Prolog
Langit malam tampak kelam, hanya diterangi lampu jalan yang memantulkan cahaya di atas aspal basah. Mobil patroli melaju dengan kecepatan stabil, membelah keheningan kota yang hampir tertidur. Di dalamnya, perjalanan ini terasa lebih berat daripada sekadar mengantarkan seorang buronan ke tempat yang seharusnya.
Brian duduk diam di kursi belakang, pandangannya lurus ke jalan yang terbentang. Di sebelahnya, Arma Dwijaya duduk dengan tangan terborgol, tubuhnya sedikit bersandar ke jendela. Wajah pria itu dipenuhi luka, tapi ada sesuatu dalam sorot matanya bukan kelelahan, bukan juga kepasrahan, melainkan sesuatu yang lebih dalam, lebih sulit untuk diartikan.
Brandon yang mengemudi tetap fokus, kedua tangannya mantap di setir, sesekali mengawasi jalan lewat kaca spion. Suasana di dalam mobil terasa sunyi, hanya diisi oleh suara deru mesin dan hujan rintik yang mulai turun, membasahi kaca jendela. Namun, bagi Brian, kesunyian ini lebih bising dari ribuan suara sekaligus.
Tanpa diduga Arma menanyakan seseorang bernama Gesi, seketika Brian kaget mendengar nama itu.
Lalu, seolah udara di dalam mobil tiba-tiba menyesakkan, ingatan itu kembali muncul tanpa diminta.
Gesi.
Nama itu berputar di benaknya seperti gema yang sulit diusir. Anak wali kota. Perempuan yang dulu pernah ia genggam erat, tapi akhirnya terlepas dari tangannya. Perempuan yang ia pikir sudah menjadi bagian dari masa lalu, tapi nyatanya, bayangannya masih tersimpan di sudut pikirannya yang terdalam.
Dulu, Gesi adalah cahaya di tengah kegelapan yang menyelimuti hidupnya. Senyumnya adalah tempat pulang, suaranya adalah ketenangan, dan kehadirannya adalah alasan untuk percaya bahwa dunia tidak sepenuhnya kejam. Tapi kini, semua itu hanya kenangan. Gesi telah pergi. Bukan hanya dari hidupnya, tapi juga dari harapannya.
Di luar, hujan semakin deras, membuat cahaya lampu jalan tampak buram. Brian menarik napas panjang, mencoba menenangkan pikirannya. Tapi semakin ia berusaha melupakan, semakin jelas bayangan itu terbentuk dalam benaknya.
Perjalanan ini bukan hanya tentang membawa seorang buronan ke tempat yang seharusnya, tapi juga perjalanan menuju masa lalu yang selama ini ia hindari.
Dan malam ini, tanpa ia sadari, sesuatu yang telah lama terkubur mulai menggeliat kembali.