Raja Vampire

776 Kata
Jullian berdiri menatap gadis yang terlelap di hadapan nya saat ini. Tangannya terulur menyentuh wajah Acacia. Ia mengagumi kecantikan Queennya saat ini, kecantikannya yang begitu alami.  Bulu mata yang lentik, hidung mungilnya, bibir merah, berkulit putih mulus, lekuk tubuh yang sempurna. Menurutnya tidak ada yang mengalahkan kecantikan Queennya di dunia ini. Yahh, memang tidak ada.  Acacia yang merasa tidurnya terganggu, ia pun membuka matanya dan terkejut melihat Jullian tapi ia menyembunyikan ekspresi nya. Awalnya ia merasa takut tapi mendapan sentuhan dari Jullian, Acacia merasa tenang dan terlindungi.  Acacia menatap wajah Jullian, sangat mempesona, Pikirnya.  "Mengagumiku, heh?" Jullian menyeringai, wajah Acacia memerah karena ketahuan mengagumi ketampanan Jullian.  Mampus kau, batin Acacia menggerutu.  Jullian hanya tersenyum melihat kekonyolon Queennya saat ini. "Kau begitu menggemaskan, Queen," ujar Jullian dan mencubit pipi Acacia gemas.  "Adaww. Pipiku yang membahana. Mengapa kau mencubitnya?" tanya Acacia kesal.  Seketika Acacia melupakan rasa penasarannya saat ini.  "Karena kau sangat menggemaskan. Aku tidak tahan untuk mencubit pipimu itu," kekeh Jullian mengacak rambut Acacia.  Baru sebentar Acacia melupakan rasa penasaran nya dan sekarang ia tersadar. "Siapa kau?" tanya Acacia tanpa rasa takut karena memang ia merasa nyaman bersama Jullian.  "Kau tidak perlu tau, Queen." Acacia kesal, mengapa ia tidak perlu tau.  Karena ia sangat ingin tau.  "Apa-apaan kau ini. Mengapa aku tidak perlu tau? Aku harus tau kau siapa yang tiba-tiba berada dikamarku. Bagaimana kau bisa masuk? Dimana Papa, Mama, Damian? Dan pakaian apa yang kau pakai ini? Pakaian kerajaan? Heyy, kita sekarang tidak hidup di jaman kerajaan," ujar Acacia panjang lebar. Lagi, Jullian terkekeh. "Ternyata kau cerewet juga, Queen," ucap Jullian. "Dan mengapa kau memanggilku Queen? Mengapa semua orang memanggilku Queen? Arghh kalian sangat aneh," kesal Acacia dan mengacak rambutnya.  "Karena kau adalah Mate ku. Kau akan menjadi Queenku," ucap Jullian membuat Acacia bingung.  "Mate? Apa maksudmu?" tanya Acacia bingung.  Jullian tersenyum, "Suatu saat kau akan tau semuanya," jawab Jullian.  "Tapi kapan?" tanya Acacia lagi dengan kesal.  "Sebentar lagi. Waktunya sudah dekat," ucap Jullian menatap wajah Acacia lekat.  "Sebenarnya apa yang kau katakan?" tanya Acacia  "Kau harus menerima apapun keadaanmu nantinya, apapum yang terjadi aku selalu bersamamu," ucap Jullian menghiraukan pertanyaan Acacia "Menerima? Menerima apa?" tanya Acacia semakin bingung.  "Belum saatnya kau tau," ucap Jullian. "Tapi aku ingin mengetahuinya," balas Acacia cepat.  "Kau tidak akan percaya," ucap Jullian mengelus wajah Acacia.  "Mengapa aku tidak akan percaya?" tanya Acacia lagi.  "Karena ini di luar akal sehat manusia," jawab Jullian.  "Manusia? Bukankah kau juga manusia?" tanya Acacia heran.  Jullian hanya menampilkan seringainya, "Kau pasti akan tau semuanya Queen." "Arghh kau membuatku gila." Acacia mengacak rambutnya frustasi.  "Tidak perlu kau pikirkan itu semua, Queen," ucap Jullian mengelus rambut Acacia "Bagaimana tidak? Kau terus melontarkan kata-kata yang tidak aku mengerti dan membingungkan," kesal Acacia, Jullian terkekeh. "Jika aku memberi taumu, kau akan menyebutku gila. Apalagi sekarang mereka sudah mulai bergerak," ucap Jullian, ia mendesis diakhir katanya.  "Mereka? Mereka siapa?" tanya Acacia bingung.  "Mereka berusaha membunuhmu," jawab Jullian kali ini jujur.  Acacia terkejut. "Membunuhku? Tapi mengapa?" tanya Acacia.  "Karena kau istimewa," jawab Jullian.  "Istimewa?" Acacia mengulang perkataan Jullian. Jullian mengangguk. "Di dalam dirimu, terdapat sesuatu yang tidak dimiliki seseorang pun di dunia ini," ujarnya.  "Kau membuat aku bingung dengan kata-katamu. Aneh, Ini tidak masuk akal," ujar Acacia bingung.  "Sudah aku katakan bukan? Jika aku mengatakannya kau akan menganggap ini aneh," ucap Jullian datar.  "Ini baru sedikit yang aku katakan padamu, kau akan lebih tidak mempercayai semuanya jika aku mengatakannya," ujar Jullian datar.  "Sebenarnya kau ini siapa? Aku merasa sangat nyaman bersamamu. Padahal kita baru saja bertemu," ujar Acacia mengutarakan perasaannya.  "Jika aku mengatakannya kau tidak akan mempercayai aku lagi," ujar Jullian menatap iris coklat Acacia.  "Aku merasa tenang dan terlindungi padahal aku tidak mengenalimu sama sekali. Sebenarnya kau ini siapa? Aku juga merasa ada aura lain dalam dirimu, " ucap Acacia menatap Jullian lekat.  Jullian tersenyum kecil. "Ternyata benar. Kekuatanmu sudah muncul sedikit demi sedikit dan sekarang kau dapat merasakan auraku. Padahal aku sudah menutupi auraku," ucap Jullian.  "Kekuatan? Kekuatan apa? Aku tidak memiki kekuatan," ujar Acacia.  "Aku rasa belum saatnya kau mengetahuinya. Jika sudah saatnya kau akan mempercayainya dan kau harus menerima apapun yang terjadi kedepan nya," ujar Jullian dan berdiri menatap Acacia yang duduk di kepala kasur.  "Sebenarnya dari tadi apa yang kau katakan? Dan sebenarnya kau siapa? Setiap aku bertanya kau tidak menjawabku," kesal Acacia mulai emosi.  "Apa kau benar-benar ingin mengetahui aku siapa?" tanya Jullian, Acacia mengangguk mantap.  "Baiklah kalau itu maumu. Percaya atau tidak itulah kenyataannya," ucap Jullian datar.  "Aku adalah Raja Vampir, penguasa dari segala penguasa kaum immortal. Dan kau adalah Mateku, takdirku. Separuh jiwaku, Sumber kehidupanku yang akan menjadi ratu dunia immortal, Queen mereka," ucap Jullian dingin, matanya berubah menjadi merah semerah darah.  Deg. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN