Bab 9

1845 Kata

Embun masih menggantung di dedaunan ketika Hannan berjalan pulang dari masjid. Langkahnya pelan, pikirannya sedikit lebih ringan setelah menunaikan salat Subuh. Ketenangan menyambutnya begitu memasuki rumah, dan lebih-lebih ketika ia masuk kamarnya dan tak melihat Lila di sana. Hannan menghela napas lega. Akhirnya, ia bisa merasakan ketenangan. Yang nyaris tak bisa ia rasakan selama dua hari ini. Baru saja Hannan ingin menikmati momen sunyi itu, tiba-tiba saja pintu kamarnya terbuka lebar. "Pagiii, Om!" Sosok Lila muncul dengan senyum khasnya yang cerah, seperti matahari yang terlalu bersemangat menyapa dunia. Hannan memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan emosinya yang baru saja ingin menikmati kedamaian. "Kamu ngapain ke sini? Bisa nggak sih, biarin saya tenang sebentar saj

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN