Diserang Fian

1116 Kata
Stella dan Niko berjalan beriringan menuju ke kelas mereka yang berada di lantai empat. "Enak banget ya, udah datang hampir telat, gak pake dasi, terus ngejalani hukuman malah pacaran. Gak malu apa dilihatin orang-orang?" Sindir seseorang saat Niko dan Stella berjalan di area lantai tiga tempat kelas sebelas berada. Stella dan Niko sontak berhenti berjalan dan menatap seseorang yang barusan menyindirnya. Dialah Fian—anggota osis yang tadi pagi berjaga di gerbang sekolah. "Terus masalah buat lo?" Tanya Niko. "Berani-beraninya lo ngelawan kakak kelas!" Bentak Fian tak terima. Sedikit tentang Fian, dia adalah lelaki. Tapi dia selalu bergabung dengan perempuan. Jadi, mulutnya juga selalu pedas dan usil disertai nyinyir. Apalagi terhadap junior, sedikit saja salah ia akan memakinya habis-habisan bahkan terus menerus. "Kenapa harus takut ngelawan senior? Sama-sama makan nasi kok, sama-sama anak manusia. Tapi kalau elo anak setan pun gue gak akan takut deh," balas Niko mengejek. Fian terlihat geram dan wajahnya memerah. "Kalian mau gue laporin ke guru BK?" Ancam Fian. Stella dan Niko tertawa geli mendengarnya. "Laporin aja. Tapi alasannya apa? Alasan yang enggak logis kayak gitu, mana mau digubris sama guru BKnya," ejek Niko lagi. Fian semakin geram dan tanpa diduga ia menyerang Stella dengan menjambak rambutnya. "DASAR JUNIOR SIALAN! LO BERANI SAMA GUE! LO HARUS TERIMA AKIBATNYA!" Teriak Fian sambil menjambak rambut Stella. Sontak Stella meringis dan menjerit kesakitan. Dugh! Niko menendang tulang kering milik Fian dengan sekuat tenaga hingga lelaki itu berteriak kesakitan namun tak melepaskan cengkraman tangannya pada rambut Stella, malah cengkraman itu semakin kuat. "Woy banci lepasin tangan lo!" Teriak Niko kepada Fian. Namun Fian semakin beringas dengan aksinya. Bruk! Opsi terakhir, Niko menendang perut Fian cukup keras hingga Fian terjungkal kebelakang dan langsung dibantu bangun oleh teman-temannya. "Bangun lo b*****g! Jangan cuma berani sama cewek," tantang Niko penuh emosi. Fian terkulai lemas, tapi Niko masih sangat ingin menghajar seniornya itu. Akan tetapi, sebuah tangan menahannya. Dialah Alvaro. "Stop! Jangan bikin keributan di sekolah," tegas Alva kepada Niko. "Bukan gue yang mulai, tapi temen banci lo itu!" Teriak Niko berapi-api. Sedangkan Stella sendiri masih berjongkok sambil memegangi kepalanya yang terasa begitu sakit dengan rambut yang sudah sangat kusut. "Lo mending sekarang ikut gue ke ruang BK," suruh Alva pada Niko. Tanpa kata Alva langsung menarik Niko menuju ke ruangan BK diikuti oleh beberapa anggota osis yang lainnya. "Lo juga Fian," suruh Andra dengan tegas. Fian langsung nurut dan mengikuti Alva dari belakang. Sedangkan Andra menghampiri Stella dan berjongkok di depan gadis itu. "Lo gak apa-apa?" Tanya Andra. Stella mendongak perlahan kemudian meringis. Rasanya kulit kepalanya perih, mungkin luka karena dijambak oleh orang bertenaga double. "Gue gak bisa bilang gak apa-apa karena kenyataannya kepala gue bener-bener perih dan sakit," ujar Stella sambil memejamkan matanya merasakan rasa perih yang menjalar itu. "Kalau gitu, ayo gue anter ke UKS," ujar Andra menawarkan. "Gak perlu," tolak Stella ketus. "Stella, kamu dipanggil ke ruang BK," ujar salah satu anak osis yang mengawal Niko dan Fian. Stella langsung berlalu tanpa permisi dulu kepada Andra. "Dasar," gumam Andra sambil geleng kepala. ___ Stella tiba di depan pintu ruangan BK, ia bisa mendengar beberapa orang yang sedang beradu argumen. "Kenapa gak masuk?" Tanya Andra yang entah sejak kapan sudah ada di belakang tubuh Stella. Stella diam tak menggubrisnya. "Ayo gue anter," ujar Andra sambil menarik lengan Stella. Tok..Tok..Tok Sebelum masuk Andra mengetuk dulu pintu ruangan tersebut. "Permisi bu, saya mau mengantar Stella," ucap Andra sopan. Bu Titta—guru BK tersenyum mempersilahkan Stella untuk masuk. "Ayo silahkan duduk dulu ya Stella," suruh Bu Titta dengan lembut. Bu Titta ini beda dari kebanyakam guru BK, beliau sangat lemah lembut dan jarang sekali marah. Maka dari itu, banyak murid yang lebih menurut kepadanya daripada ke guru-guru yang lain. Anehnya, guru galak seperti Pak Akbar masih saja ada yang membangkang, namun tidak berlaku kepada Bu Titta. "Karena sekarang sudah ada Stella, ibu mau dengar penjelasan dari Stella," ujar Bu Titta dengan lembut. Stella pun menceritakan semuanya dari awal hingga terjadi aksi p*********n dari Fian terhadapnya tanpa ada yang kurang apalagi dilebihkan. "Benarkah seperti itu, Fian?" Tanya Bu Titta. Fian menunduk karena ia tak ada alasan untuk mengelak. "Saya seperti itu karena mereka gak mematuhi aturan, bu," ujar Fian membela diri. "Ya tapi gak usah jambak rambut Stella juga dong, lo bisa kasih hukuman yang lain dan gak usah pake kekerasan," ujar Niko tak terima. "Sudah, Niko diam dulu." "Ibu anggap kalian bertiga memang salah. Niko dan Stella tidak memakai dasi itu salah, karena peraturan di sekolah ini harus memakai atribut lengkap setiap hari kecuali untuk topi hanya diwajibkan saat upacara saja," ujar Bu Titta. Stella, Niko dan Fian diam. "Tapi untuk Fian, perbuatan kamu sangat fatal. Kamu menjambak rambut Stella, apa kamu tidak berpikir jika Stella itu perempuan dan kamu laki-laki. Jelas, tenaga kamu dan Stella tak sebanding. Coba bayangkan hal parah apa yang akan terjadi akibat kekerasan yang kamu lakukan itu. Kekerasan itu sangat tidak bisa dibenarkan meskipun pihak Stella salah," lanjut Bu Titta. "Kan saya emosi, bu!" Bela Fian lagi terhadap dirinya. "Tapi jangan sampai kamu melukai orang lain dong. Padahal kamu murid yang cukup bagus di bidang akademik dan seni, tapi kelakuan kamu yang ini akan mencoreng citra baik kamu sebagai murid yang berprestasi." Fian menunduk dalam-dalam. "Pasti kamu ingat kata-kata 'seribu kebaikan akan kalah dengan satu keburukan', kalimat itu benar adanya lho." "Iya bu, saya ngaku salah dan gak akan mengulangi itu lagi," ungkap Fian menyesal. "Coba kamu minta maaf kepada Stella dan Niko," suruh sang guru BK. Fian kemudian meminta maaf kepada Stella dan Niko. Setelah urusan mereka selesai, Niko, Stella dan Fian keluar dari ruangan BK. Ternyata di depan ruangan tersebut masih ada anak osis yang tadi mengantar mereka termasuk Andra dan Alva. "Ngapain rame-rame di sini? Mau ngeroyok gue sama Stella karena punya masalah sama anggota lo?" Tanya Niko sinis. "Santai aja kali, kita di sini buat ngawal lo bertiga siapa tahu berniat baku hantam di gudang belakang sekolah," ujar salah satu osis perempuan bernama Tamara. "Temen lo ini gak bisa baku hantam, bisanya mainh jambak," ejek Niko yang langsung dihadiahi injakan kaki oleh Stella. "Stella, Niko, sekali lagi maafin gue ya, gue ngaku salah," ujar Fian sambil mengulurkan tangannya kepada Niko dan Stella. Namun, hanya Stella yang menerima uluran tangan tersebut. Niko enggan memaafkan Fian. "Gue maafin, tapi gue mohon jangan kayak gitu ke siswa yang bukan anggota osis. Gue tahu kalau lo siswa terpilih karena bisa masuk osis, tapi jangan gunain jabatan lo di osis untuk menindas orang-orang karena gak ada siswa yang mau ditindas. Jangan sampe karena kelakuan lo yang merasa punya jabatan jadi bikin organisasi hancur dan jelek di mata warga sekolah," ujar Stella lalu pergi dari sana tanpa pamit dan diikuti oleh Niko.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN