Bab 1. Mantan Kekasih yang Menjadi Musuh

1799 Kata
Bagaikan mimpi buruk, Kalya tau bahwa hubungan ini tidak akan bisa lagi bertahan lama. Karena apa? Karena salah satu diantara mereka berkhianat, itu yang membuat Kalya sakit hati. Antara menyesal dan juga senang sudah memutuskan untuk meninggalkan Daniel dari hidupnya. Dia pikir, mempunyai hubungan dengan orang yang populer di sekolah akan bahagia dan tidak berkahir menyakitkan seperti ini. Melepaskan Daniel sangat susah untuk dilakukan Kalya diawal, namun dia memantapkan hatinya untuk mengucapkan kata 'putus' kepada Daniel, cowok yang selalu menemani hari-harinya. "Gue nggak boleh begini, ayo! Seneng dong seneng! Tandanya lo udah kagak jadi mainan si cowok t***l itu!" Ujar Kalya menyemangati dirinya sendiri dan mempercayai dirinya sendiri bahwa pilihan ini benar. Namun, sesaat kemudian dia berubah pikiran, hatinya menyesal telah memutuskan hubungan dengan Daniel, namun sesaat kemudian lagi dia bangga, begitu saja terus sampai dia tertidur pulas. *** 1 Bulan Sebelum Putus. Kalya memandang ponselnya dengan tatapan cemas, Daniel belum juga sampai, sebelumnya mereka sudah janjian untuk bertemu di dekat taman komplek, Kalya sudah rapih memakai baju panjang berwarna putih dan celana jeans yang sengaja dia pilih untuk kencan kali ini bersama Daniel. Namun, sudah satu jam Kalya menunggu sosok Daniel itu tak kunjung datang, apakah anak itu lupa? Atau dia ketiduran? Aneh. Biasanya tidak pernah seperti ini, Daniel selalu menepati janjinya jika dia mengajak Kalya keluar, dan biasanya juga laki-laki itu selalu menjemput Kalya dirumah saat mereka ingin kencan. "Kemana sih?" Kalya masih terus melihat layar ponselnya yang menyala. Beberapa kali dia menggigit bibir khawatir. Dichat tidak ada balasan, ditelepon tidak diangkat, spamchat? Ah jangan harap akan dibalas. Kalya melihat langit malam yang sudah memerah, tandanya akan turun hujan, dan kalau langit sudah berwarna merah di malam hari pasti akan turun hujan lebat. Kalya semakin panik, apa iya Daniel ingkar dengan janjinya? LINE! Notif dari LINE berbunyi, buru-buru Kalya melihat layar ponselnya, senyumnya yang lebar luntur perlahan karena yang mengirimkan chat bukan Daniel, melainkan Dinka. Kalya membuka chat dari Dinka, dan dia sangat terkejut saat melihat bahwa Dinka mengirimkan sebuah foto yang membuatnya sakit hati. Foto Daniel dengan seorang wanita di depan pintu masuk restoran. Daniel yang rapih dengan kemeja berwarna hitam dengan seorang wanita cantik dengan dress selutut berwarna putih, tampak serasi dengan Daniel. Mata Kalya tiba-tiba memanas, entah kenapa perasaanya sangat perih saat itu, dia benar-benar tidak menyangka bahwa Daniel seperti ini padanya. Antara percaya dan tidak percaya, Kalya melihat foto itu dengan tangan gemetar. "Enggak, ini pasti salah." Kalya menggeleng lemah. "Ini pasti salah." Kalya meneteskan air matanya. Sungguh tega Daniel. Membiarkan dirinya menunggu disini selama satu jam dan dia sedang asik bersama wanita lain? Dimana hati laki-laki itu? Apakah dia tidak tau bahwa ada pacarnya yang menunggunya disini? "Berani yah dia selingkuh, dia nggak tau apa kalau gue disini nungguin dia?!" Air mata Kalya jatuh, entah harus bagaimana lagi dia menghadapi sikap Daniel yang semakin lama semakin dingin dengannya. Dan malam itu, yang tadinya Kalya impikan akan menjadi indah seketika berubah menjadi malam yang kelam dan penuh dengan rasa sakit. Dimana dia harus menerima bahwa pacar yang sangat dia cintai selingkuh dengan wanita lain. Kalya terbangun dari tidurnya, lagi-lagi dia memimpikan hal yang seharusnya dia lupakan. Entah kenapa kenangan itu selalu tidak bisa hilang dari kepalanya. Kalya melihat jam dinding yang sudah menunjukkan pukul setengah enam pagi, dia harus berangkat ke sekolah dan dia harus bertemu dengan Daniel. Mantannya yang sangat tidak manusiawi itu. Ini adalah hari pertama Kalya masuk ke sekolah setelah dia putus dengan Daniel, setelah dia memutuskan Daniel beberapa hari yang lalu, Kalya memutuskan untuk tidak masuk beberapa hari, dia ingin menghindari Daniel. Kalya bangun dari tempat tidurnya dengan malas, lalu dia segera masuk ke kamar mandi dan membersihkan dirinya disana. *** Sudah beberapa hari gadis itu tidak masuk ke sekolah, dan entah kenapa Daniel merasa hatinya khawatir, apakah ini semua karena putusnya hubungan mereka? Berkali-kali Daniel ingin mengirim pesan singkat kepada Kalya, namun itu semua tidak akan terjadi, karena dia tau pasti gadis itu tidak akan mau membalasnya. Bukannya masih ada rasa, namun Daniel merasa khawatir, takutnya karena dirinya dia jadi jatuh sakit. Itu bisa merepotkan Daniel juga nantinya. "Udah ah, bodo amat. Mau sakit kek, mau apa kek, mati kek, sabodo." Daniel pura-pura tak peduli, dia mengambil ransel nya yang ada di atas meja. "Waktunya berangkat!" Ujar Daniel semangat. *** "Iya, ini sebentar nanti dokumen nya dikasih kok. Sabar dikit yah, gue sama Kalya lagi dijalan nih." Dinda terlihat sangat repot, tangan kanannya memegang setir mobil, sedangkan tangan kirinya memegang ponsel yang sekarang menempel di telinganya. "Bahaya tau Din, nyetir sambil telepon." Kalya mengingatkan, nada suaranya menyindir, menyindir seseorang yang sudah menghubungi Dinda sepagi ini, hampir setiap hari orang itu menghubungi Dinda tanpa henti. "Aduh, rese banget yah, nelepon pagi-pagi bikin orang repot aja." Sambung Kalya lagi. "Ah, jangan dengerin Kalya Kak, gue akan sampe tepat waktu. Udah yah gue fokus nyetir dulu, bye." Dinda buru-buru mematikan ponselnya, takut jika Kalya banyak bicara, bisa-bisa dia dipecat jadi anggota OSIS. "Mulut lo tuh!" Ujar Dinda kesal. "Ketua OSIS yah? Aldo? Tuh cowok emang rese! Nggak tau waktu banget sih, dia juga emangnya nggak bisa kerja sendiri apa? Malah nyuruh orang lain, mending kalau nyuruh nya masih batas wajar. Lah ini? Nyuruh udah kayak kerjain orang." Kalya mengomel, dia sudah muak dengan ketua OSIS yang satu itu. Dinda terkekeh. "Udah udah, dikit lagi kita sampe." Kalya memasang wajah cemberut, dia juga agak kesal dengan sifat sahabatnya itu yang menurutnya terlalu baik, hampir setiap hari dia dikasih tugas yang berat oleh ketua OSIS belum lagi tugas dari sekolah, namun dia tetap tabah menjalankan semuanya. "Nah kan sampe." Dinda tersenyum. "Lo langsung ke kelas aja yah, gue mau ke ruang OSIS dulu mau ngasih dokumen, lo bawa kunci mobilnya yah,oke?" Dinda membuka seatbelt, mengambil ranselnya dan menyelempangnya di bahu lalu kemudian dia membuka pintu mobilnya dengan tangan satu, karena tangan satunya memegang beberapa lebar HVS tebal yang mungkin saja itu dokumen yang akan dia berikan kepada si ketua OSIS rese itu. "Dah Kalya, kunci mobilnya jangan lupa." Kalya melambaikan tangan sebelum akhirnya pintu mobilnya tertutup rapat. Kalya menghela nafas melihat punggung Dinda yang semakin lama semakin mengecil dan hilang saat dia berbelok ke koridor. Kalya langsung mengambil ranselnya dan menyelempangnya asal, melepas seatbeltnya dan mengambil kunci mobil, lalu keluar dari mobil. Kalya berjalan di koridor, rasanya dia belum siap untuk masuk sekolah sekarang. Bagaimana jadinya yah jika dia berpapasan dengan Daniel? Apakah dia merasa biasa saja atau justru malah sedih? "Pagi Kal." Belum Kalya masuk ke kelas seorang gadis datang menghampirinya sambil tersenyum lebar, Kalya terdiam, lagi-lagi gadis sok cantik ini. Dinka, gadis terkenal sangat genit di angkatan mereka. "Ya?" Kalya menjawab seadanya, dia membuang muka tidak mau melihat wajah menyebalkan Dinka, entah kenapa semenjak dia jadi sok tau tentang hubungan nya dengan Daniel dia jadi tidak suka dengan Dinka. Tapi, kalau dipikir-pikir Dinka lah yang membuatnya berpikir bahwa Daniel bukanlah laki-laki yang baik. "Bakal ada berita heboh kayaknya di masing." Ujar Dinka dengan angkuh, dia melipat kedua tangannya di d**a sambil mengangkat wajahnya dan melihat Kalya sombong. Ini, sifat yang paling dibenci anak-anak, sifat Dinka yang tinggi hati dan juga tukang pamer. Kalya mendengus lalu melihat Dinka dengan tatapan dingin. "Gue nggak perduli." Ujar Kalya lalu melanjutkan jalannya masuk ke kelas, saat melewati Kalya dia sengaja menyenggol bahu wanita itu dengan bahunya. Dinka agak sedikit terhuyung ke belakang saat Kalya menyenggol bahunya lumayan kencang, dia melihat Kalya sambil menyipitkan matanya. "Lo tuh yah! Lagak banget sih jadi anak! Lo tuh bukan siapa-siapa nya Daniel lagi, jadi jangan sok jagoan deh." Teriak Dinka dari luar kelas, mendengar itu Kalya hanya terdiam sambil mengepalkan kedua tangannya yang berada di sisi tubuhnya, hanya menjadi panas kembali saat dia mendengar nama Daniel. Dinka masuk ke dalam kelas, dia tersenyum puas melihat Kalya yang terbakar dengan kata-katanya. "Gue ngomong sesuai fakta yah, apa tuh tadi? Pake acara nyenggol bahu gue segala, Lo sengaja?" Tanya Dinka dengan nada sinis. Kalya menaruh tas nya asal lalu kemudian dia berjalan mendekat. "Iya, gue sengaja. Kenapa? Nggak suka?" Tanya Kalya dan itu membuat Dinka semakin panas. "Pantes aja yah, Daniel selingkuh, lah ceweknya aja kayak lo, kalau gue jadi Daniel sih bukan gue selingkuhin lagi, tapi gue putusin di depan selingkuhan gue." "TUTUP MULUT LO YAH!" Bentak Kalya membuat Dinka tersentak kaget. "Pagi-pagi udah bikin emosi aja! Awas gue mau keluar, gerah disini ada setan!" Ujar Kalya menekankan kata 'setan' dan menatap Dinka lekat lekat. "Aduh, pantes nggak punya temen, orang lo sombong dan sok tau sih." Kalya tersenyum puas saat melihat perubahan wajah Dinka yang sepertinya semakin panas karena ucapannya tadi. "Sorry kalau nyinggung." Ujar Kalya tidak sepenuhnya tulus, dia hanya ingin membuat gadis resek itu panas dan marah karenanya, dan Kalya merasa tindakannya sudah sangat berhasil membuat gadis itu mengepalkan kedua tangannya kuat-kuat. Setelah melihat Dinka yang memanas, Kalya langsung pergi keluar kelas untuk mencari angin sekaligus menghindari Dinka yang berada di dalam kelas. Kalya berjalan di koridor sambil merapikan baju seragamnya yang agak berantakan. Saat sedang merapikan seragamnya dia menghentikan langkahnya karena dia melihat ada sepasang kaki di hadapannya. Kalya minggir ke kiri, namun sepasang kaki itu juga ikut ke kiri, Kalya minggir ke kanan, dan lagi-lagi sepasang kaki entah pemiliknya siapa juga ikut mengikutinya. "Ck," Kalya berdecak lalu mendongakkan kepalanya melihat siapa yang pagi-pagi sudah kurang kerjaan membuat dirinya kesal, tetapi tiba-tiba saja dia terkejut melihat siapa orang pemilik sepasang kaki tersebut. "Halo." Orang itu menyapa tanpa dosa dengan senyuman yang manis yang mampu membuat siapapun terbius dengan senyumannya yang manis. Uniknya, saat dia tersenyum seakan matanya juga ikut tersenyum, membuat orang yang melihatnya menjadi tenang. Tubuh Kalya menegang seketika. "Dan-Daniel?" Pekik Kalya lalu menutup mulutnya, merutuki dirinya sendiri karena sudah membuat kebisingan di pagi hari. "Nggak usah syok gitu dong, gimana kabarnya, mantan?" Daniel tersenyum, dia tidak mau beranjak dari tempat itu sama sekali. "Apa sih lo! Awas gue mau lewat!" Ujar Kalya galak lalu lantas Daniel tertawa kencang. "Lah? Emangnya gue ngehalangin jalan yah? Badan gue segede apa? Tuh lo bisa jalan lewat kiri, lo bisa jalan lewat kanan. Terserah lo." Ujar Daniel dengan nada mengejek lalu kemudian tertawa lepas. Bugh! Kalya langsung menonjok perut Daniel dengan tangan kanannya yang terkepal kuat, melihat sikap laki-laki itu sungguh membuatnya muak, sedangkan laki-laki itu langsung meringis kesakitan. "Wah-wah, sekarang Kalya mau jadi bad girl?" Ujar Daniel sambil memegangi perutnya yang terasa perih. "Gue, benci sama lo." Ujar Kalya sambil menatap mata Daniel tajam, lalu kemudian dia jalan meninggalkan Daniel yang diam mematung disana. Kata-kata yang dikeluarkan Kalya sangat menusuk hatinya. Dia tersenyum miring, lalu kemudian berbalik melihat punggung Kalya yang sudah menghilang. "Gue juga benci sama lo." *** Flashback On 1 Bulan sebelum putus. Daniel melihat Kalya yang sedang menangis di bangku taman, dia sebenarnya tidak tega melihat Kalya menangis seperti itu. Namun, dia harus melakukannya karena ada satu hal yang benar-benar dia jalani. Dia tidak mau meninggalkan Kalya, tapi dia harus. Melihat Kalya yang sedang menangis itu, dia jadi ingin menghampirinya dan memeluknya. Dia tidak datang terlambat ke taman, Daniel datang tepat waktu, ini sudah dia rencanakan, membuat Kalya menangis sungguh membuat hatinya sangat sakit. Daniel berbalik, tidak mau lagi melihat Kalya, dia meneteskan air matanya lalu kemudian jalan menjauh dari taman meninggalkan Kalya yang masih menangis disana. ***
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN