bc

Bukan Mauku Menjomblo

book_age16+
3.2K
IKUTI
35.8K
BACA
goodgirl
comedy
humorous
city
enimies to lovers
slice of life
nurse
like
intro-logo
Uraian

Kenapa, sih, wanita kalau sudah diatas 30 tahun dan belum menikah, disebut perawan tua? Tidak laku? Dan berbagai titel lainnya.

Apalagi kalau hidup di kampung seperti aku? Pokoknya harus tebal kuping dengerin nyinyiran tetangga. Untung aku santuy, yee kan?

Meski kadang pengen juga melepas kejombloan yang haqiqi ini. Namun apa daya, jodohnya masih otw. Jadi selain menunggu, apalagi yang bisa aku lakukan.

Aku gak mungkin asal tunjuk, dan asal pilih mumpung ada yang mau, iya kan? Karena nikah itu perkara panjang yang punya banyak poin untuk dipikirkan dan dipertimbangkan.

Jadi … tolong dimengerti, ya? Jomblo itu bukan a*b, kok. Meski aku gak tahu sampai kapan harus menjomblo seperti ini.

Aku Hasmi Azahra. Suster kesayangan Dokter Karina, emaknya Kairo. Temani aku nyari jodoh, kuy!

Jangan lupa vote dan komen ambyar ya ….

chap-preview
Pratinjau gratis
Jomlo 1
*Happy Reading* "Pagi Pak Sarif!" Aku menyapa riang Pak Sarif, satpam yang sudah paruh baya di Rumah sakit ini. "Eh, neng Hasmi. Masuk pagi, ya?" balasnya ramah. "Masuk malam, Pak. Hehehe ... Ya iya atuh, Pak. Kalau jam segini udah di sini mah nya atuh pasti masuknya pagi. Gimana sih Bapak, Nih." Pak Sarif tergelak renyah menanggapi selorohanku. "Kirain masuk angin, Neng." "Kentut mulu, dong." Kembali Pak Sarif pun tergelak, lalu mempersilahkan aku pergi setelahnya. Soalnya kalau tetap di sana, aku yakin pembicaraan kami akan memanjang dan akan menimbulkan keterlambatan masuk kerja. Bukan apa-apa, Surat peringatan sama potongan gaji kan, gak ditanggung Author. Jadi, sebelum Dompet aku meringis kena potongan gaji, lebih baik aku sadar diri dan .... Mundur, Kapten! Aku melangkah dengan riang ke kawasan Rumah sakit, yang sudah hampir lima tahun ini menampungku. Dengan diiringi lagu Jaran Goyang by Via Vallen, yang mengalir lancar jaya dari headset yang menempel di telinga. Sesekali aku pun menggoyangkan p****t teposku, mengikuti music yang terdengar.. Jurus yang sangat ampuh Teruji terpercaya Tanpa anjuran dokter Tanpa harus muter-muter Cukup siji solusinya Pergi ke mbah dukun saja Langsung tembak Mbah saya putus cinta... Hihiy ... mantap ... tarik mang!! "Memang mantul nih lagu. Bagus buat bangun Mood." Aku bermonolog disela langkahku. Sesekali, mulutku pun juga ikut bersenandung riang mengikuti lagunya. Namun dengan cara berbisik. Soalnya kalau dengan kencang, nggak enak sama orang lain. Takutnya aku mendadak viral, gitu, Suaraku kan, tak beda jauh dengan Via Vallen. Ya ... kalau diibaratkan. Via Vallen itu nilai suaranya 10. Nah aku ini kebalikannya, Alias 01. Kan, deda tipis doang. Hehehehe .... Apa salah dan dosaku sayang Cinta suciku kau buang-buang Lihat jurus yang kan kuberikan Jarang goyang ... jaran goy-- Jedug! Brukkk! "Wadaw!! p****t gue!" Aku pun berseru refleks, saat baru saja hendak berbelok ke arah koridor menuju loker, tapu tak sengaja menabrak sesuatu akibat terlalu asik manggut-manggut menikmati music di telingaku tadi. Mungkin saja tembok, soalnya keras rasanya. Eh, tapi ... sejak kapan ada tambahan tembok di koridor begini? Kok, aku baru tahu. "Are u okay?" Temboknya bisa ngomong! Ih, serem, ya? Jangan-jangan itu tembok jadi-jadian lagi. Atau .... Hiiyyy. Setelahnya aku pun bergidik sendiri di tempatku saat membayangkan kemungkinan makhluk astral yang baru saja aku tabrak. "Hei, Kamu tidak apa-apa, kan? Ada yang terluka?" tembok jadi-jadian itu bersuara lagi Aku pun mengerjap beberapa kali, sebelum memberanikan diri mendongak untuk melihat tembok yang bisa ngomong itu, Dan .... "Kamu?!" "Bapak?!" Refleks aku dan tem--eh, orang itu pun berseru dengan kompak. Ladalah! Ternyata temboknya Pak Pengacara, toh! Ya, cocok kalau begitu mah. Tuh orang kan memang tembok bisa ngomong. Kenapa aku bilang seperti itu? Tentu saja karena Pengacara si Daddy, alias suaminya Dokter Karina itu, memang mirip tembok wajah dan kelakuannya. Datar, lempeng, dan kaku. Nah, kurang mirip apa, coba? Dia mah memang kayak batu di kasih nyawa. Setelah tahu apa yang sudah kutabrak. Aku pun akhirnya bangun dengan susah payah. Karena tuh tembok bisa ngomong, bener-bener tidak peka sama sekali. Mengulurkan tangan atau bantu aku bangun, gitu. Agar terlihat seperti pria pada umumnya. Nah, Pengacara itu malah diam saja, membiarkan aku ngedeprok di lantai mirip Suster ngesot. Menyebalkan sekali! Itulah kenapa, aku pun akhirnya bangun sendiri, dengan tangan kanan mengusap kening, yang masih terasa agak pening. Sementara tangan kirinya mengelus-elus p****t tepos, yang baru saja berciuman dengan lantai. Please jangan dipraktekin. Soalnya nanti kalian malah dikasih pisang sama yang lihat. Hehehehe .... Oke skip! Aku hanya becanda saja. Ojo baper, okeh! "Ngapain liat-liat?! Naksir? Ngomong, Bos!" Aku pun menyalak galak, saat sudah berdiri tegak. Namun pria itu masih tetap tak bereaksi apapun. "Mimpi!" balasnya singkat, padat, menyakitkan. Setelah itu, pria itu pergi begitu aja. Tanpa minta maaf, minta nomor telpon, minta makan, apalagi minta nomor rekening. Pokoknya sangat-sangat menyebalkan sekali! "Huh, dasar tembok!! Gak pernah sekolah! Bukannya minta maaf abis nabrak orang. Malah maen kabur aja. cowok apaan itu?" gerutuku dengan kesal. Bukan gerutu, sih, sebenarnya. Soalnya suaraku memang sengaja aku kencangkan, berharap tuh tembok mendengar keluhanku barusan. Ya ... Aku hanya ingin tahu aja. Tuh tembok kupingnya masih berfungsi. atau tidak? Pria itu ternyata berhenti melangkah. Namun tetap terdiam dalam posisi yang sama. Tidak berbalik ke arahku sama sekali. Alhamdulilah .... Itu berarti, Telinganya masih normal. Setelah inu, dia pasti akan minta maaf, ya kan? "Sepertinya ada yang bersuara. Tapi ... dari mana, ya?" What the .... Dia mendadak buta atau bagaimana? Bisa-bisanya dia bicara seperti itu, setelah apa yang sudah terjadi antara kami. Hais! Kenapa bahasanya jadi begitu, ya? Ralat! Maksudnya setelah apa yang terjadi barusan, dan ... Hello! Aku bukan makhluk tak kasat mata! Meski tubuhku kecil dan imut, tetap saja aku masih bisa terlihat. Ah, Dasar Pengacara sialan! Tak ayal, hal itupun sukses membuat kekesalanku makin meningkat drastis. Apalagi setelahnya, tuh tembok bisa ngomong kembali melanjutkan langkah tanpa dosa, tanpa menoleh lagi. Aku pun hanya bisa mengeram kesal di tempatku. "Dasar Kampretos minta dijotos! Kirim ajian semar mesem juga dah, nih. biar jadi bucinnya Hasmi sekalian!" gerutuku yang juga memilih melanjutkan langkah pada tujuan awalku. Alansyah Hermawan. Itu adalah namanya. Pengacara kepercayaan Pak Arjuna, suaminya Dokter Karina, yang sering aku panggil si Daddy. Jangan salah paham! Panggilan itu tidak ada maksud apapun, kok. Aku hanya suka memanggilnya seperti itu, karena jadi saksi hidup dalam perjalanan kisah cinta Dokter Karina dan Pak Arjuna. Untung lebih detailnya, baca saja di Novel mereka, ya? Namun Karena itu juga, aku pun akhirnya harus sering bersinggungan dengan Alan. Di mana saat itu, dia adalah orang yang di percaya menyelesaikan kasus yang menimpa Dokter Karina. Berawal dari keisenganku yang gemas dengan wajah datarnya. Kami pun jadi seperti Tom and Jerry sekarang tiap kali bertemu. Karena ternyata, Alan yang kaku dan dingin tampilannya. Kukira sifatnya juga akan seperti karakter di dalam Novel yang sering kalian baca. Namun siapa sangka? Ternyata prediksiku salah, karena dia akan selalu dengan senang hati membalas semua keisenganku padanya. Lidah pria itu tajam dan pedas mengalahkan Bon cabe. Membuat aku ingin ambil mie rebus dan telor untuk melengkapinya. "Tumben tuh muka pagi-pagi udah butek? Kek abis di paranin mantan yang kasih undangan aja." salah satu teman sejawatku menyindir saat bertemu di loker. "Gimana gak butek, kalau pagi-pagi udah ketemu tembok di kasih nyawa. Nyebelin!" "Siapa? Pak Alan maksud, lo?" "Bukan." "Lalu?" "Calon Bucinnya Hasmi!"

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Siap, Mas Bos!

read
14.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
207.9K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
191.8K
bc

My Secret Little Wife

read
100.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.8K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.8K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook