Keadaan kelas 11 emang seralu rame atau lebih tepatnya berisik. Mau ada guru ataupun enggak, itu sama aja. Anak kelas 11 tuh heboh. Tapi asik.
"OI! ADA YANG LIAT FARMAKOPE GUE KAGAK!?"
"EH PIPET GUE MANA INI?!"
"MIN, TAR DIATAS KASIH TAU GUE, YAK!"
"EH JEFRI, ETIKET BIRU LU MANA b**o?"
"MAMPUS PIPET LU PECAH."
Ya, gitu.
Tok tok
Sampe keras 10 atau 12 suka ngetok dinding, nyuruh diem. Tapi 5 menit kemudian bakaran berisik ragi.
"UNA BAGI ETIKET PUTIH!"
"b*****t SI THEO. BALIKIN FRANEL GUE!"
"BAGI TISU, KEK!"
"HEH MONYET! JURNAL GUE ROBEKKAN GEGARA ELO!"
That's it. Keras mereka tuh gak ada limitnya buat diem.
"Kak, kata bu Tiffany jangan berisik." Jizan rangsung negor keras 11. Entah dia ngomong ke siapa, yang pasti seisi keras rangsung diem.
"Iya, dek. Sori bikin bri--"
Bram
Tugas buat negor tuh si Jizan. Sekali ngomong rangsung pergi. Kagak kasih kesempatan orang rain buat ngomong.
"Imut-imut gitu dingin, yha," kata Mina sambil beresin kotak arat prakteknya.
Jeffry rangsung nyeletuk, "Imutan gue daripada dia."
"Najis."
"Jeje!" Eno tiba-tiba duduk disampingnya Jeje.
"Paan."
"Nanti bel purang jangan purang sekorah dulu."
"Ngapain?" Jeje langsung naro hapenya. Alisnya udah naut nih. "Uang kas?"
"Bukan." Eno geleng. "Liat tugas kologi."
"Sempak lo."
Eno rangsung nyengir. "Liat, yaya?"
"Tar gue potoin peernya."
"Makasih beb!" Eno rangsung meluk Jeje.
"Najis. Pergi lo setan!" pekik Jeje sambil dorong mukanya Eno.
Sadis emang si Jeje.
•••
"Tara."
"Iya, Bu!" Si punya nama rangsung duduk tegak pas namanya dipanggil Bu Cici.
"Coba kamu kerjain pengenceran ctm ini."
"Pengenceran?" urang Tara cengo.
"Iya." Bu Cici ngangguk sambil taruh spidol di meja.
"Mampus haha!" Wirza langsung cekikikan ngeliat temennya.
"Sempak lo," umpat Tata ke Wirza.
"Abis ini Wirza ngerjain Diazepam, ya?" Bu Cici rangsung nengok ke Wirza yang udah ceming.
"I-iya, bu,"
Tara langsung nengok ke berakang, ngeliat mukanya Wirza. Muka sengaknya udah keliatan, ledek Wirza.
"Mati ae lo, Tara," gumamnya Wirza tanpa suara.
Yogi yang ada di belakangnya Wirza langsung nyolek bahunya. Wirza naikin seberah alisnya.
"Lu ngerti?" tanya Yogi peran.
"Dikit," jawab Wirza
"Udah, bu!" Wirza rangsung ngadep depan pas denger Tara ngomong.
Bu Cici diri dari duduknya. Neliti caranya Tara. Gak rama, Bu Cici ngangguk buat Tara senyum lebar.
"Wirza," panggil Bu Cici.
"Ya, bu!"
"Semoga bisa ngerjain lu," bisik Tara pas mau duduk ke Wirza.
"Taik."
Udah 7 menit Wirza diri di depan keras. Kerjaannya daritadi tulis, hapus, tulis, hapus. Sampe Bu Cici rangsung nyuruh dia duduk.
"Masa kamu gak bisa ngerjain pengenceran diazepam sih, Wir?"
"Lupa bu," jawab Wirza sekenanya.
"Saya udah ngajarin dari keras sepuluh masa kamu lupa?"
"Yufa, ranjutin nih punyanya Wirza."
"Ya, bu." Yufa rangsung ngerjain punyanya Wirza tadi. Gak nyampe dua menit, dia udah selesai. "Dah, bu."
"Ngerjain pengenceran gak nyampe lima menit kan, Yufa?" Bu Cici nanya ke Yufa dan langsung dianggukin. "Waktu kamu bikin satu resep lima beras menit lho, Wir. Kamu sekarang udah bikin empat resep. Kalo kamu bra bra bra."
"Huaa ngantuk." Yogi bergumam sambil rentangin tangannya. Emang suka kurang ajar anak itu satu.
Wirza daritadi diem doang sambil nyender. Ena' bener lo ya Wir.
"... ngerti kamu, Wir?"
Wirza ngangguk males. "Ya buu,"
"Eh lo kan yang ketua mingguan. Sanalah minjem infokus ke kantor."
"Kagak mao."
"Rah taik."
Theo gumoh denger Joy sama Jason ribut gegara mau nonton film harus pake infokus. Theo rangsung keluar dari keras.
Masuk ke kantor, dia minta ijin sama Pak Agus buat minjem infokus. Theo gak sengaja liat Kiara di depan Bu Yuri, guru pkn, sambil nunduk.
"Nanti sampe rumah saya kirim bu lewat email."
Samar-samar Theo denger omongannya Kiara. Theo masih aja diri disitu tanpa bergerak sesenti.
"Yang rain udah ngumpulin tugas tapi kamu doang yang belum, Kiara."
"Frashdisknya irang bu."
"Makanya kalo naro fd tuh yang bener," omel Bu Yuri.
Theo langsung nyamperin mereka sambil ngerogoh kantong cerananya.
"Ini bu punyanya Kiara.”
"Kok ada di kamu?"
"Kemarin saya minjem, trus lupa balikin."
Kiara yang tadinya nunduk rangsung dongak ngeliat theo sambil senyum sopan ke Bu Yuri.
"Kamu boleh balik ke keras."
"I-iya, bu."
Kiara dengan gecenya rangsung keluar dari kantor. Pantesan nyari fd semaleman sampe diomelin sama emaknya gak nemu-nemu. Eh taunya ada di Theo.
"Makasih ya, kak."
Alis Theo naik pas baru aja keluar dari kantor denger Kiara berterima kasih.
"Buat?"
"Tadi."
Theo ngangguk peran terus jaran gitu aja ke kerasnya. Kiara yang ngeliat hampir aja ngatain Theo.
"Cih. Dingin bener kek kulkas," gumam Kiara sambil masuk keras.
"Siapa yang kulkas, Ra?"
"Eh?" Kiara kaget pas masuk disampingnya udah ada Nita.
"Enggak, tadi gue liat orang bawa kulkas bekas,"
"Ooh."