Terbangun. Azam membuka matanya lebar-lebar. Ia berdiri seketika, matanya mengekspos keadaan sekitar. Kali ini ia berada di tempat yang betul. Ia menghela napas kelegaan. "Syukurlah, semua hanya-" Ia tak jadi melanjutkan kata-katanya. Bibirnya terkunci seketika. "Munafik!" Suara misterius itu masih menggema dalam telinganya, namun pelan. "Safira! Diam! Berhenti memanggilku munafik!" Azam mengira kalau Safira yang sengaja meneriakkan kata itu. Tapi ia tak melihat siapapun di sana, kecuali dirinya. Rumahnya juga sunyi, hanya beberapa lampu yang sengaja dinyalakan di setiap sudut. "Kau mencari kebenaran dalam dirimu, bukan?" Suara itu kembali menggema. Kini lebih dekat, tepat di telinga Azam. "Siapa kamu?!" Azam membentak. "Lihatlah banyanganmu dalam cermin!" Bodohnya, Azam menuru

