Violet saat ini berada di rumahnya. Duduk di depan teras dengan menatap kosong jalanan yang kini nampak lenggang, dan tidak seramai di jam-jam tertentu.
Lisma yang saat ini tengah menyapu halaman, merasa terusik kala melihat anaknya diam tak banyak berbicara seperti itu.
"Vi, kamu ini kenapa sih? Ibu perhatikan dari tadi kerjaannya melamun terus?" Lisma kini menegur Violet yang hanya diam termenung, bahkan untuk berkedip saja tidak dilakukan sama sekali.
Lisma mendekati Violet dan menggerakkan tangannya di depan wajah anaknya tersebut, tetapi tidak ada respon sama sekali. Tanpa ragu sama sekali, langsung saja ia tepuk bahunya agar cepat sadar.
Violet mengerjap kaget. Bayangkan saja, ketika kalian asyik termenung dan entah tengah membayangkan apa pun itu, mendadak ada yang mengagetkan tiba-tiba, padahal itu lagi puncak khayalan, huh menyebalkan.
Violet mengelus dadanya. "Ada apa, Ibu?" tanya Violet dengan napas yang tidak teratur.
"Kamu ini kenapa sih? Seperti orang yang habis dikejar siapa aja," oceh Lisma seenaknya.
Violet merotasikan bola matanya. "Bukankah tadi Ibu yang mengagetkanku? Ini respon tubuhnya atuh, pake ditanya segala lagi," ucap Violet malas.
Lisma tertawa renyah. Lagian suruh siapa juga melamun seperti itu, dan bahkan ketika dipanggil pun sama sekali tidak menyahutnya.
"Kamu ini kenapa? Ibu perhatikan semenjak pulang dari kumpulan teman-temanmu itu, menjadi melamun gini," terang Lisma pada Violet.
Violet mengangguk. "Sebenarnya Violet merasa aneh saja dengan apa yang dikatakan oleh Trias juga Mentari tentang ... Rezky. Ah, itu memang ada benarnya juga sih, hanya saja Vivi tidak suka itu."
"Memangnya apa yang membuat kamu tidak suka dari ucapan mereka itu?" tanya Lisma yang kini sudah duduk di samping Violet.
Lisma meninggalkan pekerjaannya yang belum selesai--menyapu halaman. Ia membiarkan begitu saja dedaunan kering yang nanti akan terbang oleh angin, dan membuat semuanya kacau berantakan.
"Mereka bilang jika Rezky pria yang kurang ajar, dan juga ... selingkuh." Violet kini mulai menjelaskan pada Lisma yang selama ini belum tahu apa pun tentang hubungannya bersama Rezky.
"Pasti ada sebuah alasan untuk mereka berbicara seperti itu," tebak Lisma.
Lisma selama ini mengenal dengan baik siapa itu teman dari Violet, dan mereka selalu berucap dengan bukti yang kuat, dan ia sendiri percaya hal itu.
Violet mengangguk lemah. Memang benar ada alasan dibalik kalimat tersebut, dan itu bisa dibilang bukan lagi omong kosong karena kali ini sesuai dengan fakta.
"Apa Ibu ingat semalam Vivi ngomong apa sebelum mau tidur?"
"Hmm ... lupa. Memang kamu mau ngomong apa itu?"
"Vivi sebenarnya mau ngasih tau ke Ibu, kalau Rezky itu ... sebentar lagi mau nikah."
Lisma mengernyitkan keningnya, dan salah satu tanga kini terangkat ke atas begitu saja. Persis sekali seperti orang yang tengah melambai di depan kamera, dan mengatakan 'aku tidak sanggup lagi.'
"Sebentar? Kamu tadi bilang Rezky mau menikah, begitu?" tanya Lisma pada Violet.
Violet mengangguk. "Iya, Rezky mau menikah."
"Sama kamu? Atau sama wanita lain?"
"Wanita lain, Bu! Semalem dia mengajak ketemuan di luar dan tidak menjemput, itu karena ingin mengenalkan wanita itu di depan aku," terang Violet dengan tatapan kosong ke depan.
Lisma sebenarnya sudaha menduga jika ini akan terjadi, tetapi rasanya kurang ajar sekali Rezky itu, yang langsung memberitahukan rencananya menikah dengan wanita lain, dan saat mereka masih memiliki hubungan yang spesial dengan anaknya.
Lisma kini merangkul tubuh anaknya. "Sudah, sudah! Kamu jangan bersedih, itu tandanya dia bukanlah pria yang baik."
Violet terkekeh pelan mendengar ucapan dari ibunya tersebut. Lagi pula siapa juga yang akan membuang waktu dengan cara bersedih untuk orang yang b******k itu, ia memilih untuk menyibukkan dirinya saja dengan sekelumit pekerjaan di esok hari.
"Kenapa kamu tertawa?" tanya Lisma pada Violet.
Violet kini melepaskan diri dari pelukan Lisma dan menatap sang ibu begitu intens. "Untuk apa aku bersedih hati? Rezky itu b******k, dan tidak pantas juga mendapatkan hati aku."
"Selama ini bukankah kamu sangat mencintainya?"
"Vivi memang benar mencintai dia, hanya saja itu sebagian dan tidak penuh."
"Anak pintar! Ini baru namanya anak Ibu, jadi jika laki-laki itu suatu saat mematahkan hati kamu, maka kamu hanya merasa sedikit kecewa bukan gila."
Violet dan Lisma kini tertawa renyah. Mereka berdua ternyata satu pendapat, begitulah antaraa ibu dan anaknya.
Angin besar kini datang, dan membuat debu berterbangan. Violet dan Lisma segera saja menutup wajah mereka agar tidak kelilipan, karena bisa bahaya nanti.
"Vivi! Halaman Ibu rusak lagi karena angin itu!" teriak Lisma saat melihat halamannya yang kembali kotor dengan daun kering yang bertebaran di sekeliling halaman tersebut.
Violet hanya tertawa renyah dan melihat ibunya yang buru-buru sekali untuk membereskan semua itu, sedangkan ia sendiri masih duduk santai.
"Ibu sih kalau nyapu nanggung banget!" teriak Violet yang diselingi suara tawa.
Lisma berkacak pinggang, dengan mata yang melotot untuk melihat Violet.
"Kamu ke sini! Bantuin Ibu menyapu ini, capek banget deh rasanya," omel Lisma.
Violet segera saja beranjak menuju ibunya berada, dan mulai membantunya untuk membersihkan halaman yang sangat kacau karena dedaunann kering tersebut.
"Ibu, Ibu! Ini harus langsung masukin ke tempat sampah loh, jangan dikumpulin jadi satu terus dibiarin gitu aja. Bahaya kalau angin datang lagi, dan nanti kotor lagi," oceh Violet seraya tangannya yang terus menyapu dan sesekali meletakkan sampah pada tempatnya.
Lisma memilih fokus dan membiarkan Violet berbicara seorang diri seperti itu, lagi pula enak jug ada yang bantuin pekerjaannya ini.
Saat tengah asyik-asyiknya mereka menyapu halaman, sebuah sepeda motor kini mulai berhenti tepat di hadapan Violet.
Violet memasang ekspresi yang biasa saja, saat tahu itu adalah Rezky yang kini menghampirinya.
Lisma memegang sapu ijuknya dengan erat. Jaga-jaga jika Rezky akan melukai Violet, maka ia bisa langsung memukulnya, kurang lebih seperti itu.
"Vi, kamu kenapa sih semalem langsung pergi begitu aja?" tanya Rezky santai.
Violet tersenyum miring. "Terima kasih loh atas kejutannya itu, semalem."
"Aku itu ada niatan baik banget loh sama kamu tadi," jelas Rezky tanpa merasa bersalah sama sekali.
Violet tidak membenci Rezky, hanya saja terasa muak sekali jika berlama-lama di hadapannya seperti ini.
"Ada apa lagi kamu ke mari?" tanya Violet simple.
Rezky menatap Violet, dan tangannya hendak meraih jemari wanita di hadapannya. Namun, ditepis begitu saja.
"Utarakan apa maksud kedatanganmu kemari? Dan jangan menyentuh tanganku lagi!" peringat Violet tegas.
Rezky terdiam untuk beberapa saat, dan matanya masih belum lepas untuk menatap Violet. "Kenapa semalam kamu pergi ninggalin aku begitu aja? Padahal acara belum selesai itu."