⚠️4⚠️

824 Kata
Dari dulu sampai saat ini, aura menyeramkan dari Mas Aarav memang tidak pernah luntur. Hanya saja, saat ini pria menyeramkan itu berubah menjadi lebih romantis dan manis apalagi saat ada maunya. "Nanti malam lagi ya." Kalimat yang pertama kali terucap saat kami berdua berada di meja makan. Aku melirik ke kiri dan ke kanan, takut adik-adikku melihat dan untung saja mereka sedang main di luar. "Apa sih. Enggak usah dibahas di sini ah," ucapku dengan nada kesal. Mas Aarav terkekeh pelan lalu sebelah tangannya menarik tanganku lalu mengecupnya. "Saya cinta kamu," ucapnya terdengar begitu lembut. Aku termenung sampai akhirnya kecupan singkat kembali dia daratan di punggung tanganku, "kamu jawab juga perasaan kamu ke saya," perintahnya dengan nada tegas. Dari dulu sampai sekarang, pria ini selalu mendominasi hanya saja saat ini kadarnya berkurang. "Harus banget dijawab, Mas?" tanyaku berniat menggoda, tetapi aura cerahnya mendadak kembali menyeramkan. Alisnya yang tebal dan sorot mata yang tajam mampu membuat aku merasa terintimidasi, "i love you. Semalam aku udah bilang berkali-kali. Masa lupa." "Setiap pagi, kita harus saling mengucapkan perasaan cinta. Menambah keromantisan hubungan." Sebelah alisku menukik. Sebenarnya tanpa diucapkan pun aku tahu dia begitu mencintaiku karena tindakannya mencerminkan hal itu. Begitu juga denganku. Aku biasanya merefleksikan cinta bukan dengan ucapan, tetapi dengan tindakan. Aku hanya terdiam sampai akhirnya Mas Aarav kembali membuka suara. "Saya ingin merasa dicintai dan saya juga ingin kamu tahu kalau saya mencintaimu." Ribet ya, tapi gapapa deh. Nurut sama suami kan pahala. "Iya, Mas," ucapku akhirnya. Senyuman tipis merekah di bibirnya. Dia bangun dari duduknya lalu berpindah posisi di sebelahku. "Mau jalan-jalan?" tanyanya, "saya ingin kencan halal." Eh? Kencan halal ya? Kenapa begitu banget sih bahasanya. "Jalan-jalan ke cafe atau restauran gitu?" Dia menarik kursiku agar lebih dekat dengannya. Tangannya kembali menarik tanganku lalu dia genggam dengan erat. Pria ini seperti takut sekali aku tinggal pergi. "Terserah kamu. Kamu mau ke mana aja, saya turuti." Aku berpikir sejenak. Tiba-tiba es krim strawberry dipadukan dengan saus coklat terlintas di kepalaku. Mendadak aku ingin makanan itu. "Mau es krim," ucapku cepat dan permintaanku langsung mendapat anggukan kepala darinya. "Mau sekarang?" "Iya." "Yaudah. Sebentar ya. Saya ambil kunci mobil dulu." "Enggak mau pakai mobil." Mas Aarav yang sudah siap ingin berdiri langsung kembali duduk. Dia menatapku dengan heran. "Aku mau naik motor, Mas Aarav. Mau diboncengi. Aku enggak pernah diboncengin sama Mas. Mau cobain." Dia melirik ke arah jendela lalu mengangguk pelan. Mungkin dia merasa cuaca tidak mendung sehingga kemungkinan hujan lebih sedikit. "Sebentar ya. Kamu tunggu sini. Saya ambil jaket." Beberapa saat kemudian, kami berdua sudah berada di atas motor besarnya. "Pegangan ya, Dhara," ucapnya. Tanpa menjawab aku mengenggam jaket yang dia pakai sebagai peganganku, "bukan begitu pegangan suami istri yang sedang berboncengan." Aku terdiam, tidak mengerti. Pegangan suami istri yang sedang berboncengan ternyata beda ya? Aku baru tahu. Tiba-tiba, Mas Aarav melingkari kedua tanganku di pinggangnya. "Begini pegangannya, bukan seperti tadi. Seperti tadi mah pegangan tukang ojek dengan penumpangnya." Bisa-bisanya pria ini. Bilang aja ingin dipeluk. "Lebih erat lagi pegangannya, Dhara." Ih, pria ini. Di sepanjang perjalanan, aku menghirup wangi khas Mas Aarav yang bersumber dari jaketnya yang aku pakai. Wanginya itu loh, khas sekali dari dulu sampai sekarang wanginya tidak berbeda. Aku jadi penasaran dia memakai minyak wangi apa. "Mas," panggilku saat motornya berhenti di lampu merah. "Mau apa?" "Enggak," aku memberi jeda, "beli parfum di mana?" tanyaku. "Kamu mau beli parfum? Di mall yang nanti kita kunjungi juga ada." "Bukan. Mas Aarav beli parfum di mana? Wanginya enak, aku suka." "Saya-" ucapnya yang tidak bisa aku dengar karena lampu berubah menjadi hijau dan seluruh kendaraan bergerak sehingga aku hanya mendengar suara kebisingan. "Apa, Mas? Enggak kedengaran," ucapku dengan nada suara lebih kencang. "Saya enggak pakai parfum." Berarti harum khasnya berasal dari tubuhnya, tapi kok bisa begitu ya. Harum tubuhnya sedap, tetapi tidak menyengat. "Yah, padahal aku mau beli parfum kaya Mas Aarav. Harumnya enak." "Kamu peluk-peluk saya aja terus, nanti harum saya berpindah juga ke kamu," ucapnya yang tentunya mendapat respons cubitan dariku. Dasar modus. Cerita ini sudah tersedia versi lengkap, untuk kalian yang mau baca duluan, dapat diakses di k********a. Di k********a kalian bisa mendapatkan 1. Ebook Lengkap (59 part) 2. Bagian Tambahan Ekslusif di karyakarsa Sudut Pandang Aarav (10 part) Sudut Pandang Dhara (3 part) Sudut Pandang Fajar (1 Part) Sudut Pandang Penulis (3 Part) Hanya dengan Rp44.000 kalian bisa akses semua partnya. Cara belinya: 1. Masuk ke aplikasi k********a bisa melalui web atau aplikasi. 2. Cari nama kreator (TheDarkNight_) dan cari judul karya (Full _ Ebook _ Mr. Scary and Our Journey _ TheDarkNight_) 4. Ubah harga jika kamu ingin memberi apresiasi lebih. Pilih metode pembayaran: GoPay, OVO, s****e Pay, Indomart, Alfamart, atau transfer bank. 5. Ikuti petunjuk pembayaran (lihat bagian-bagian yang menerangkan pembayaran dengan Gopay, OVO, Virtual Account BNI, dan Pembayaran QR). 6. Kembali ke laman k********a dan ke karya tadi. Pastikan kamu sudah login, ya. Kalau transaksi sudah berhasil, Karya yang sebelumnya bertuliskan "terkunci" akan ganti jadi "terbuka".
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN