Prolog

1007 Kata
Sore hari di pantai terlihat ratusan orang sedang menikmati indahnya pemandangan pantai. Dengan angin yang cukup kencang sangat menyejukan hati semua orang yang berada di pantai tersebut. Termasuk seorang laki-laki tampan, gagah dan beriwibawa yang sangat menyukai tempat itu untuk menghilangkan semua beban di hidupnya dan sekaligus melepaskan rasa lelah karena seharian bekerja. "Tuan Bara, sebaiknya Tuan tidak ikut bermain papan seluncur karena ombaknya terlalu besar dan sangat berbahaya!" peringat salah satu pengawal Bara yang bernama Jamil. "Yang di katakan Jamil, memang ada benarnya, Tuan," sahut Jamal yang juga pengawal setia Bara. "Diamlah! Sebaiknya kamu mengambil papan seluncur itu untuk ku sekarang juga!" ucap Bara yang tidak ingin mendengar ucapan kedua pengawalnya. "Tapi Tuan—" ucap Jamil terpotong. "Sebaiknya kalian berdua pulang saja!" ucap Bara dengan penuh kekesalan dan langsung saja mengambil sendiri papan selancar air itu yang berada di belakang kedua pengawalnya. Jamal dan Jamil tidak dapat berbuat apa-apa lagi selain melihat Tuan mereka yang sangat keras kepala itu bermain selancar air dengan keadaan ombak yang sangat mengkhawatirkan itu. "Kau kan tahu, aku paling takut dengan yang namanya ombak!" jawab Jamil beralasan. "Sebaiknya kamu mengundurkan diri saja dari pekerjaan ini, Jamil!" ucap Jamal dengan tiba-tiba, lalu Jamil langsung saja menoleh ke arah Jamal dan melotot tidak percaya dengan ucapan Jamal barusan. "Kenapa aku harus mengundurkan diri? Bukankah pekerjaan ini sangat bagus dan menyenangkan untuk ku?" ucap Jamil. "Untuk apa kamu bekerja sebagai pengawal? Semua hal yang terjadi kamu bilang takut dan pada akhirnya aku yang selalu melakukannya!" kesal Jamal dengan adiknya sendiri. Selama ini Jamal selalu sabar menghadapi Jamil yang selalu malas melakukan pekerjaanya dan bahkan Jamal sudah terbiasa dengan kata-kata Jamil yang mengatakan kata 'takut' padahal Jamil belum bertindak sama sekali, itulah yang membuat Jamal sangat gregetan dengan adiknya itu. "Jamal, coba kamu lihat Tuan Bara! Tuan memang sangat hebat, ya?" ucap Jamil berusaha mengalihkan ucapan Jamal yang ingin selalu mengocehi dirinya. "Kau memang sangat pandai mengalihkan ucapanku, supaya aku tidak memarahi mu, Jamil!" gumam Jamal dalam hatinya berusaha untuk bersabar. "Kalau begini, kita tidak perlu mengkhawatirkan Tuan Bara lagi Jamal. Tuan Bara sepertinya memang sudah terbiasa melewati ombak yang sangat besar itu," jelas Jamil yang sudah merasakan hatinya sedikit tenang saat ini. Terlihat laki-laki berusia 29 tahun itu sangat menikmati olahraga selancar air di atas lautan yang di penuhi dengan gelombang yang sangat besar dan untungnya Bara sudah sangat terbiasa melakukan olahraga papan selancar air selama ini, sehingga Bara tidak mudah untuk hanyut terbawa ombak besar itu. Semua orang mengagumi kehebatan yang Bara lakukan di atas ombak saat ini, bahkan tidak sedikit orang-orang memotret Bara karena kehebatan dan ketampanannya itu, bukan hanya sekedar tampan namun Bara juga memiliki tubuh yang sangat sispex dan mengoda hati para wanita. Banyak para gadis sangat menginginkan Bara menjadi calon suami masa depan mereka, tapi sayangnya Bara tidak pernah terpikat satupun dengan para gadis selama ini. Selama ini Bara tidak pernah menjalin hubungan dengan gadis manapun karena menurutnya tidak ada yang berhasil memikat hatinya dan membuatnya jatuh hati sehingga Bara memilih untuk sendiri sekarang. Bara akan tetap menunggu jodohnya datang di waktu yang tepat nantinya, itulah yang Bara inginkan selama ini. "Coba lihat pria tampan itu, Aileen!" tunjuk salah satu teman Aileen yang juga terpesona dengan kehebatan Bara dari tadi, bahkan teman Aileen yang bernama Lily pun meloncat-loncat kegirangan karena melihat Bara berhasil melewati ombak besar itu. Ingin rasanya Lily memeluk dan mencium Bara saat ini juga saking terpesonanya dengan Bara. "Dina, bungkam mulut Lily sekarang!" perintah Aileen karena gadis itu sangat malu melihat tingkah Lily yang sangat centil itu, apa lagi banyak orang-orang menatap ke arah mereka. "Memakai apa?" tanya Dina. "Pakai apa saja!" ucap Aileen sambil kesal dan Dina pun langsung saja menuruti perintah Aileen. Ia membungkam mulut Lily mengunakan sebuah apel yang besar sehingga lily sangat kesusahan untuk berteriak. Dengan terpaksa Lily pun mengeluarkan apel tersebut dari mulutnya dan mengigitnya dengan kasar karena kesal terhadap Dina. "Sebaiknya makan itu saja dari pada berteriak tidak jelas sama sekali!" ucap Dina dan terlihat wajah Lily cemberut tidak suka melihat Dina, namun Lily memilih diam saja sambil memakan buah apel tersebut. Sedangkan Aileen fokus dengan ponselnya sambil meminum jus yang sudah tersedia di atas meja itu, lalu Aileen mengangkat ke atas dahinya kacamata hitamnya itu hanya untuk melihat sekilas laki-laki yang membuat Lily seperti orang gila dari tadi dan ternyata Aileen hanya menanggapinya biasa-biasa saja. "Bagaimana? Apa pria itu cukup menarik?" tanya Dina karena ketika Aileen melihat sekilas Bara, Dina tidak sengaja melihatnya sehingga Dina menjadi penasaran apa tanggapan dari Aileen. "Biasa aja!" jawab Aileen dengan jujur dan Dina langsung saja memutarkan kedua bola matanya dengan sangat jengah mendengar ucapan sahabatnya itu. "Hei! Coba lihat pria itu sepertinya sedang dalam berbahaya!" Teriak salah satu orang pengunjung yang dari tadi memperhatikan Bara bermain papan seluncur dan semua orang itu fokus ke arah dimana orang tersebut berteriak mengatakan Bara dalam ke adaan bahaya saat ini. "Coba lihatlah!" ucap pengunjung itu lagi dan semua orang pun melihatnya, hingga semuanya terkejut tidak percaya. "Dimana para penjaga pantai ini? Kenapa tidak bertindak untuk menolongnya?" tanya Lily dengan sangat khawatir dan gelisah sekarang. "Iya kemana mereka semua?" tanya Dina menyahuti ucapan Lily yang juga ikut khawatir sekarang. "Tenanglah, pria itu tidak akan apa-apa," sahut Aileen dan kedua sahabat Aileen pun menatap Aileen dengan tatapan yang tidak bisa Aileen baca sama sekali, sehingga Aileen pun mengabaikan kedua sahabatnya. "Aileen, kamulah satu-satunya yang bisa menolongnya!" ucap Dina dan Lily dengan serempak. "Kenapa aku? Bukankah disini banyak orang?" tanya Aileen yang sangat keberatan dengan keputusan kedua sahabatnya. "Aileen, kami mohon. Dia itu manusia dan bisa mati mengenaskan jika di terkam buaya atau ikan hiu!" ucap Dina yang berusaha membujuk Aileen. "Hei! Lalu bagaimana denganku? Apa kalian berdua menganggap ku tidak bisa mati jika diterkam oleh hewan-hewan itu?!" kesal Aileen. "Ayolah Aileen, tidak ada waktu lagi untuk berdebat yang ada pria itu akan mati mengenaskan jika terus berdebat seperti ini!" ucap Dina dengan tegas. Aileen menatap kedua sahabatnya itu yang terlihat sedang memohon kepadanya dengan sangat tulus, demi menyelamatkan orang asing yang sedang dalam berbahaya di lautan sana.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN