Kemarahan Oliver

1043 Kata
Oliver merasa sangat kesal kepada karyawannya itu yang tetap keras kepala dan mengelak jika karyawan itu tidak melakukan seperti yang dituduhkan oleh dirinya saat ini. Emosi dan amarah Oliver semakin menyelimuti di dalam dirinya saat Falisha membantah semua tuduhan dari Oliver hari ini. Brak!!! Oliver menggebrak meja kerjanya karena tidak dapat mengendalikan emosi yang menyelimuti di dalam dirinya saat ini. Tatapan menghunus tajam diarahkan Oliver kepada karyawan yang bernama Falisha itu. “Kamu jangan terus membantah apa yang saya katakan saat ini. Kamu cukup mengakui saja semua ini. Kamu sengaja menjebak aku agar masuk ke dalam permainan kotor kan?” ucap Oliver dengan nada tinggi dan tatapan tajamnya itu. Falisha terkesiap saat melihat apa yang dilakukan oleh atasannya itu. Ada rasa takut yang menyelimuti di dalam diri Falisha dengan suasana yang terjadi di dalam ruangan pribadi atasannya itu. Namun Falisha tetap berusaha untuk tetap bersikap tenang dan menyembunyikan rasa takut itu dari atasannya. “Saya benar-benar tidak pernah melakukan apa yang Pak Oliver tuduhkan hari ini. Saya juga tidak tahu apa-apa tentang foto itu pak Oliver,” balas Falisha dengan nada sopan. “Kamu yang memulai semua masalah ini. Kamu juga yang harus menyelesaikannya. Saya tidak mau tahu dengan semua masalah dan kekacauan yang telah kamu buat saat ini. Kamu ikut saya ke rumah untuk bertemu dengan kedua orang tua saya setelah jam kerja kamu habis di kantor ini. Kamu tidak usah banyak bertanya kepada saya karena saya yakin ini yang kamu inginkan bukan? Orang tua saya ingin tahu siapa kamu malam hari ini,” sambung Oliver dengan anda dingin. Falisha hendak membuka mulut menjawab apa yang diucapkan oleh atasannya itu. Namun Falisha mengatupakn mulut kembali saat mendengar suara bariton yang tidak asing bagi dirinya masuk ke dalam indera pendengarannya. “Saya tidak menerima penolakan! Kamu keluar dari ruangan saya saat ini!!!” bentak Oliver. Falisha yang sempat terkesiap dalam waktu beberapa detik lantas memutar tubuh lalu melangkahkan kaki meninggalkan ruangan pribadi atasannya itu untuk kembali ke kubikelnya setelah berpamitan kepada atasannya itu. *** Naya menautkan kedua alis saat melihat sahabat baiknya itu sedang melangkahkan kaki sembari menekuk wajahnya menuju ke kubikel yang berada di samping dirinya hari ini. Banyak tanya di dalam benak Naya tentang apa yang terjadi kepada sahabat baiknya itu setelah dipanggil oleh atasan mereka berdua di perusahaan. “Kamu kenapa Ca?” tanya Naya setelah Falisha yang biasa disapa akrab Caca itu duduk di kubikelnya. Falisha menggelengakn kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Naya kepada dirinya. “Aku tidak apa-apa Naya. Ayo.. Kita kerja lagi Naya.” Falisha berusaha untuk mengalihakn topik pembicaraan kepada Naya. Huft.. Naya menghela nafas berat setelah mendengar apa yang diucapkan oleh Falisha kepada dirinya. Naya yang tidka ingin berdebat dengan sahabat baiknya itu mengingat masih jam kerja lantas memutuskan untuk mengikuti apa yang diminta oleh Falisha. Naya yang merasa penasaran dengan apa yang terjadi di antara sahabat baiknya dan atasannya itu terus menatap ke arah Falisha yang sedang mengerjakan laporan di hadapan wanita cantik itu. “Ca.. Apak amu beneran tidak mau cerita kepada aku apa yang telah terjadi kepada kamu dan pak Oliver tadi?” ucap Naya tanpa mengenal kata menyerah mencoba untuk mencari tahu apa yang telah terjadi kepada sahabat baiknya itu. “Naya Putri Kirana orang yang cantik, baik dan slengean. Kita masih jam kerja ini iya sayangku cintaku. Kita lebih baik melanjutkan pekerjaan daripada kita akan mendapatkan masalah nanti. Kamu tahu sendiri kan bagaimana atasan kita yang super duper galak, nyebelin dan mau menang sendiri? Kamu tidak mau mendapatkan hukuman kan dari atasan kita hari ini?” jawab Falisha dengan sengaja meledek sahabat baiknya itu yang masih menatap ke arah dirinya. Naya berdecak kesal saat mendapatkan ledekan dari Falisha. “Kamu itu iya memang menyebalkan sekali. Kamu bisa apa tidak sih serius Ca? Aku benar-benar sedang bertanya serius sama kamu. Kenapa kamu menjawab dengan becanda seperti itu?” Falisha terkekeh saat melihat ekspresi Naya yang tampak sedang merasa kesal kepada dirinya. "Kamu ingin aku kasih tahu apa tidak yang telah terjadi di dalam ruangan atasan kita tadi?” Naya menganggukan kepala menanggapi apa yang diucapkan oleh Falisha. “Iya Ca. Aku ingin tahu banget Ca. Kamu tidak usah bertanya juga kamu juga tahu jika aku kepo sama apa yang telah terjadi di antara kamu dan pak Oliver tadi.” Falisha mengulas senyuman manis ke arah sahabat baiknya itu. “Naya sahabat aku yang paling baik dan sengklek. Kamu lebih baik selesaikan pekerjaan terlebih dahulu agar kita cepat bisa pulang hari ini. Aku akan menceritakan semua sama kamu apa yang telah terjadi di antara aku dan atasan kita setelah pulang kerja nanti. Kita akan melepaskan lelah di café biasa sejenak. Apak amu mau Naya?” “Apa kamu serius Ca? Tapi bagaimana dengan ibu panti kamu kala pulang terlambat hari ini? Kamu pasti akan dimarahin habis nanti,” balas Naya dengan menekuk wajahnya. “Kamu tenang saja iya Naya. Insha Allah aku tidak akan dimarahi sama ibu panti karena pulang terlambat hari ini. Kalau aku dimarahin sama ibu panti bukannya itu sudah hal biasa bagi aku selama ini? Aku juga bisa mengatasi kemarahan ibu panti dengan baik kan Naya selama ini?” sambung Falisha sembari meyakinkan sahabat baiknya itu yang telah mengetahui bagaimana kisah hidupnya selama ini. “Iya Ca. Tapi kamu yang traktir kan iya Ca?” seru Naya. “Iya Naya. Aku yang akan traktir kamu hari ini,” ucap Falisha. “Kamu memang sahabat yang baik Ca,” balas Naya memuji sahabat baiknya itu. “Kamu sahabat tidak ada akhlak,” sambung Falisha sembari menahan tawanya setelah meledek sahabat baiknya itu. “Caca..” teriak Naya dengan rasa kesal yang menyelimuti di dalam dirinya saat ini. “Berisik. Kerja lagi sana,” tukas Falisha. Naya yang menyadari jika dirinya menjadi pusat perhatian teman kerja yang lain lantas menggaruk tengkuk yang tidak gatal dan meringis menunjukan deretan gigi yang putih dan bersih ke arah sahabat baiknya itu lantas memutuskan untuk melanjutkan pekerjaan yang sempat ditunda oleh Naya beberapa saat yang lalu. Falisha hanya menggelengkan kepala melihat sikap sahabat baiknya itu yang selalu seenaknya sendiri selama ini. Namun Falisha tidak pernah mengeluh atau protes dengan tingkah laku absurd sahabat baiknya itu karena Falisha akan mendapatkan hiburan saat Naya bersikap seperti itu selama ini. “Dasar sahabat tidak ada akhlak..”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN