Bab satu
Awal mulanya di sini, saat Kenzo dan Gabriel, pemuda 19 tahun yang hidup dengan hasil malak, merampok dan mencuri, memulai aksinya lagi.
Mereka berencana melakukan perampokan pada rumah yang katanya telah kosong selama satu pekan.
Pemiliknya hanya mempekerjakan lima orang penjaga, dan beberapa pelayan, membuat dua pemuda itu tersenyum bahagia karena itu sangat gampang untuk di atasi.
Kenzo mulai menyusun rencana, dengan menggambarkan sebuah denah dari rumah yang akan mereka rampok. Sekarang mereka berdua berada di gedung tua, yang mereka berdua sebut sebagai markas, sekaligus tempat tinggal mereka.
Tanpa orang lain, hanya mereka berdua, mereka telah hidup berdua selama sepuluh tahun.
"Oke... Kita gerak jam 12 malam. Sekarang kita tidur dulu, lo masang alarm jam 12 oke!" Seru Kenzo memerintah Gabriel yang tengah menyesap rokok.
"Hm..." gumamnya karena rokok yang tengah di isapnya membuat dia irit bicara.
Kenzo kembali menyapit rokok yang ia lepas tadi di atas meja, ruangan itu penuh dengan asap yang berasal dari mereka berdua.
Setelah isapan terakhir, Kenzo merebahkan tubuhnya di atas kasur tanpa seprei, kasurnya cukup luas, dan pastinya ia membelinya dengan uang hasil curian.
Gabriel yang tengah menonton sesuatu di dalam ponselnya, melirik was-was ke arah Kenzo, setelah yakin Kenzo tak memperhatikannya, ia kembali menatap serius layar ponselnya, sambil menggunakan headset bluetooth.
Ia sangat serius, tanpa sadar Kenzo melihat apa yang ia lihat, Kenzo menyipitkan matanya dari samping.
"Nonton apa lu?"
Gabriel yang tampak panik langsung mematikan layar ponselnya, seketika menjadi hitam.
"Heh! Anjing lu nonton bokeb! Wah b*****h. Send ke gue dong," ucap Kenzo berdiri, lalu di akhiri dengan senyuman genit.
"Download sendiri," ketus Gabriel lalu memasukkan ponselnya ke dalam saku jaketnya. Ia keluar meninggalkan Kenzo yang tengah sumringah memelas.
"Woi, kemana lu! Hahah... " Panggil Kenzo terkekeh, melihat Gabriel yang
"Gab! Woii! lu mau gue bantu ngeluarin ga?" Ujarnya lagi lalu terkekeh. Gabriel tetap berjalan ke depan, sambil mengacungkan jari tengahnya untuk Kenzo.
Tenang saja, Mr.P Gabriel tidak selemah itu, hanya menonton tidak akan merangsang.
Gabriel keluar dari gedung tua itu, ia kini berada di luar, ia menarik nafas dalam-dalam, lalu di hembuskan pelan.
Ia membalikkan badannya, melihat ke seluruh sisi gedung yang terlihat angker, tak ada lampu penerang membuat tempat itu tambah angker, di tambah lagi dengan rumput liar yang tumbuh di mana-mana, gedung bekas pabrik minyak itu menjadi tempat Gabriel dan Kenzo bertumbuh.
Sebenarnya gedung bekas ini sudah di beli oleh Kenzo dan Gabriel, membeli dengan uang hasil curian pastinya, karena kondisi bangunan yang sudah tidak layak huni, pemilik gedung menjualnya dengan harga murah, sekitar 50 juta.
Kenapa Gabriel dan Kenzo tidak ingin merenovasi? Yah karena mereka tidak mau ada yang tau tempat mereka ini, karena mereka juga seorang kriminal yang sudah sering keluar masuk penjara, yah, begitulah, mereka harus bersembunyi.
•••
Saskia kini tengah mendengarkan musik favoritnya, ia menyetel suara musik itu kencang-kencang, ia berjoget santai, satu tangannya memegangi setengah gelas minuman dan tangan satunya memegangi rokok.
Kepalanya sedikit pusing, ia memilih duduk di atas meja rias, melipat kakinya lalu menyeruput cairan bening di tangan kirinya, ia menutup mata lalu mulai menggoyangkan kepalanya pelan beriringan dengan suara musik santai.
Rokoknya ia lepaskan ke atas asbak, lalu gelasnya ia isi lagi dengan cairan bening, lebih tepatnya miras. Kecanduan Saskia terhadap miras sudah sangat fatal, ia bisa menghabiskan hingga 3 botol miras dalam satu jam.
Ini adalah botol ke dua, isinya sudah habis, rasa pusing di kepalanya tak membuat ia gentar.
Rokoknya ia isap kembali, lalu di hembuskan.
Dari luar jendela kamar Saskia, seorang cowok tengah memperhatikannya. Cowok dengan stelan hitam-hitam.
Itu adalah Kenzo. Ia membuang puntung rokoknya sembarangan, lalu menyunggingkan sebelah bibirnya.
Kenzo berjalan meninggalkan jendela kamar Saskia, ia beralih ke depan rumah Saskia, penjaga rumah Saskia ternyata sudah di lumpuhkan. Kenzo dan Gabriel mencungkil jendela dapur rumah Saskia.
Rumahnya hanya satu lantai, tapi luasnya hingga beberapa hektar, tempat fitness, kolam renang dan taman belakang.
"Udah belom," ucap Gabriel berbisik kepada Kenzo yang kini tengah mengotak-atik jendela.
Gabriel tugasnya melihat situasi, ia waspada akan pelayanan dan penjaga, takutnya penjaga di depan rumah Saskia kembali terbangun.
"Bentar."
"Okee sip, ayo masuk, kita sikat semuanya," seru Kenzo pelan
Gabriel dan Kenzo menurunkan topeng ala perampoknya, ia masuk melalui jendela yang sudah di congkel.
Gabriel menutup jendela itu dengan pelan, lalu jalan mengendap-endap agar tak menghasilkan suara.
Target mereka hanya uang, bukan benda.
Gabriel dan Kenzo melangkah keluar dari dapur.
"Ngapain lu?" Tanya seseorang. Membuat Kenzo dan Gabriel kaget bukan main, Kenzo dan Gabriel melotot, melihat siapa yang tengah berbicara kepada mereka berdua.
Kenzo dan Gabriel mematung beberapa saat, hingga detik berikutnya ia tersentak saat sadar kalau itu adalah seorang gadis, itu adalah Saskia.
"Cewe bro," ucap Gabriel berbisik tanpa menggerakkan tubuhnya, seperti seorang yang sedang membeku.
"Lo bedua mau ngapain? Ngerampok?" Tanya Saskia sekali lagi, Saskia mendekati Kenzo dan Gabriel dan membuat mereka berdua kembali mematung seakan di hipnotis.
Kenzo menyodorkan obeng yang ia gunakan mencungkil tadi, berharap Saskia takut.
Saskia menguap, lalu semakin mendekati dua cowok itu.
"Kalau mau ngerampok, ambil uang aja yah, jangan ambil barang-barang. Kamar bokab gue di situ tuh" ucap Saskia menunjukkan kamar ayahnya yang letaknya di ujung.
"Sandi berangkasnya 2659, Jangan di abisin yah, sisain gue dikit, buat pegangan," lanjut Saskia enteng, tanpa rasa takut sedikitpun.
Ia kembali berjalan menuju kamarnya, tengah jalan ia berhenti, lalu kembali menoleh
"Kalau udah, kasi tau gue ya," Lalu lanjut berjalan.
"Ken, kayaknya dia mabuk," ucap Gabriel.
"Ssstt, kita ikutin dia, trus kita bekab. Biasanya orang kayak gitu cuma ngejebak, ntar kalo dah sampe kamar dia bakal nelpon polisi" ujar Kenzo.
Mereka berdua mengikuti Saskia, hingga ke kamarnya.
Saskia yang baru saja masuk, kembali keluar, saat melihat Kenzo dan Gabriel mengikutinya.
"Loh... Kan tadi gue udah bilang, sandinya 2 6 5 9 ," ucap Saskia santai.
"Atau... Mau gue bantuin? " Lanjutnya, tanpa jawaban oleh Gabriel maupun Kenzo.
"Huft... Yaudah ayo," lanjut Saskia berjalan melewati Kenzo dan Gabriel.
"Kayaknya dia serius," bisik Gabriel.
"Kita ngak boleh percaya gitu aja, bisa aja ini trik dia," jawab Kenzo masih tetap waspada.
Kenzo dan Gabriel mengikuti Saskia hingga tiba di dalam kamar ayahnya.
Tit.. tit.. tit.. tit..
Brankas ayah Saskia akhirnya terbuka, pemandangan yang sangat indah, mata Kenzo dan Gabriel menjadi hijau.
Ada banyak tumpukan uang di dalam sana, mungkin sekitar 100 juta lebih.
"Ngapain bengong? Sini ambil," ucap Saskia menyadarkan Kenzo dan Gabriel yang melongo.
Kenzo dan Gabriel tersentak, dengan Gabriel memasukkan uang uang itu ke dalam ranselnya, Saskia pun ikut membantunya.
Seperti yang saskia katakan mereka harus menyisakan sedikit uang itu untuk Saskia.
"Udah?" Tanya Saskia saat Gabriel mulai mengancing ransel yang ia isi dengan uang.
"Ini... Beneran kan? Lo ngak bakal lapor polisi kan?" Tanya Gabriel was was.
Saskia mengangguk mantap, meyakinkan Gabriel dan Kenzo akan bantuannya.
Kenzo yang tidak berbuat apa-apa melongo melihat tingkah saskia yang aneh, seumur-umur mereka melakukan kejahatan, baru kali ini ia menemukan orang seperti Saskia, bukannya memberontak atau lapor polisi, dia malah membantu mereka melakukan kejahatan.