Keesokan paginya, Ara dan Ryan sedang dalam perjalanan menuju kantor polisi dimana pelaku penembakan semalam diserahkan sehingga membuat Devan hanya dijaga oleh Jenny di rumah sakit. Ryan dan Ara menaiki taksi yang sudah dipesan sebelumnya dan sekarang mereka sedang duduk berdua di jok belakang. “Aku mohon kamu nanti jangan emosi ya jika bertemu dengan pelakunya. Kamu harus menahannya.” celetuk Ryan hingga membuat Ara mengalihkan pandangannya pada Ryan lalu menganggukan kepalanya pelan. Sebenarnya ia sangat emosi dengan pelaku penembakan itu, apalagi bila orang itu adalah orang yang sama dengan yang menerornya, mengirimi pesan-pesan aneh padanya. Dia tidak akan berikan ampun kepadanya. “Oya, Ra, kalau Devan sudah boleh keluar dari rumah sakit, sepertinya kamu juga ngga akan bisa lanjut

