Suami Luguku

Malam pertama ______ Acara pernikahan telah usai. Ya, hari ini adalah hari pernikahanku dengan seorang lelaki yang super imut, harta mencukupi, dan keluarga terhormat. Bisa dibilang kami menikah karena dijodohkan, awalnya ada pertemuan dua keluarga, yaitu antara keluargaku dan keluarga dia. Aku terpanah saat pertama kali bertemu anak lelaki keluarga bisnis ayahku, sangat tampan. Hingga aku berhasil mendapatkannya tanpa bergerak. Ya, kedua keluarga sepakat agar kami menikah saja. Plus bisnis keluarga, perfect. Malam pertama yang selalu kudambakan, tidur berdua dengan lelaki tampan, ah, aku bisa uring-uringan jika membayangkannya. Namun, semua tak sesuai ekspetasi. Aku mandi malam, untuk bersiap-siap jika terjadi sesuatu nanti. Terlihat suamiku sudah rebahan di ranjang. Aku pun ikut merebahkan tubuhku di sampingnya. "Tidurlah, " ucapnya sambil menutup tubuhnya dengan selimut, dengan posisi tidur yang membelakangiku. Dan lihatlah, dia bahkan memberi guling di tengah. Aku terperangah melihat ini. "Kayhan," panggilku. "Hem, " dia hanya berdeham. "Apa kau tidak ingin melakukan sesuatu? " "Apa? " tanyanya polos. Astaga, apa benar yang dikatakan mami Aluna kalau Kayhan orangnya sangat polos. Tidak tahu apapun mengenai wanita? Aku mengambil guling itu melemparnya ke sembarang arah, dan langsung memeluk Kayhan dari belakang. "Lakukan bercinta, Kayhan. " aku berbisik di telinganya. Kayhan langsung berteriak histeris, "Aira!! " dia memberontak mencoba melepaskan tanganku yang merangkul pinggangnya. Aku semakin mempererat pelukanku. Kayhan terus memberontak sehingga kita berdua jatuh dari ranjang. Brughh Aku menindih tubuh Kayhan, posisiku tepat di atasnya sehingga dadaku yang besar menempel sempurna di tubuh Kayhan. "Aaaaa! " Kayhan berteriak dan mendorongku menyingkir dari tubuhnya. Aku pun terbentur sisi ranjang. "Aw! " ringisku. Bruakk Kayhan berlari membuka pintu dan kabur. Astaga, mempelai pria telah kabur dari malam pertama pengantin. Aku pun mengejarnya keluar. Akhirnya kami bermain kejar-kejaran di ruang keluarga. "Aira! Kau, jangan mendekat!" ancam Kayhan mencoba menghindariku. "Ayo, sayang. Aku pengen, " rayuku sambil mengejarnya. "Dasar sinting! " dia memakiku. Kegaduhan yang kami lakukan menyebabkan mami Aluna dan papi Ian terbangun, mereka menghampiri kami dengan wajah cemas. "Ada apa ini? Kayhan, Aira, ada apa berisik sekali? " tanya mami Aluna. Ya, untuk sementara aku tinggal di rumah Kayhan bersama keluarganya, karena Kayhan belum berani tinggal bersamaku. Kayhan langsung berlari ke arah mami Aluna, "Mami, perempuan itu gatal sekali, masa aku di raba-raba. " ucap Kayhan merasa geli. Aku hanya cengengesan menanggapi sambil menunjukan gigiku. "Memangnya kamu diapain, Kayhan?" "Masa aku dipeluk-peluk, Mi." Mami Aluna dan papi Ian saling tatap, lalu mereka menggeleng-gelengkan kepala. "Memangnya sakit dipeluk? " Kayhan terdiam mengedipkan bulu matanya, seperti sedang berfikir. Mami Aluna menghampiriku dan berbisik, "Maafin Kayhan ya, cantik. Dia masih sangat polos. " "Iya mami tidak apa-apa, nanti Aira jinakkan, " ucapku masih cengengesan. Aku menghampiri Kayhan yang masih berdiri diam, "Jangan mendekat! " teriaknya yang sadar kehadiranku. "Iya, tidak! " "Ayo, kembali ke kamar, Kayhan. " ajakku. "Tidak! Aku tidak mau tidur denganmu, horor. " "Aku tidak akan berbuat macam-macam lagi, " ucapku sambil mengangkat jari membentuk huruf V. Kayhan mendecak kesal dan berjalan kembali menuju kamar. Aku pun berjalan riang mengikutinya sambil mengibas-ibaskan rambutku. "Eh, kenapa kau menggelar kasur di bawah? " tanyaku heran. "Siapa juga yang mau tidur satu kasur denganmu, wanita gatal! " aku mendengus kesal dikatain wanita gatal. Bukankah itu normal? Wajar dong memiliki nafsu, apalagi sama suami sendiri apa salahnya sedikit nakal. Aku merebahkan tubuhku kembali di kasur atas, aku menggigit ujung selimut. Ah, sial. "Kayhan, pindah dong di atas. " ucapku semanja mungkin. Tidak ada jawaban. "Kayhan sayang, tidurlah denganku," Masih tidak ada jawaban. "Kayhan, ahh." aku memberikan desahan menggoda. "Diamlah mulutmu, Aira! " akhirnya ada jawaban. Aku memejamkan mataku mencoba tidur. Mungkin sudah takdirnya aku menikah dengan pria polos. Kalau dipikir secara logika bukankah kami cocok? Dia yang terlalu polos, dan aku yang terlalu nafsuan. Haha, aku tidak bisa membayangkan jika Kayhan menikah dengan seorang perempuan yang pendiam dan pemalu, akan jadi seperti apa keluarga mereka? Tapi sampai kapan aku bisa bertahan menahan gejolak cinta? Ah, sudahlah. Esoknya. Aku bangun pagi membantu mami Aluna menyiapkan sarapan. "Bagaimana tidurmu semalam, Aira?" tanya mertuaku. "Aku selalu tidur nyenyak, mami. " "Bagaimana, Kayhan? " "Huft, dia tidak mau tidur denganku. Dia lebih memilih tidur bersama kecoa-kecoa. " sungutku. "Maafin Kayhan yang masih terlalu polos, ya. " "Ngkpp, Mi. Aku senang karena bisa jahilin. " Kami sarapan bersama pagi ini, mami Aluna, papi Ian, Kayhan dan aku. Aku mengantar Kayhan di teras yang akan pergi bekerja, aku menyodorkan tas bekal kepadanya. "Nih, buat makan siang. " "Terima kasih. " ucapnya singkat. Aku mendongakkan wajahku dan sedikit memajukan bibirku. "Ngapain, sih? " tanya Kayhan heran. "Cium, " ucapku semakin memajukan bibirku. "Hii, gak mau aku geli! " ucap Kayhan berguduk ngeri. Aku pun memanyunkan bibirku karena tak mendapat ciuman. Ah! Bagaimana menjinakkan kulkas berjalan itu! Lebih baik aku masuk dan menonton drakor saja, sambil ngemil makanan dan memikirkan cara menjinakkan kulkas berjalan, Song Joongki aku datang!