BAB 2

971 Kata
Rencana Aditya memperkenalkan Sisil kepada ibunya ingun cepat ia wujudkan. Dia tak ingin menunda keinginannya untu segera menikahi Sisil. Dia memaksa ibunya untuk segera ke Jakarta padahal ibu nya saat ini sedang sibuk dan berjanji akan datang bulan depan. Akhirnya karen bujukan Aditya ibunya mau datang juga. Aditya menatap jam tangannya, beberapa menit lagi kereta akan memasuki stasiun. Saat ini sedang menunggu kedatangan ibunya dari Solo. Aditya bukan orang Solo tapi ibunya asli Jakarta tapi sejak Aditya belum lahir dan ayahnya meninggal ibunya memutuskan pindah ke Solo. Rencana mereka untuk mempertemukan kedua orangtua akan terwujud. Dari kejauhan terdengar pluit kereta, tak lama kemudian kereta memasuki stasiun. Satu persatu penumpang mulai turun. Aditya melihat kearah pintu kereta. Tak lama terlihat seorang wanita separuh baya berwajah cantik turun dari kereta dan melambaikan tangannya kearah Aditya dan Adityapun membalas lambaian itu. Aditya berjalan kearah ibunya mereka berpelukan seakan menumpahkan rasa rindu yang selama ini terpendam. "ibu terlihat semakin sehat dan cantik" "kamu selalu begitu dyt, memuji ibu" "saya senang ibu bisa datang" "demi anak ibu, apa yang tidak ibu lakukan. " "dimana calon mantu ibu mengapa ngak ikut jemput ibu" "Sisil. lagi sibuk bu," "jadi nanti malam kita kerumah Sisil" "jadi dong bu , ayo kita pulang bu" "kamu sepertinya ngak sabaran lagi" ibu memgoda Aditya. Aditya tersenyum dan menarik tangan ibunya. Sepanjang perjalanan Aditya banyak bercerita tentang Sisil. , "kamu yakin dit, ini pilihan mu" "yakin dong , bu makanya Adit mau menikahinya" "menikah itu tidak mudah lho dit, tidak hanya bermodalkan cinta tapi perlu pengorbanan" "siap bu, adit akan berkorban perasaan" Aditya merusaha menghalau kegelisahan ibunya. "kami nih masih bercanda juga" "Bu Adit sudah dewasa, adit tahu setelah ini Adit akan punya tanggung jawab lebih terhadap keluarga Adit" "lalu ibu," "ibu selalu di hati Aditya tak akan tergantinya dan yang paling Adit sayangi" "Sisil sayang ngak ya nanti sama ibu" "sayang dong bu, kan ibu sekarang ibunya juga, jadi harus sayang dong "Jadi orang tua Sisil belum kenal dengan kamu?" "Belum" Adit memjawab dengan santai. "Bagaimana jika mereka tak setuju" "aku akan larikan anak gadis mereka" "Adit"suara ibu terdengar keras. "tidak ibuku sayang, aku hanya bercanda, Sisil sudah menceritakan kepada ayah dan ibunya dan mereka menyerahkan semua keputusan di tangan Sisil sepenuhnya." mobilpun terus melaju di jalanan Jakarta yang ramai. Akhirnya merekapun sampai di rumah Aditya segera menelepon Sisil. "Sil, ibu sudah sampai" "ya, nanti datang jam berapa dit" "sekitar jam delapan" "ok, kami tunggu yach" "ok, by" "by" Aditya masuk kedalam rumahnya dan menyiapkan keperluan untuk nanti malam. ***** Malam itu rumah Sisil terlihat tidak seperti biasanya. Semua orang sibuk. Bik Inah menyiapkan hidangan dan semua telah tertata rapi. Sisil dan Mira ibunya sudah terlihat rapi. "kamu sudah selesai Sil" "sebentar lagi,bu" Sisil kembali merapikan pakaiannya. Dia terlihat cantik dengan gaun sebatas lutut berwarna toska. Sisil terlihat semakin cantik. Sisil menatap dirinya di cermin dan merapikan riasan wajahnya. "Sil, sudah selesai belum" tiba - tiba ibu muncul di kamar Sisil. Mereka terlihat seperti adik dan kakak. Mereka terlihat cantik dengan baju berwarna senada. "bagaimana bu, semua sudah beres" tanya Sisil "sudah, kita hanya menunggu kedatangan rombongan Aditya. "apa ayah benar - benar tak bisa datang ya bu" "ibu juga tidak tahu Sisil, kayaknya ayahmu benar - benar tak bisa meninggalkan kesibukananya" " tapi pernikahan Sisil nanti ayah harus datang ya bu" "harus dong sil, masa pernikahan putri cantiknya dia tidak datang" Sisil dan ibunya keluar kamar dan memeriksa semuanya. mereka takut maa8h ada yang kurang. Tepat pukul 08.00 rombongan keluarga besar Aditya datang. Aditya datang bersama ibu dan beberapa orang lainnya. Aditya megunakan stelan yang berwarna senada dengan Sisil. Disebelahnya ada wanita cantik yang juga mengunakan baju dengan warna senada. Sisil yakin wanita cantik itu adalah ibu Aditya. Rombongan Aditya di sambut dengan ramah. Mereka di persilahkan masuk. Malam itu hanya keluarga inti saja yang hadir. Mereka saling berkenalan. "Semoga anak - anak kita pasangan yang bahagia sampai akhir hidupnya" ibu Aditya memulai percakapan. "iya, bu" Oh, ya saya Mira, ibunya Sisil" " Saya Feni" Mereka saling berjabat tangan. "Saya minta maaf karena ayah Sisil tidak bisa pulang" "ngak apa - apa, yang penting beliau merestui mereka" "Ayah Sisil menyerahkan semua keputusan kepada Sisil". "Tapi nanti kita bisa kenalan kok" "Berapa lama Feni kamu di Jakarta" "mungkin seminggu, soalnya masih ada kerjaan di Solo" "kamu pengusaha ya, " "Ah, tidak juga hanya kecil - kecilan" Femi merendah. Percakapan mereka terhenti ketika Sisil mendekati mereka. "ibu, kita makan dulu yuk" Ajak Sisil. "ayo, Feni kita makan"ajak Mirac Mita mengandeng tangan Feni menariknya kearah meja makan. Mereka makan penuh dengan kegembiraan dan keakraban. "Silakan di makan nak Aditya, ini masakan bik Inah, kalau Sisil belum bisa memasak, masih mau nak Aditya dengan Sisil" "ya, bagaimana nanti mau makan" kedua ibu - ibu itu mengoda Aditya dan Sisil "Nantikan Sisil akan bisa belajar buk, internet sekarang banyak menu masakan dan cara memasaknya" Aditya membela Sisil. "Semoga kalian saling sabar satu dengan yang lainnya" "Kami mohon doa restu ibu, " Sisil menatap ibunya. "kami merestui kalian selama tujuannya baik dan benar" Feni ibu Aditya mengangukan kepalanya tanda ia setuju dengan perkataan Mira ibu Sisil. Selesai makan malam mereka kembali ke ruang tengah. "Rasanya tak perlu kita menanyakan perasaan mereka masing - masing, sekarang bagaimana kelanjutan hubungan kalian" ibu Aditya memulai percakapan. "Kalau mereka sudah sama - sama mau yach kita tetapkan tanggal pernikahan mereka saja" ujar ibu Sisil. "bagaimana dengan ayah Sisil, apa ia tak masalah jika hanya kita yang menetapkan tanggal pernikahannya" " saat ini ayah Sisil sqngat sibuk sehingga ia menyerahkan segala keputusan kepada saya dan Sisil" "baiklah kalau begitu" Sebenarnya mereka tak ingin menunggu waktu lagi. Mereka ingin segera meresmikan hubungan Aditya dan Sisil ke jenjang pernikahan. Malam itu terasa cepat bagi Aditya dan Sisil karena mereka harus berpisah. Malam semakin larut, tapi harapan akan selalu ada. Harapan hari esok yang bahagia.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN