bc

Cinta yang Tak Pernah Dipilih

book_age4+
0
IKUTI
1K
BACA
goodgirl
heir/heiress
drama
bxg
campus
childhood crush
musclebear
like
intro-logo
Uraian

Langit sore itu suram, seakan memahami runtuhnya hati Ar secara perlahan. Di hadapannya berdiri Sri. Wajah yang telah ia rindukan selama tujuh belas tahun terakhir kini berbicara dengan suara tegas – namun dingin.

"Aku mau nikah sama dia, Ar," ucap Sri tanpa berkedip.

Ar menarik napas dalam-dalam, mencoba menyembunyikan gejolak di dadanya. Kata-kata itu menyambarnya bagai sambaran petir. Bukannya ia tidak mempertimbangkan hal ini akan terjadi. Tetapi karena selama ini ia berpegang teguh pada harapan. Harapan yang telah ia pelihara sejak lama, meskipun harapan itu tidak pernah benar-benar diberi ruang untuk tumbuh.

"Aku tidak cukup baik untukmu dibandingkan dengan dia, bukan?" tanyanya lembut, hampir seperti bisikan.

Sri tetap diam. Tatapannya tidak menunjukkan penyesalan, ataupun rasa bersalah.

Ar memejamkan matanya. Ia telah menanggung begitu banyak luka. Ia telah berjuang membangun usaha kecilnya – berjualan apa saja yang bisa ia lakukan, mulai dari nol, semua itu demi menjadi 'layak' bagi wanita yang dicintainya. Namun Sri belum pernah melihat semua itu. Ia hanya melihat kenyataan: bahwa Ar masih belum menjadi 'seseorang'. Bahwa Ar bukanlah pilihan yang dapat ia tunjukkan dengan bangga kepada dunia.

Padahal dulu, saat Sri menangis karena perceraian yang telah menghancurkan hidupnya, Ar-lah yang pertama kali datang. Ar-lah yang menjaga Sri, yang mendengarkan keluh kesahnya, yang menyayangi kedua putra Sri seperti darah dagingnya sendiri.

Namun, cinta yang tak terbalas perlahan berubah menjadi luka menganga.

"Sri... aku mencintaimu selama tujuh belas tahun. Aku tidak pernah pergi. Aku tetap di sini, menunggumu," suara Ar bergetar. "Tapi mungkin... mungkin cinta seperti ini tidak cukup."

Sri memalingkan muka, lalu berjalan pergi.

Dan pada saat itu, Ar tahu – bahwa cinta yang telah ia tunggu selama ini tidak pernah benar-benar terbalas. Penantian itu hanya miliknya sendiri, sebuah penjagaan sepi untuk cinta yang tidak akan pernah datang. Ia berdiri di antara senja yang merayap, langit yang suram mencerminkan kegelapan abadi yang telah menetap di jiwanya. Matahari terbenam adalah pengingat kejam tentang terbenamnya harapan-harapannya, mimpi-mimpinya, dan tujuh belas tahun yang tanpa disadari telah ia sia-siakan untuk cinta yang tidak pernah benar-benar menjadi miliknya sejak awal.

Ar berdiri mematung, menyaksikan punggung Sri menjauh. Setiap langkahnya terasa seperti palu godam yang menghancurkan sisa-sisa harapan yang masih bersemayam di hatinya. Rasa sakit itu begitu nyata, seperti ada cakar tajam yang merobek dadanya.

Ia mendongak, menatap langit senja yang semakin kelam. Awan-awan menggumpal, seolah ikut berduka atas nasibnya. Hembusan angin sore terasa dingin, menusuk tulang-tulangnya. Ia merasa kosong, hampa, seperti wadah yang telah kehilangan seluruh isinya.

Bayangan masa lalu menari-nari di benaknya. Kilas balik saat ia pertama kali bertemu Sri, saat mata mereka bertemu dan hatinya langsung terpikat. Kilas balik saat Sri menangis di bahunya, mengadu tentang luka yang ditinggalkan oleh masa lalunya. Kilas balik saat ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu ada untuknya, untuk melindunginya, untuk mencintainya tanpa syarat.

Dan kini, setelah tujuh belas tahun, janji itu hanya menjadi fragmen kenangan yang hancur berantakan. Ia telah melakukan semua yang ia bisa. Ia telah memberikan segalanya. Tetapi, ternyata semua itu tidak cukup.

Ar memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang mendesak keluar. Ia tidak ingin menangis. Ia tidak ingin terlihat lemah. Tetapi, air mata itu tetap berjatuhan, membasahi pipinya. Ia merasa seperti orang bodoh yang telah terjebak dalam ilusi cinta yang diciptakannya sendiri.

Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru berwarna biru tua. Di dalamnya terbaring sebuah cincin berlian sederhana, yang telah ia persiapkan sejak lama. Cincin yang seharusnya menjadi simbol cinta abadinya, kini hanya menjadi benda mati yang terasa begitu berat di tangannya.

Dengan hati berat, ia membuka kotak itu dan menatap cincin tersebut. Kilau berlian itu terasa mengejek, seolah menertawakan kebodohannya. Dengan gerakan tiba-tiba, ia melemparkan cincin itu ke danau yang berada di dekatnya. Cincin itu menghilang ditelan air, meninggalkan riak kecil yang perlahan menghilang.

"Selamat tinggal, Sri," bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar.

Ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan tempat itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah kakinya dipenuhi timah. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi, apa yang harus ia lakukan. Yang ia tahu, ia harus menjauh dari tempat ini, dari kenangan tentang Sri yang begitu menyakitkan.

Malam itu, Ar berjalan tanpa tujuan. Ia melewati jalan-jalan sepi, taman-taman gelap, dan lorong-lorong sunyi. Ia merasa seperti orang asing di kotanya sendiri. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, tetapi ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi.

Cinta yang telah ia jaga selama tujuh belas tahun telah hilang, dan bersamanya, sebagian

chap-preview
Pratinjau gratis
cinta yang tak pernah dipilih
Langit sore itu suram, seakan memahami runtuhnya hati Ar secara perlahan. Di hadapannya berdiri Sri. Wajah yang telah ia rindukan selama tujuh belas tahun terakhir kini berbicara dengan suara tegas – namun dingin. "Aku mau nikah sama dia, Ar," ucap Sri tanpa berkedip. Ar menarik napas dalam-dalam, mencoba menyembunyikan gejolak di dadanya. Kata-kata itu menyambarnya bagai sambaran petir. Bukannya ia tidak mempertimbangkan hal ini akan terjadi. Tetapi karena selama ini ia berpegang teguh pada harapan. Harapan yang telah ia pelihara sejak lama, meskipun harapan itu tidak pernah benar-benar diberi ruang untuk tumbuh. "Aku tidak cukup baik untukmu dibandingkan dengan dia, bukan?" tanyanya lembut, hampir seperti bisikan. Sri tetap diam. Tatapannya tidak menunjukkan penyesalan, ataupun rasa bersalah. Ar memejamkan matanya. Ia telah menanggung begitu banyak luka. Ia telah berjuang membangun usaha kecilnya – berjualan apa saja yang bisa ia lakukan, mulai dari nol, semua itu demi menjadi 'layak' bagi wanita yang dicintainya. Namun Sri belum pernah melihat semua itu. Ia hanya melihat kenyataan: bahwa Ar masih belum menjadi 'seseorang'. Bahwa Ar bukanlah pilihan yang dapat ia tunjukkan dengan bangga kepada dunia. Padahal dulu, saat Sri menangis karena perceraian yang telah menghancurkan hidupnya, Ar-lah yang pertama kali datang. Ar-lah yang menjaga Sri, yang mendengarkan keluh kesahnya, yang menyayangi kedua putra Sri seperti darah dagingnya sendiri. Namun, cinta yang tak terbalas perlahan berubah menjadi luka menganga. "Sri... aku mencintaimu selama tujuh belas tahun. Aku tidak pernah pergi. Aku tetap di sini, menunggumu," suara Ar bergetar. "Tapi mungkin... mungkin cinta seperti ini tidak cukup." Sri memalingkan muka, lalu berjalan pergi. Dan pada saat itu, Ar tahu – bahwa cinta yang telah ia tunggu selama ini tidak pernah benar-benar terbalas. Penantian itu hanya miliknya sendiri, sebuah penjagaan sepi untuk cinta yang tidak akan pernah datang. Ia berdiri di antara senja yang merayap, langit yang suram mencerminkan kegelapan abadi yang telah menetap di jiwanya. Matahari terbenam adalah pengingat kejam tentang terbenamnya harapan-harapannya, mimpi-mimpinya, dan tujuh belas tahun yang tanpa disadari telah ia sia-siakan untuk cinta yang tidak pernah benar-benar menjadi miliknya sejak awal. Ar berdiri mematung, menyaksikan punggung Sri menjauh. Setiap langkahnya terasa seperti palu godam yang menghancurkan sisa-sisa harapan yang masih bersemayam di hatinya. Rasa sakit itu begitu nyata, seperti ada cakar tajam yang merobek dadanya. Ia mendongak, menatap langit senja yang semakin kelam. Awan-awan menggumpal, seolah ikut berduka atas nasibnya. Hembusan angin sore terasa dingin, menusuk tulang-tulangnya. Ia merasa kosong, hampa, seperti wadah yang telah kehilangan seluruh isinya. Bayangan masa lalu menari-nari di benaknya. Kilas balik saat ia pertama kali bertemu Sri, saat mata mereka bertemu dan hatinya langsung terpikat. Kilas balik saat Sri menangis di bahunya, mengadu tentang luka yang ditinggalkan oleh masa lalunya. Kilas balik saat ia berjanji pada dirinya sendiri untuk selalu ada untuknya, untuk melindunginya, untuk mencintainya tanpa syarat. Dan kini, setelah tujuh belas tahun, janji itu hanya menjadi fragmen kenangan yang hancur berantakan. Ia telah melakukan semua yang ia bisa. Ia telah memberikan segalanya. Tetapi, ternyata semua itu tidak cukup. Ar memejamkan mata, mencoba menahan air mata yang mendesak keluar. Ia tidak ingin menangis. Ia tidak ingin terlihat lemah. Tetapi, air mata itu tetap berjatuhan, membasahi pipinya. Ia merasa seperti orang bodoh yang telah terjebak dalam ilusi cinta yang diciptakannya sendiri. Ia merogoh saku celananya, mengeluarkan sebuah kotak kecil beludru berwarna biru tua. Di dalamnya terbaring sebuah cincin berlian sederhana, yang telah ia persiapkan sejak lama. Cincin yang seharusnya menjadi simbol cinta abadinya, kini hanya menjadi benda mati yang terasa begitu berat di tangannya. Dengan hati berat, ia membuka kotak itu dan menatap cincin tersebut. Kilau berlian itu terasa mengejek, seolah menertawakan kebodohannya. Dengan gerakan tiba-tiba, ia melemparkan cincin itu ke danau yang berada di dekatnya. Cincin itu menghilang ditelan air, meninggalkan riak kecil yang perlahan menghilang. "Selamat tinggal, Sri," bisiknya lirih, suaranya nyaris tak terdengar. Ia berbalik dan melangkah pergi, meninggalkan tempat itu. Setiap langkahnya terasa berat, seolah kakinya dipenuhi timah. Ia tidak tahu ke mana ia harus pergi, apa yang harus ia lakukan. Yang ia tahu, ia harus menjauh dari tempat ini, dari kenangan tentang Sri yang begitu menyakitkan. Malam itu, Ar berjalan tanpa tujuan. Ia melewati jalan-jalan sepi, taman-taman gelap, dan lorong-lorong sunyi. Ia merasa seperti orang asing di kotanya sendiri. Ia tidak tahu apa yang akan terjadi padanya, tetapi ia tahu bahwa hidupnya tidak akan pernah sama lagi. Cinta yang telah ia jaga selama tujuh belas tahun telah hilang, dan bersamanya, sebagian

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.3K
bc

TERNODA

read
198.5K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.0K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
51.8K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook