Aura

767 Kata
"Hormat kami Lord...." Lord. Raja dari segala kerajaan. Penguasa dari segala penguasa. Terkuat dari segala yang terkuat. Terkejam dari segala yang terkejam. Menatap mereka dengan wajah datar dan tatapan yang menusuk. Auranya sangat berbeda dengan makhluk lainnya. Lebih kental dan kuat, aura intimidasi yang sangat membuat kaum manapun gemetar dan tidak ada yang berani mengangkat wajah mereka untuk menatap sang-Lord.  Raja penguasa dari segala penguasa kerajaan di negri immortal. Baik kerajaan kaum darat maupun lautan. Awalnya penguasa dari segala penguasa kerajaan adalah kaum Demon. Tapi kaum Demon sudah punah akibat tragedi perang besar-besaran seribu tahun yang lalu.  Pemimpin kaum Demon kekuatannya sama besar dengan kaum Vampir, Lord mereka. Karena di tubuhnya juga mengalir darah Angle murni, itu menambahkan kekuatannya berkali-kali lipat dari kaum lainnya. Tidak ada yang bisa mengalahkannya kecuali Matenya.  Karena setiap pasangan akan lemah jika berhadapan dengan Mate-nya karena Mate adalah separuh jiwanya, bagaimana bisa Ia melawannya. Mengapa di tubuhnya juga mengalir darah Angle murni? Karena ayahnya menikah dengan seorang Angle murni, pernikahan terlarang. Karena kaum langit dilarang berhubungan dengan kaum bumi. Karena hubungan terlarang itu lahirlah dirinya, membuat kekuatannya berkali-kali lipat.  "Angkatlah kepala kalian," perintah sang-Lord dengan suara seraknya.  Mereka mengangkat kepala mereka ragu, dengan pelan-pelan mereka mengangkatnya dan tatapan mereka bertemu dengan manik biru sejernih lautan yang tajam itu.  "Tanpa kau suruh pun aku sudah menugaskan orang kepercayaanku untuk mengawasi Mateku," ujar Lord dingin.  "Benarkah, Kak? Baiklah kalau begitu. Tapi Kak Jullian, mengapa kau kemari? Apakah ada urusan yang harus aku atau kami kerjakan?" tanya Anora menatap kakaknya, Lord dari segala kaum.  Jullian Dé Blanchard. Itulah namanya. Penguasa yang kejam dan dingin membuat semua kaum takut dan tunduk kepadanya. Tidak sekedarkan takut, mereka juga menghormatinya. Anora dan Jullian adalah kakak beradik. Mereka adalah saudara kembar, hanya berselisih beberapa menit dan sekarang dia telah menjadi penguasa dari segala kerajaan. Bukan keinginaannya menjadi penguasa dari kerajaan. Merekalah yang menginginkannya, para kaum itu.  Walaupun Jullian kejam dan tidak senantiasa membunuh lawannya dengan sekejap, tapi dia juga selalu membantu kaum yang membutuhkan bantuannya. Jullian juga tidak segan-segan turun tangan untuk membantu kaum lain, itulah yang membuat Ia di segani dan di hormati. "Ya. Aku ingin membicarakan sesuatu kepada kalian," ujar Jullian masih dengan nada dinginnya.  Jullian berjalan dengan angkuh dan duduk di sofa single. Ia menatap mereka satu persatu dengan tatapan tajamnya.  "Sudah sejauh mana perkembangannya? " tanya Jullian dingin. Mereka yang tau arah mana pembicaraan ini pun mengangguk. "Terlalu cepat, Lord," jawab Martin.  Jullian menatap Martin dingin, "Ceritakan!" perintah Jullian.  "Biar saya saja yang menceritakannya," pinta Rey dan Martin mengangguk.  "Sesuai dengan penglihatan saya, perubahan Queen lebih cepat dari yang kita prediksi, Lord. Queen sudah merasakan keanehan pada dirinya, para pemberontak juga sudah bergerak cepat, mereka sudah merasakan Aura perubahan dari Queen." Rey berhenti sejenak, Jullian menunggu kelanjutan dari ucapan Rey.  "Mereka tidak sedikit, lumayan bisa membuat kita kewalahan nantinya jika melawan. Kita juga harus mengerahkan pasukan demi keamanan Queen. Saya merasa akan terjadi p*********n ketika perubahan Queen sudah dipuncaknya. " Rey berhenti dan menghela napasnya.  "Di antara mereka ada yang berkhianat darimu, Lord." Rey mengakhiri penjelasannya.  Jullian menyeringai. "Ya, aku sudah tau." ujar Jullian.  Jullian menatap Martin, "Aku tidak tau asal usulmu, yang aku tau kau hanyalah salah satu kaumku yang merawat Mate-ku. Aku perintahkan kau selalu menjaga Mate-ku apapun yang terjadi," perintah Jullian, Martin dan Rose pun mengangguk.  "Sesuai perintah anda, Lord. Saya memang ditugaskan untuk menjaga putri mendiang tuan saya walaupun dengan nyawa saya sendiri taruhannya," ujar Martin tegas.  "Benar, Lord. Nyawa kami yang akan kami pertaruhkan," tambah Rose yakin.  "Walaupun Acacia bukan adik saya, tapi saya juga akan ikut menjaganya apapun yang terjadi. Karena saya sudah menganggap Queen seperti adik saya sendiri," ujar Damian.  Jullian menatap mereka dingin, "Acacia bukan hanya sekedar Mate ku saja. Dia adalah Queen kalian, Ratu kaum immortal. Kehidupan seluruh kaum ada di tangannya."  "Jadi, aku Penguasa dari seluruh penguasa kaum immortal memperintahkan kalian untuk melindungi Queen kalian apapun yang akan terjadi walaupun nyawa taruhannya."  Aura dingin dan menusuk terasa pekat di sekitar mereka. Mereka reflek menunduk kan pandangan mereka dan memberi hormat ke pada Jullian, penguasa dunia immortal.  "Sesuai perintah anda, Lord."  "Dan Kau," Jullian menunjuk Rey. "aku percaya kepadamu. Terus beri aku informasi jika kau tau mengenai sesuatu dan kau juga turut andil melindungi Queen," ujar Jullian dingin, seperti biasanya.  "Laksanakan, Lord," jawab Rey, hormat.  Jullian berdiri diikuti oleh mereka semua. Masih dengan posisi semula, mereka menunduk hormat tidak berani menatap Lord mereka.  Dalam sekejap sudah menghilang dari hadapan mereka.  "Aura Lord sangat menyeramkan," ujar Damian menatap tempat Jullian berada tadi. "Ya. Kita sudah tau sejak lama bagaimana Kak Jullian," balas Anora, mereka mengangguk membenarkan perkataannya. 
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN