisa mengirim banyak fotomu kepada Nyonya dan Tuan di rumah.” Sampai sekarang Iris masih merasa geli jika seorang Juminah mengatakan ‘keren’. Tiba-tiba ponsel Iris kembali bergetar. Dan Minah memberikannya. Iris melihat banyak pesan masuk dari nomor yang menghubunginya baru saja. Ia membaca pesan teratas, bergulir semakin ke bawah, dan tubuhnya menegang. ‘Jangan menikahi anak dari keluarga Mikhail’ ‘Pria itu tidak layak untuk orang baik sepertimu.’ ‘Juga, jangan terpengaruh dengan adiknya.’ ‘Dia seorang wanita murahan.’ Iris tidak mampu membaca terlalu banyak lagi. Akhirnya ia menghapus semua pesan dan panggilan masuk dari orang asing tersebut. Kemudian memblokir nomornya. “Ada apa?” Melihat raut wajah Minah yang khawatir, dengan cepat Iris tersenyum. “Aku hanya gugup. Ayo kita turun!” Selama perjalanan menuju lantai dasar Mansion, Iris sama sekali tidak tersenyum. Ia masih memikirkan pesan-pesan tersebut dan bertanya-tanya. Siapa yang menghubunginya dan apa maksudnya? Bagaimana bisa dia memiliki nomornya dan mengenal Iris dan keluarga Mikhail? “Hati-hati dengan kakimu.” Minah berkata saat mereka sudah mencapai tangga. Iris mengerjapkan matanya dan melihat ke bawah. Semua orang sudah berkumpul di pesta pernikahannya dan mata mereka tertuju padanya. Iris bernafas dalam sebelum kembali memasang senyuman manisnya. Dengan bantuan Minah, ia menuruni anak tangga dengan anggun. Matanya berusaha menemukan seseorang tapi ia tidak melihatnya. “Di mana Tiffany?” tanya Iris berbisik. Tiffany adalah adik Gavin yang seumuran dengan Iris. Mereka bertemu saat kuliah di kampus swasta yang sama di Inggris. “Dia tidak enak badan. Sebelum menemuimu, saya membawanya ke kamarnya.” Minah menjelaskan dan Iris mengangguk paham. Sesampai di lantai dasar, Gavin sudah berdiri di hadapannya, tersenyum. Iris menatap wajah tampan pria itu. Senyuman itu ... Senyuman yang membuat Iris jatuh cinta pada pandangan pertama. Ia menyampirkan tangannya pada lengan Gavin. Dan mereka menyapa para tamu undangan dengan bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN