Prolog

586 Kata
Kalau ada sungai di desa boleh kita menumpang cuci Kalau ada salah dan dosa lebih baik kita segera bersuci  ***  Gue juga nggak tahu kenapa bisa sesuka ini sama dia. Menurut lo gue salah, Nes?" Angel mengulangi pertanyaan retorisnya.  "Lo udah beneran setengah sadar ya, Njel? Lo inget kan Pak Zidan udah punya bini, lagi hamil pula!" Suara Ines menggelegar bagai petir menyambar tanpa hujan. Lelah bicara baik-baik. Benar kata orang, kalau sedang dilanda asmara mereka akan mengesampingkan logika demi alasan sebuah rasa tanpa sengaja.   Angel menarik napas panjang. Menyisir rambut dengan jari dan mengikatnya asal. Ia berdecak frustrasi. "Kalau lo merasa temen gue, harusnya lo dukung gue dong, Nes."   "What? Gue dukung temen gue yang jadi pelakor, gitu maksud lo? Pikiran gue masih waras, Njel! Hati gue juga masih ada! Mana mungkin gue bermurah hati dukung hal yang jelas-jelas nggak bener?!"   "Duh, berisik! Terserah deh! Nggak setia kawan banget jadi orang! Yang penting lo nggak bocor ke anak-anak kantor soal Zidan ya! Ini peringatan!" Angel berdiri menanggung kekesalan. Ia menghentak kaki karena tak mendapat dukungan teman baiknya. Ia meninggalkan Ines, hendak masuk ke kamar.   "Hash, dasar malaikat tak bersayap. Susah banget dikasih tahu. Ntar kalau udah ketahuan aja baru tahu rasa. Terserah lah, suka-suka dia aja." Ines mendumel sendiri. Ekor matanya mengikuti punggung Angel yang akhirnya lenyap usai gadis berwajah oriental itu menutup pintu kuat, atau lebih tepatnya membantingnya kasar.   Ines kembali masuk kamarnya dengan perasaan tak menentu. Kurang dari lima belas menit yang lalu, dua matanya berhasil memergoki temannya itu membuka pintu rumah dengan pakaian berantakan serta rambut acak-acakkan. Wajar saja pikiran kotornya merajalela setelah mendapati Zidan juga sibuk membenarkan kancing baju dengan raut gugup.   Ponsel Ines berdering mengganggu kemelut pikirannya. Rupanya dari Anisa, rekan satu divisi di kantornya. Satu hal kilat melintas di benak Ines ketika Anisa menelepon, pastilah tak jauh dari urusan gosip-menggosip semata. Meski malas mendengarkan ocehan gadis rantau itu, tetap saja Ines tak tega mengabaikannya. Bagaimanapun juga, Anisa sering memberinya oleh-oleh eksklusif kue Keukarah dan kopi Gayo. Lumayan buat camilan saat tengah diliputi perasaan galau dan kantong kering.   "Halo, Nes! Gue ada kabar terbaru ter-hot menggemparkan pokoknya!"  Benar kan dugaan Ines. Telinganya langsung senut-senut mendengar suara cempreng Anisa yang masih di atas level kaleng rombeng. Padahal saat nyanyi karaoke di Master Piece suaranya lebih merdu dari penyanyi kafe. Tapi sekalinya ngoceh, dia bisa mengalahkan kemahiran host  acara gosip ter-update di televisi.   "Apa sih, Nis, malem-malem rusuh banget. Salam dulu kek. Udah kayak bom bardir aja lo ngomong," keluh Ines sembari mengusap kuping.   "Astaghfirullah lupa, Nes. Yaudah bentar gue replay ulang."  Seketika telepon mati sebentar. Ines tepuk jidat saat melihat nama Anisa muncul menghubunginya kembali. "Dasar gelo!" sembur Ines sebal. Namun ia sedikit mengulum senyum.  "Hehe. Assalam'mualaikum calon jodoh orang?"  "Wa'alaikumsalam calon jodoh yang masih di-pre order," balas Ines tak mau kalah.  "Ngenes amat gue kayaknya. Eh, gue lanjutin ya hot news-nya."  "Gue ngantuk banget, durasi mepet. Buruan, gue nggak terlalu minat juga," keluh Ines sambil merapikan bantal dan siap ambil posisi rebahan nyaman.  "Itu Nes, tadi kan gue sama Tari pulang paling belakangan. Nah tiba-tiba istrinya Zidan dateng ke kantor lagi. Mukanya kayak penuh tekanan gitu. Terus dia nanya-nanya suaminya gimana di kantor. Dan parahnya, katanya Zidan bohong bilang lembur tapi nggak ada di kantor. Terus tiba-tiba pas gue samperin dia kayak pengen nangis gitu. Kasihan sih. Kayaknya firasat gue bilang, beneran ada pelakor di kantor kita. Dan gue makin curiga sama temen satu kontrakan lo."   =====♡Secret Lover♡===== Langsung di save di library ya gais, kalau kalian gak ingin ketinggalan cerita ini setiap harinya. Kuy, di tap love-nya. Jangan lupa komen juga, biar diriku makin semangat garap naskah ini. Hehe. Terimakasih.  =======================  
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN