Pakeeeeeet

1022 Kata
“Pakeeeeeeet.” Sebuah teriakan dari kurir dari depan rumah Ara. “Iyaa, sebentar.” Jawab Ibu Ara dari dalam rumah. Ibu Ara membuka pintu dan menerima paketnya. “Tanda tangan disini Bu.” Ucapnya. “Wah, dari kalimantan. Siapa yang ngirim mas?” Tanyanya pada kurir tersebut. “Mana saya tahu Bu. Kan saya merima paketnya dari kantor. Bukan dari yang ngirim.” “Hehe. Iya juga ya.” “Mungkin anak Ibu belanja online Bu.” Ucapnya lagi. “Belanja online? Apa itu Mas?” “Ya belanja, tapi online Bu. Duh gimana ya jelasinnya.” Ucapnya sambil menggaruk kepalanya yang tidak gatal. “Saya mah kalau belanja ke pasar Mas. Online itu dimana sih Mas?” Kurir itu semakin bingung bagaimana menjelaskan kepada Ibu Ara. “Ehn begini Bu, coba saya lihat paketnya lagi.” Ucapnya, lalu Ibu Ara memberikannya lagi pada kurir tersebut. “Disini ditulis untuk Ara. Nah Ibu tanya saja sama yang namanya Ara. Online itu dimana.” Jelasnya. “Oh gitu. Jadi ini pesenan Ara?” “Di paketnya ditulis begitu Bu.” “Oh yasudah. Mana paketnya Mas.” Kurir itu memberikannya lagi. Lalu dia segera pergi, sebelum ada lagi pertanyaan yang membuatnya tak sanggup untuk menjawab. Ibu Ara juga langsung masuk dan menuju kamar Ara. Dia mengetuk pintu kamar anaknya. Tok. Tok. Tok. “Raaa, ada paket.” Ucapnya sambil membuka pintu kamar Ara. Karena tak mendapat jawaban, dia pun segera masuk dan membangunkan Ara. “Ra, ada paket.” Ucapnya sambil menepuk – nepuk tangan Ara. “Hmmmm.” “Bangun. Jangan cuma ham hem ham hem saja.” “Iyaaaa.” “Iya itu melek, bukan masih merem gitu.” “Iya ini Ara melek.” Ucap Ara sambil mengucek matanya. Rasanya malas sekali untuk bangun, tapi demi tidak dicoret dari KK (kartu keluarga) dia ahirnya membuka mata. “Nah gitu dong.” “Ada apa Bu?” “Ada paket. Dari kalimantan, jauh banget kamu kalau belanja Ra?” “Hah? Kalimantan? Ara gak belanja apa – apa kok Bu.” Jawabnya sambil bertahan untuk tidak memejamkan mata. “Nah ini siapa yang beli? Tadi kata kurirnya bilang kamu belanja di online. Online itu dimana Ra?” tanya Ibunya polos. Ara yang mendengar hal itu langsung tertawa ngakak. Hilang sudah rasa kantuknya. “Online itu beli di hape Bu.” Jelasnya. “Di hape ada toko nya? Kecil gitu?” tanya Ibunya semakin bingung. “Intinya beli lewat sms gitulah. Penjualnya ngasih lihat gambarnya, terus kita milih, terus transfer, dikirim deh barangnya.” “Oooooh, kalau belanja ayam di online bisa?” tanya nya lagi. “Hahaha. Kalau beli ayam lewat hape mah kelamaan di jalan Bu. Ntar basi.” Jawab Ara sambil menahan tawa. “Ribet banget sih Ra. Enak belanja ke pasar. Heh kamu nih sudah siang masih tidur saja. Bangun sana bersih – bersih. Perawan – perawan kok bangunnya siang.” Omel Ibunya. “Ara tadi sudah bangun Bu. Sudah mandi, tapi tidur lagi hahaha.” Jawab Ara. “Ayo bangun. Bantuin Ibu masak.” “Iyaaaa.” Jawabnya sambil melipat selimut. Ibunya sudah keluar kamar. Ara yang penasaran dengan paket itu langsung membukanya. Paketnya kecil, ringan, dan seperti gak ada isinya. Siapa coba yang ngerjain dia ngirim paket kosong, pikirnya. Dia membaca pengirimnya dari kalimantan. Sedangkan dia gak merasa beli apapun dan siapa pula dikalimantan? Tante nya? Om nya? Ah gak mungkin. Setelah membuka bungkus itu Ara melihat ada sebuah surat disana. Surat yang dibungkus dengan amplop kondangan. Itu loh amplop putih, yang kalau mau nempelin tutupnya pake dijilat dulu. Dia membuka amplop itu, terlihat sebuah surat yang ditulis di kertas asal. Terlihat dari sobekannya. Dia segera membaca surat itu. “Hai. Saat kamu membaca ini, itu berarti paket ini sudah melewati laut jawa. Bisa saja dia menyebranginya, bisa juga dia terbang diatasnya. Sungguh besar perjuangan sebuah paket ini untuk sampai ditanganmu. Begitu juga cintaku. Begitu besar yang harus diperjuangkan. Banyak hal yang harus ditempuh juga diraih. Tapi aku akan selalu berusaha mewujudkan cinta kita. Selamat ulang tahun cantik. Semoga usiamu berkah dan selalu diridhoi olehNYA. Semoga cinta kita dipersatukan olehNYA. Aku memilih kado ini secara asal. Semoga kamu suka. Kado ini tidaklah mahal. Aku tahu kamu juga pasti bisa membelinya sendiri. Tapi ini adalah bentuk kesungguhanku padamu. Ini bukti cintaku padamu. Semoga dengan adanya dia padamu, tak akan ada pria lain yang berani lirik – lirik kamu lagi. Hahaha, egois ya aku Ra? Biarlah. Cinta memang bisa mengubah orang menjadi posesif, egois dan juga romantis. Sebenarnya aku juga mau kirim bunga. Tapi nanti malah keburu layu. Aku kirim bunga yang gak bisa layu aja ya? Nanti, gantian gak sekarang. Hehe. Ra. Aku sayang kamu. Tolong kita sama – sama berjuang. Hal yang kita hadapi bukanlah hal yang mudah dilalui. Semuanya jelas beresiko. Tapi aku ingin melewati semua resiko itu bersamamu. Tolong dampingi aku Ra, hingga aku bisa ada disampingmu nanti. Melindungimu dengan tanganku sendiri. Merasakan aroma tubuhmu setiap hari. Menjadi orang pertama yang kulihat saat membuka mata. Ra, aku memang egois. Tolong mengerti dan maafkanlah aku. Kita saling jaga ya Ra? You are the apple of my eye. I Love You. Luffi.” Ara senyum – senyum sendiri membaca surat itu. Dia tidak pernah menyangka, si manusia oli itu bisa membuat kata – kata yang romantis. Biasanya dia cuma bisa m***m dan nyebelin. Ara membuka bungkus kado itu lagi. Lapisan terahir. Ada sebuah kotak kecil dibalik kardus pembungkusnya. Ara meraih kotak itu dan membukanya. Ada sebuah cincin berwarna perak di dalamnya. Masih ada sebuah catatan di dalam kotak itu. “Suratnya gak aku kirim juga. Biar gak bisa kamu jual. Hahaha.” “Loh ini emas?” ucap Ara pelan. Cincin itu bentuknya tidak berlebihan. Hanya sebuah cincin polos dengan sebuah permata putih ditengahnya. Mirip dengan cincin pertunangan. Ara melepaskan gantungan brand di cincin itu. Dia melihat ada sebuah nama di dalam cincin itu. Ara mencoba membacanya “Ara&Luffi”. “Kado dipilih asal gimana ceritanya. Detail begini kok. Bisa romantis juga dia.” Ucap Ara sambil tersipu sendiri. Wajahnya memerah. Ini adalah kali pertama dia diperlakukan dengan sangat manis oleh seorang pria. Biasanya dulu Diki hanya memberinya sebuah coklat atau bunga. Tapi ini adalah kado terindah baginya. Karena ini dipesan khusus. Bukan barang yang asal dibeli ditoko dan langsung diberikan. Luffi memang berbeda, dia spesial, juga dihati Ara. Dia mempunyai tempatnya sendiri. Khusus dan akan selalu ada disana. Ara menyematkan cincin itu dijari manisnya. Pas. Ara terpesona lagi dan lagi. Dia sangat diperlakukan dengan istemewa oleh Luffi. Orang yang datang disaat yang tepat. Orang yang membantunya menyembuhkan luka. Orang yang selalu berusaha ada untuknya. Cincin itu terlihat sangat cocok dijarinya. Sederhana tapi cantik.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN