Plak!!!
Satu tamparan cukup keras didaratkan oleh mama Rachel di atas wajah sang puta sulungnya itu setelah mama Rachel melihat dua lembar foto yang kini masih berada di tangan kirinya itu. Wajah merah padam kini tampak sangat jelas jika mama Rachel kini sedang merasa sangat marah kepada Oliver sang putra kembar kesayangannya itu.,
“Kamu nikahi wanita itu Oliver!” ucap mama Rachel dengan nada tinggi kepada sang putra kesayangannya itu.
Oliver yang kini sedang mengusap wajah yang baru saja mendapatkan tamparan dari sang mama lantas menautkan kedua alis saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang mama kepada dirinya. “Menikah? Wanita? Apa maksud mama? Oliver tidak mengerti dengan apa maksud ucapan mama saat ini.”
Mama Rachel memberikan dua lembar foto yang kini berada di tangannya kepada sang putra kesayangannya itu agar sang putra kesayangannya itu dapat melihat apa yang ada di dalam foto itu.
Oliver menautkan kedua alis saat melihat sang mama memberikan dua lembar foto kepada dirinya. Oliver menerima foto itu dari tangan sang mama dengan tatapan penuh tanda tanya ke arah sang mama.
Duarrrr..
Oliver membelalakan kedua bola mata dengan sempurna saat melihat apa yang ada di dalam foto itu. Sungguh.. Oliver tidak pernah menyangka jika wanita yang ada di dalam foto itu akan memberikan foto itu kepada kedua orang tuanya. Oliver meremas foto itu dengan kuat sehingga foto itu kini tidak berbentuk dengan sempurna seperti sedia kali. Oliver menggertakan giginya setelah melihat foto itu. Ya. Oliver merasa sangat marah dengan wanita yang telah menjebak dirinya di dalam sebuah kamar hotel beberapa hari yang lalu.
‘s**t!!! Awas kamu wanita sialan. Aku akan memberikan perhitungan kepada kamu karena kamu telah memberikan foto itu kepada papa dan mama,’ batin Oliver dengan penuh amarah saat ini.
Mama Rachel menautkan kedua alis saat melihat sang putra kesayangannya itu yang kini tampak diam membisu setelah melihat foto yang diberikan oleh mama Rachel.
“Kenapa kamu diam Oliver? Apa kamu sudah menyadari kesalahan apa yang telah kamu lakukan itu?” tanya mama Rachel.
“Oliver dijebak papa dan mama. Oliver tidak pernah melakukan hal memalukan dengan wanita itu papa dan mama,” jawab Oliver.
“Dijebak?” ucap papa Natan seakan melontarkan pertanyaan kepada sang putra sulungnya sembari menautkan kedua alisnya saat ini.
Oliver menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh sang papa. “Iya pa. oliver dijebak sama wanita itu pa. Oliver tidak melakukan apa-apa dengan wanita itu pa.”
Papa Natan terkekeh saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra kesayangannya itu. “Kamu ini enteng sekali bilang seperti itu setelah kamu menikmati hal enak dengan wanita itu Oliver. Papa dan mama tidak pernah mendidik kamu untuk menjadi laki-laki b******k dan tidak bertanggung jawab Oliver. Papa dan mama tidak mau tahu alasan yang kamu berikan kepada papa dan mama, Oliver. Papa dan mama minta kamu untuk menikahi wanita itu dalam waktu secepatnya sebelum aib kamu itu tersebar luas ke rekan bisnis papa dan kamu, Oliver.”
“Oliver tidak mau pa. Oliver tidak mau menikah dengan wanita itu pa. Oliver tidak pernah melakukan kesalahan itu papa dan mama. Oliver dijebak sama wanita itu papa dan mama,” balas Oliver tetap bersikeras dengan pola pikirnya itu.
“Oliver.. Kamu harus menikahi wanita itu suka atau tidak suka. Kamu harus bertanggung jawab dengan apa yang telah kamu lakukan dengan wanita itu Oliver. Papa dan mama tidak pernah mengajarkan kamu menjadi laki-laki yang pengecut Oliver,” sambung papa Natan.
Oliver berdesis setelah mendengar apa yang diucapkan oleh sang papa kepada dirinya. “Tidak pa. Oliver tidak mau menikah dengan wanita itu sampai kapanpun papa dan mama.” Oliver melangkahkan kaki menaiki anak tangga meninggalkan papa Natan dan mama Rachel yang masih berada di ruang tengah keluarga rumah milik mereka berdua itu.
Huft..
Mama Rachel menghela nafas kasar setelah mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra kesayangannya itu. Sungguh.. Mama Rachel merasa sangat kecewa dengan sikap yang ditunjukan oleh sang putra kesayangannya itu kepada dirinya dan sang suaminya saat ini. Apalagi Oliver tetap bersikeras bertahan dengan sikap keras kepala yang diturunkan oleh sang suami kepada kedua anak mereka itu.
Mama Rachel menatap ke arah sang putra kesayangannya itu yang kini sedang menaiki anak tangga menuju ke lantai dua di mana kamar sang putra kesayangannya berada itu. Rasa kecewa itu tidak dapat dihilangkan dari wajah wanita paruh baya yang masih tampak cantik di usianya yang tidak lagi muda saat ini.
“Kalau kamu tidak mau menikahi wanita itu. kamu lebih memilih mama untuk pergi meninggalkan dunia ini Oliver,” ucap mama Rachel dengan berteriak agar sang putra kesayangannya itu dapat mendengar dengan jelas apa yang diucapkan oleh dirinya saat ini.
Duarrrr..
Papa Natan dan Oliver tercengang saat mendengar apa yang diucapkan oleh mama Rachel kepada Oliver saat ini. Oliver bahkan menghentikan langkah kakinya saat Oliver sampai di tengah anak tangga setelah mendengar ucapan sang mama.
“Mama tidak usah becanda sama Oliver. Oliver tidak akan pernah menikahi wanita itu sampai kapanpun ma. Walaupun mama mengancam Oliver agar Oliver bersedia menikahi wanita itu. Oliver tetap tidak akan pernah menikahi wanita itu ma,” ucap Oliver tanpa mengalihkan perhatian ke arah sang papa dan sang mama saat ini.
Mama Rachel membelalakan kedua bola mata dengan sempurna saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra kesayangannya itu yang sangat jauh dari apa yang ada di dalam benak mama Rachel saat ini. “Apak amu pernah melihat mama becanda selama ini Oliver?”
Deg..
Jantung Oliver berdetak dengan kencang dan tidak normal setelah mendengar ucapan sang mama. Ya. Oliver tahu jika sang mama itu tidak pernah becanda selama ini. Apa yang diucapkan oleh sang mama selalu menjadi kenyataan selama ini sehingga Oliver merasa khawatir jika sang mama akan benar-benar membuktikan apa yang diucapkan oleh sang mama kepada dirinya beberapa waktu yang lalu.
Mama Rachel mengulum senyuman saat melihat sang putra kesayangannya itu kini tampak sedang diam seribu bahasa di tempat berdirinya itu. Ya. Mama Rachel yang dapat mengerti bagaimana sifat dan karakter kedua buah hatinya bersama dengan sang suaminya itu akan dengan mudah membolak balikan hati kedua buah hatinya itu tanpa harus berpikir keras seperti saat ini. Namun mama Rachel tetap harus melanjutkan akting kepada sang putra kesayangannya itu agar sang putra kesayangannya itu tidak merasa curiga dengan apa yang kini sedang dilakukan dan direncanakan oleh mama Rachel.
Mama Rachel melangkahkan kaki menuju kea rah meja kecil yang berada tidak jauh daru tempat dirinya berada saat ini. Mama Rachel mengambil satu buah benda tajam dari dalam laci meja itu lalu menempatkan di atas nadi tangan mama Rachel.
“Kalau kamu diam seperti itu tandanya kamu lebih memilih mama untuk pergi meninggalkan kalian semuanya saat ini. Baiklah.. Jika itu keinginan kamu. Mama akan pergi meninggalkan kalian semua di dunia ini.
Oliver terkesiap saat mendengar ucapan sang mama yang pasti akan menjadi kenyataan itu. Oliver mengalihkan perhatian ke arah sang mama yang kini sedang menempelkan pisau di nadi tangan kirinya itu.
“Oke. Oliver akan menikahi wanita itu..”