Violet dan Mentari dengan kompak langsung menengok ke arah yang dimaksud oleh Trias barusan, yaitu melihat ke arah pintu masuk.
Rezky sedang memasuki restoran ini seorang diri, dan nampak sedang memesan makanan di depan sana.
"Gimana kalau kita samperin, Tar?" usul Trias yang langsung disetujui oleh Mentari.
"Ide bagus! Yuk, kita ke sana," ucap Mentari dan langsung beranjak pergi terlebih dahulu.
Violet yang melihat kedua sahabatnya begitu terobsesi untuk melabrak Rezky, hanya bisa membuatnya menggeleng saja.
"Untuk apa sih kalian ke sana?" tanya Violet pada Trias yang hendak bangun dari tempat duduknya tersebut.
Trias menatap Violet dengan kepala yang condong di hadapannya. "Aku dan Mentari hanya ingin menanyakan aja, dan sekalian mengucapkan selamat."
"Untuk apa tapi?" Violet menghela napasnya kasar.
"Untuk memastikan apa reaksi yang diberikan olehnya," ucap Trias simple.
Violet membiarkan begitu saja apa yang dilakukan oleh kedua sahabatnya itu. Mungkin mereka membutuhkan sedikit hiburan, dan bisa jadi ia sendiri yang membutuhkan hal tersebut.
Trias yang hendak melangkah pergi, kini menghentikan langkah kakinya dan menoleh ke arah Violet. "Kamu cukup liat kita dari sini, dan jangan beranjak apalagi pergi, denger kan?"
"Iya, aku denger! Kalian jangan buat keributan, inget ini tempat umum!"
"Siap, Vi!"
Trias kini meninggalkan Violet sendirian di meja tersebut, sedangkan ia dan Mentari hendak menghampiri Rezky yang kebetulan tengah berada di satu tempat yang sama.
Mentari sudah berdiri di samping Rezky. Ngomong-ngomong ia kenal dengan baik kekasih dari sahabatnya tersebut, karena sudah biasa untuk berkumpul bersama sebelum akhirnya berubah menjauh.
"Hay, Ky!" sapa Mentari dengan satu tangan yang menyampir pada meja resepsionis.
Rezky kini menoleh ke arah Mentari, dan tersenyum. "Hay, Tar! Kamu ada di sini juga?" tanya Rezky dengan senyum yang ramah.
"Oh iya, kebetulan banget kita ketemu di sini ya," ucap Mentari santai.
"Haha ... iya bener juga." Rezky tertawa renyah, dan wajahnya tidak ada curiga sama sekali.
Trias berdiri dan menghampiri Mentari. Ia berakting seperti tidak melihat wajah dari Rezky, dan menegur sahabatnya untuk cepat duduk di salah satu meja, ini hanya akting saja.
"Tar! Lo ngapain sih ada di sini? Kita duduk di sana aja, yuk!" Trias mengedipkan salah satu matanya pada Mentari.
"Bentar! Ini ada Rezky loh di sini," tunjuk Mentari dengan dagunya.
Trias kini melihat ke belakang, dan benar saja ia melihat Rezky yang tengah tersenyum. Cih! Sok manis sekali ini anak, ingin sekali rasanya untuk menampar.
Trias tersenyum tipis, padahal rasanya malas sekali berbasa-basi dengan orang yang sudah mengkhianati sahabatnya tersebut. "Ke sini bareng siapa?" tanya trias to the point.
"Aku ke sini sendirian aja sih," kata Rezky dengan tangan yang menyugar rambutnya ke belakang.
"Vivi gak ikut?" Mentari kini ikut bertanya.
"Hmm ... kebetulan gak kali ini," ucap Rezky. Ia menatap kedua sahabat dari Violet tersebut. "Apa kalian sedang bersama Vivi?"
Mentari menggeleng begitu saja. "Tidak! Kamu bisa liat sendiri, di sini hanya ada kita berdua."
Trias maju satu langkah untuk mendekat pada Rezky, dan wajah yang menampilkan senyum smirk. "Denger-denger ... kamu mau nikah ya, Ky?"
Rezky dengan tenang langsung saja memberikan jawaban dengan sebuah anggukan. Ia bahkan tidak perduli sama sekali dengan perasaan Violet, yang seandainya tau percakapan ini.
"Iya, aku bentar lagi mau nikah. Kalian tau dari mana itu?" tanya Rezky dengan mata yang kini mulai menyipit.
Trias dan Mentari langsung saling beradu pandang. Mereka bahkan cukup terkejut dengan apa yang diucapkan oleh Rezky barusan, dan rasanya ini seperti mimpi saja. Seketika langsung berpikir apa yang dirasakan oleh Violet malam itu? Pasti sakit sekali.
"Oh, ternyata benar! Selamat ya!" seru Mentari yang didengar oleh Violet di meja paling ujung, karena saking cempreng suaranya.
Trias menggeleng. "Btw, sama Vivi bukan? Kok kita gak tau menau sih soal ini?"
"Bukan sama Vivi. Ngomong-ngomong sahabat kalian itu ... tidak pantas untuk menjadi istri aku."
Trias dan Mentari seketika membungkam mulutnya sendiri dengan tangan mereka, ini bisa dibilang pernyataan yang terbalik sih.
"Waw! Terus yang pantas itu siapa? Hmm, maksudku itu ... siapa calon istrimu?" tanya Mentari dan Trias hampir bersamaan.
"Namanya ... Nahwa!" Rezky tersenyum simpul.
Tengah asyiknya berbincang, terdengar suara yang memanggil nama Rezky dari kasir tersebut.
"Maaf, Pak Rezky! Ini pesanannya sudah siap," ucap salah satu pelayan tersebut dengan tangan yang memberikan tote bag yang berisikan pesanan tersebut.
Rezky menoleh dan segera saja mengambil uluran tote bag yang diberikan oleh pelayan tersebut padanya. "Terima kasih!"
"Trias, Tari, aku pulang duluan. Nanti jangan lupa datang ke acara aku," pesan dari Rezky sebelum pergi dari restoran tersebut.
Trias dan Mentari hanya mengangguk sebentar dan membuang muka. Rasanya malas sekali untuk hadir di sebuah acara yang diselenggarakan oleh seorang pengkhianat seperti Rezky.
Trias kini menoleh ke arah Mentari yang masih memandang ke arah pintu keluar tersebut. "Coba kamu lihat, bagaimana dia menghina Vivi tadi."
"Ya Tuhan! Aku bener-bener kesel sama itu laki, mending dia tampan atau kaya gitu, ini sama sekali tidak dan belagu sekali," oceh Trias geram.
Mentari mengangguk membenarkan apa yang diucapkan oleh Trias. Ia bahkan hampir menampar mulutnya saat merendahkan Violet, hanya saja ingat jika ini tempat umum dan tidak etis untuk berbuat keributan seperti itu.
"Bukan kamu doang yang kesel, aku pun sama!" adu Mentari dengan tangan yang merangkul bahu Trias, dan mengajaknya untuk kembali pada tempat Violet berada saat ini.
Trias mengikuti langkah kaki Mentari, dan mereka berjalan cepat karena kasian sedari tadi Violet seorang diri di mejanya.
"Gak usah diceritain lagi apa yang tadi kita obrolin sama si Rezky itu."
"Iya gak lah! Kasian juga Vivi, seperti orang yang gak dihargai sama sekali."
Violet menunggu kedatangan dua sahabatnya yang sangat lama sekali. Beruntungnya pesanan sudah datang, dan tidak membuatnya mati kutu di sini.
"Lama banget sih mereka, lagi ngapain coba," gerutu Violet seraya tangan yang mulai menyuapkan makanan ke dalam mulutnya.
Trias dan Mentari kini duduk dengan menarik kursi secara kasar. Raut wajah mereka seperti orang yang tengah menahan kesal, dan Violet tahu itu.
"Kalian berdua kenapa sih? Balik-balik malah sewot gitu, ada masalah apa?" Violet menghentikan makannya, dan fokus untuk menatap dua orang sahabatnya tersebut.
Trias menatap Violet dengan raut sendunya. "Gak ada apa-apa kok!"
"Makanan udah dateng dari tadi ya, Vi?" tanya Trias mengalihkan perhatian Violet agar tidak terlalu memikirkan ekspresi wajah mereka yang tengah menahan kesal.