“Oke. Oliver akan menikahi wanita itu..”
Mama Rachel mengulas senyuman bahagia saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang putra kesayangannya itu kepada dirinya. Ya. Mama Rachel merasa sangat yakin jika sang putra kesayangannya itu tidak akan mungkin membiarkan dirinya pergi atau bersedih saat ini. Mama Rachel telah dapat menebak jika putra kesayangannya itu tahu bagaimana sifat dan karakter dirinya yang tidak mungkin berbohong atau berdusta dengan ucapannya hanya untuk mengancam sang putra kesayangannya itu.
“Apa yang kamu katakan kepada mama tadi itu benar Oliver?” tanya mama Rachel saat sang putra kesayangannya itu kini telah berada di hadapan dirinya dan sang suami.
“Iya ma. Oliver akan menikahi wanita itu demi ma,” jawab Oliver dengan singkat tanpa menunjukan ekspresi di wajah cantiknya itu.
Mama Rachel mendekap tubuh sang putra kesayangannya itu dengan erat dan penuh rasa sayang. “Iya sayang. Terima kasih iya Oliver anak kesayangannya mama.”
“Kamu bawa wanita itu ke rumah ini untuk berkenalan dengan papa dan mama. Papa dan mama akan menunggu kamu dengan wanita itu besok,” sahut papa Natan yang merasa kesal dengan sang putra kembarnya itu.
Oliver terkesiap saat mendengar apa yang diucapkan oleh sang papa kepada dirinya saat ini. Sungguh.. Oliver tidak percaya dengan apa yang diucapkan oleh sang papanya itu.
“Apa pa? Besok? Apa itu tidak terlalu cepat pa? Oliver juga baru mengenal wanita itu pa,” jawab Oliver sembari melontarkan pertanyaan kepada sang papa.
“Iya Oliver. Kamu besok harus membawa wanita itu ke rumah. Kita akan membahas tentang pernikahan kamu dan wanita itu besok. Papa tidak menerima penolakan!” sambung papa Natan.
“Tapi pa—” Oliver tidak melanjutkan ucapannya karena sang papa telah beranjak dari tempat duduknya lalu melangkahkan kaki menaiki anak tangga menuju ke kamar kedua orang tuanya yang berada di lantai dua rumah keluarga besar laki-laki tampan itu.
“s**t!!!” umpat Oliver dengan sangat kesal dengan semua yang sedang terjadi di dalam hidupnya saat ini.
“Aku akan menikahi kamu w***********g. Tapi kamu jangan harap akan mendapatkan kebahagiaan setelah menikah dengan aku nanti. Jangan harap kamu akan mendapatkan cinta dari aku nanti. Tidak akan pernah ada cinta dari aku untuk kamu w***********g. Kamu berhasil dengan rencana kamu. Aku juga akan berhasil dengan rencana aku nanti. Kamu tunggu saja pembalasan dari aku,” sambung Oliver dengan mata menyalang penuh dendam kepada wanita itu saat ini.
***
“Apa jadwal aku hari ini?” tanya Oliver kepada sahabat baik sekaligus asisten pribadinya Rangga.
“Jadwal kamu tidak terlalu pada hari ini. Kamu hanya memiliki satu meeting saja setelah makan siang nanti,” jawab Rangga sembari melihat jadwal Oliver yang berada di macbook saat ini.
“Apa kamu mengenal salah satu karyawan kita ini?” tanya Oliver sembari menunjukan satu lembar foto kepada Rangga.
Rangga mengambil foto yang masih berada di tangan Oliver lalu melihat foto yang diberikan oleh Oliver. “Bukannya ini karyawan teladan di kantor kamu tahun ini? Falisha Hanafi. Ada apa memangnya Oliver? Apa karyawan ini membuat masalah di perusahaan?” Rangga melontarkan pertanyaan bertubi-tubi kepada Oliver sembari menautkan kedua alisnya saat ini.
Huft..
Oliver menghela nafas kasar setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Rangga. Oliver sempat terkesiap dalam beberapa detik setelah mengetahui jika wanita yang telah menjebak dirinya itu karyawan teladan di perusahaan milik dirinya.
“Aku akan menceritakan kepada kamu nanti. Aku minta tolong kamu panggil karyawan ini. Kepala aku pusing sekali Rangga,” balas Oliver.
“Iya Oliver. Aku akan memanggil Falisha saat ini. Permisi,” sambung Rangga.
“Iya Rangga. Terima kasih,” seru Oliver.
“Iya Oliver,” tukas Rangga.
Rangga melangkahkan kaki pergi keluar meninggalkan ruangan pribadi sahabat baiknya itu setelah berpamitan kepada Oliver dan mendapatkan jawaban dari sahabat baik sekaligus atasannya itu.
Tok..
Tok..
Tok..
Suara ketukan pintu mengalihkan perhatian Oliver yang sedang memeriksa berkas pekerjaan di atas meja.
“Masuk,” titah Oliver dari dalam dengan nada tinggi.
Ceklek..
Falisha memutar knop pintu dengan pelan setelah mendapatkan ijin masuk dari pemilik ruangan yang berada di dalam sana saat ini.
Falisha melangkahkan kaki dengan ragu dan penuh rasa takut masuk ke dalam ruangan pribadi atasannya yang terkenal killer itu. Namun Falisha berusaha untuk tetap bersikap dengan tenang setelah berada di dalam ruangan pribadi Oliver.
“Permisi. Mohon maaf ada apa iya Pak Oliver memanggil saya ke dalam ruangan?” tanya Falisha dengan nada sopan.
Oliver yang sedang fokus memeriksa berkas pekerjaan seketika mendongakan kepala setelah mendengar suara lembut wanita yang tidak jauh dari dirinya berada saat ini.
Oliver menatap sosok wanita yang sedang berada di hadapan dirinya dari ujung rambut hingga ujung kepala saat ini.
Falisha yang merasa risi mendapatkan tatapan seperti itu dari atasannya seketika menjadi gugup dan berusaha memperbaiki sikapnya.
“Kamu yang namanya Falisha?” tanya Oliver dengan nada dingin.
Falisha menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh atasannya itu kepada dirinya. “Iya pak Oliver. Saya Falisha. Mohon maaf ada apa iya Pak Oliver memanggil saya? Apa saya telah melakukan kesalahan dalam bekerja Pak Oliver?”
Oliver berdecih saat melihat sikap polos wanita yang dianggap jalang oleh dirinya itu saat ini. Oliver mengambil satu lembar foto yang berada di atas meja kerjanya lalu melemparkan dengan kasar ke arah Falisha.
“Apa kamu bisa memberikan penjelasan tentang foto itu?” tanya Oliver dengan nada dingin dan tatapan tajam ke arah karyawannya itu.
Falisha mengambil foto yang tergeletak di atas lantai lalu membalik foto itu agar dirinya dapat melihat dengan jelas apa yang ada di atas kertas berwarna putih itu.
Duarrrr..
Bagai disambar petir di siang bolong, Falisha tercengang saat melihat apa yanga da di dalam foto itu saat ini. Tubuh Falisha seketika membeku saat melihat gambar yang tertera difoto itu. Mulut Falisha bahkan terasa kelu saat hendak menjawab apa yang ditanyakan oleh atasannya tentang foto itu.
“Kenapa kamu diam? Apa rencana yang sedang kamu mainkan dengan mengirim foto itu ke orang tua sayang?” tanya Oliver lagi dengan nada tinggi dan kesal saat karyawannya itu belum menjawab apa yang ditanyakan oleh dirinya beberapa saat yang lalu.
“Rencana apa pak Oliver? Saya sedang tidak memiliki rencana apa-apa pak Oliver,” jawab Falisha sembari melontarkan pertanyaan kepada atasannya dengan kedua alis yang saling bertautan saat ini.
“Kamu tidak usah berbohong kepada saya. Apa tujuan kamu mengirimkan foto ini kepada orang tua saya? Apak amu ingin menjadi istri saya dan memiliki semua harta saya?” sambung Oliver dengan menuduh kepada Falisha.
Lagi dan lagi Falisha tercengang saat mendengar apa yang diucapkan oleh atasannya itu. Sungguh.. Falisha tidak mengerti apa yang diucapkan oleh Oliver kepada dirinya.
“Saya benar-benar tidak memiliki rencana apa-apa sama pak Oliver..”