Zoey terduduk di tepi tempat tidurnya, dengan kaki yang dibalut gips, membuatnya hanya berada di dalam kamarnya selama seminggu sejak kejadian di peternakan itu. Zoey masih selalu terngiang ucapan Joe saat menggendongnya ke mobil Waktu di peternakan. Terkadang dia tersenyum, namun kembali menjadi kecewa, dan berpikir lalu tersenyum kembali.
"Dia mencintaiku, oh my God ternyata dia benar mencintaiku, aku tidak berkhayal saat merasa dia memang mencintaiku." Batin Zoey dalam hati dan tersenyum.
"Tapi kenapa dia tak datang saat itu? Kenapa dia tak berani menerima tantangan ujian cinta yang Thomas berikan 15 tahun yang lalu? Kelayakan apa yang dimaksud joe saat dipeternakan? Apa karena aku seorang putri kerajaan dan calon pewaris tahta sehingga dia merasa tak layak?" Pikiran Zoey terus melayang.
"Ach...aku tak peduli dia berasal darimana, yang terpenting kini aku tahu bahwa dia memang mencintai aku." Ucap Zoey dalam hati dan tersenyum.
"HEY!!!! Apa kau sudah mulai gila Zoey?!" Teriak Thomas berseru di telinga Zoey dan mengejutkan Zoey dari lamunannya. Zoey seketika memukul Thomas dengan bantal.
"Kau yang gila! Aku bisa tuli akibat seruanmu barusan!" Seru Zoey membalas Thomas. Thomas hanya meringis tertawa karena pukulan Zoey.
"Bagaimana kabar kakimu?" Tanya Thomas mendudukkan diri di samping Zoey.
"Seperti yang kau lihat, gips nya belum dibuka, jadi aku masih harus berdiam diri di kamar. Kapan kau tiba dari Inggris?" Ucap Zoey menanyakan kabar saudaranya itu.
"Aku baru saja mendarat dan itu langsung di istanamu. Aku tak sabar untuk melihat kondisimu, sejak kau bercerita bahwa kau terpaksa dikurung karena kakimu cedera." Sahut Thomas.
"Terima kasih sudah mengkhawatirkan aku. Aku heran kenapa kau lebih mengkhawatirkan aku daripada Zara adik perempuanmu itu?! " Ucap Zoey sambil menyenggol lengan Thomas dengan sikunya.
"Aku juga mengkhawatirkannya, tapi entah mengapa dia selalu marah dan menolak perhatian dari kakaknya ini." Sahut Thomas mengedikkan kedua bahunya.
"Bagaimana kekasihmu? Kapan dia siap untuk menerima tantangan ujian cinta dariku?" Tanya Zoey menggoda Thomas.
Thomas sudah memiliki seorang kekasih, salah satu putri dari kerajaan Anterzone - penguasa wilayah utara dari dunia ini. Jika pernikahan mereka berlangsung dan Thomas yang berhasil mewarisi tahta kerajaan Azhonevia, maka kerajaan yang mereka pimpin akan sangat luas wilayah kekuasaannya, bahkan boleh dikatakan merekalah yang akan menjadi penguasa dunia ini.
"Belum waktunya Zoey. Aku masih menunggu calon suami mu dulu, jadi kita akan bersama menerima dan memberikan tantangan ujian cinta itu, dan pemenangnya akan semakin layak untuk menduduki tahta kerajaan ini. Lagipula kulihat kau tak pernah berhasil dengan pria-pria yang mendekatimu." Ucap Thomas.
"Belum ada yang sesuai Thom, lagipula aku tak masalah jika kau yang mewarisi tahta kerajaan ini. Kau juga calon penerus yang sangat layak dan juga dikasihi oleh rakyat di seluruh pelosok."ucap Zoey ikhlas.
"Ya, aku tahu itu, tapi aku tetap tak mau meninggalkanmu sendirian tanpa pendamping pria yang menjagamu. Lihatlah, jauh dariku selama dua Minggu dan kau langsung seperti ini." Ucap Thomas dan Zoey mencibirnya.
Mereka tertawa bersama siang itu hingga sore hari. Zoey dan Thomas selalu akrab dan saling menjaga satu dan lainnya. Meski mereka tengah bersaing perebutan tahta kerajaan namun tidak membuat mereka benar-benar bersaing layaknya musuh. Mereka tetap saling menyayangi dan menjaga satu dan lainnya.
"Baiklah, hari mulai petang, aku harus pulang karena Madam Celestine sudah sangat merindukan diriku juga." Ucap Thomas menyebut nama ibunya dengan tertawa.
"Kau ini selalu saja begitu terhadap aunty, dia sangat menyayangimu Thom, hargailah." Ucap Zoey mengingatkan Thomas.
"Aku juga sangat menyayanginya, hanya saja sekarang aku ini seorang pria dewasa, tak baik terlalu berlebihan menjaga diriku seperti waktu kecil dulu. Aku bisa kehilangan wibawa ku di depan para wanita Zoey. Kau mengerti kan?! Baiklah sampai jumpa besok saudariku." Pamit Thomas lalu menghilang di balik pintu kamar Zoey.
Zoey tertawa melihat sikap dan ucapan Thomas. Aunty Celestine memang sangat berlebihan menyayangi dan menjaga Thomas, terkadang Zoey pun merasa risih melihat perlakuan aunty Celestine pada putra tunggalnya itu. Sedangkan kepada Zara tak pernah diperlakukan seperti Thomas. Kasihan Zara.
Kamar itu kembali sunyi, dan pikiran Zoey kembali melayang. Sudah seminggu dia tak melihat Joe, karena dia harus terus berada di dalam kamarnya akibat kondisi kakinya.
Ada rasa rindu mulai memenuhi hatinya yang selama ini membeku dan membenci Joe.
"Sial! Aku tak memiliki nomor contact apapun untuk menghubungi Joe." Rutuk Zoey pada dirinya sendiri.
Zoey mencoba berjalan perlahan ke balkon kamarnya yang bisa membuatnya sedikit melihat dunia di sekitar istananya.
Zoey melihat Joe sedang berdiri bersama pengawal lainnya, sedikit mengobrol namun tetap siaga menjaga, dan saat Zoey memperhatikannya dari atas, rupanya Joe merasakannya dan mendongak ke atas mendapati Zoey sedang menatapnya kebawah. Joe segera mengangguk memberi hormat pada Zoey, secara ini adalah istana dan Zoey adalah seorang princess kerajaan ini, sedang Joe hanyalah bawahan, pengawal pribadinya saja. Pengawal lain ikut memberi hormat pada Zoey saat melihat arah pandangan Joe dan menyadari putri raja ada di hadapan mereka meski berdiri di atas balkon.
Zoey merasa kesal, karena itu berarti dia tak bisa lagi memandangi Joe dengan puas. Zoey lalu kembali masuk ke dalam kamarnya dengan berjalan tertatih. Meski hanya melihat sesaat namun mampu mengobati sedikit rindunya.
****
"Joe, kau dipanggil untuk menghadap sang Mulia Ratu di ruangan kerjanya, sekarang!" Perintah kepala pengawal pada Joe pagi itu.
"Siap Sir!" Jawab Joe dengan tegas dan hormat pada atasannya. Joe segera masuk ke dalam ruangan kerja sang Mulia Ratu.
"Joe, kau sudah datang, duduklah. Ada sesuatu yang penting harus ku bicarakan bersama dirimu." Ucap sang Ratu dan Joe pun duduk di seberang meja berhadapan dengan sang Ratu.
Sang Ratu mengeluarkan sebuah amplop coklat, dan mengeluarkan beberapa berkas dari dalamnya. Sang Ratu meraih selembar sertifikat kelulusan milik Joe dari Sekolah tinggi penerbangan. Lalu menyodorkan ke hadapan Joe
"Aku sudah memeriksa setiap rinci tentang dirimu. Maaf jika aku terpaksa melakukan itu. Aku hanya ingin melindungi putriku. Zoey adalah putri tunggal ku, dan aku inginkan yang terbaik selalu baginya. Terbaik bagi putriku, itu juga berarti terbaik bagi seluruh rakyat kerajaan Azhonevia ini. Kuperhatikan Zoey selalu dalam keadaan emosi yang tidak stabil sejak kedatangan dirimu menjadi pengawal bagi keluarga kerajaan. Aku tak mengerti alasannya sampai aku mendapatkan ini, kalian pernah bersekolah di tempat yang sama di sekolah tinggi penerbangan, meski berbeda angkatan. Namun bisa kuambil benang merah penghubung dari semua kejadian belakangan ini pasti bermula dari sekolah tinggi ini sekitar 15 atau 16 atau 18 tahun yang lalu. Bisa kau ceritakan apa yang sudah terjadi pada kalian berdua saat berada disana bersama?" Ucap sang Ratu menanyakan kejadian masa lalu diantara Joe dan Zoey.
"Maafkan saya yang Mulia Ratu, saya telah lancang berani mencintai Princess Zoey saat itu, dan terlalu memanjakan dirinya karena rasa cinta dan sayang yang besar dalam diri saya terhadap princess Zoey, tapi jujur semua itu sebelum saya mengetahui bahwa dirinya adalah seorang putri raja dari kerajaan ini. Maafkan saya meninggalkannya begitu saja, karena saya sangat merasa tidak layak menjadi kekasih seorang putri raja. Princess Zoey sangat kecewa pada saya dan membuatnya sangat membenci saya. Maafkan saya yang Mulia Ratu." Jawab Joe jujur.
Sang Ratu sangat terkejut dengan penuturan jujur dari Joe.
"Apa kau masih mencintainya hingga sekarang?! Apa kau menjadi pengawal keluarga kerajaan dengan sengaja untuk mendekati putriku lagi?!" Tanya sang Ratu dengan tajam.
"Maafkan saya Yang Mulia Ratu, bukan itu maksudnya. Sejujurnya saya telah berjuang selama 15 tahun ini, untuk dapat mensejajarkan diri dengannya, setidaknya untuk menjadi seorang yang satu kasta dengannya. Namun semua sangat sulit, usia semakin bertambah, saya merasa tak akan mungkin ada kesempatan untuk memilikinya, mungkin Tuhan memang tidak menjodohkan kami bersama, maka itu saya memutuskan untuk menerima penugasan sebagai pengawal di istana ini semata-mata hanya ingin tetap menjaganya, memastikan dia selalu aman, meski pada akhirnya dia harus menjadi milik orang lain yang lebih sepadan dengan dirinya. Tak ada maksud saya untuk mengganggu kehidupannya, saya berpikir dia pasti sudah melupakan saya." Jawab Joe tegas dan jujur.
"Saat aku pelajari segala pendidikan dan jalur yang kau jalani sebelum menjadi pengawal kerajaan, aku mengambil kesimpulan bahwa kau sepertinya sedang mengejar menjadi Perdana Menteri di kerajaan ini. Apa tebakanku tepat?" Tanya sang Ratu. Joe tampak terkejut dengan ketepatan insting sang Ratu.
"Benar yang Mulia, namun untuk memenangkan kursi Perdana Menteri dibutuhkan dana yang sangat besar untuk kampanye, dan tetaplah saya selalu kalah dalam pendanaan. Itulah yang membuat saya menyerah pada akhirnya untuk bisa mengejar wanita yang saya cintai. Saya sudah memutuskan untuk mengabdikan diri saya selalu menjadi penjaga dirinya dan merelakan dia bahagia bersama pria lainnya. Maafkan saya telah lancang sang Mulia Ratu." Jelas Joe lagi dengan jujur.
"Terima kasih kau telah mau mencintai putriku dengan tulus. Namun maaf, aku tak bisa merestui hubungan kalian. Putriku Zoey adalah calon pewaris tahta kerajaan ini, dan karena itulah aku tak bisa merestui Zoey menikah dengan pria yang mudah menyerah ditengah bertanding." Ucap sang Mulia Ratu dan Joe semakin menunduk mengerti maksud ucapan sang Ratu dan menerima dengan sadar diri jika Ratu menolaknya berhubungan dengan Zoey.
Joe masih terdiam sedang sang Ratu melanjutkan kalimatnya.
"Siapapun pria yang menjadi suami Zoey, sudah dipastikan menjadi seorang Raja, pemimpin seluruh rakyat di kerajaan ini. Dan sebagai seorang Raja, haruslah syarat utamanya adalah pantang menyerah sebelum darah terakhir menetes, menjadi seorang Raja tentunya harus berani menghadapi berbagai masalah yang terjadi, mempertahankan kebahagiaan rakyatnya yang tidak sedikit, dan itu tak ada batasan waktunya. Jika kau sudah menyerah berjuang padahal baru 15 tahun dan itu hanya untuk memperjuangkan satu orang wanita saja, bagaimana mungkin aku membiarkan kau memimpin kerajaan ini yang mungkin membutuhkan waktu lebih dari 50 tahun sebelum diturunkan ke penerus berikutnya?!" Ucap sang Ratu dan kini membuat Joe tak mampu memahami arah maksud ucapan sang Ratu.
"Maafkan saya Yang Mulia, tapi...." ucapan Joe menggantung karena gugup, dan itu langsung disela oleh sang Ratu.
"Tapi sayangnya putriku tak bisa lagi jatuh cinta pada pria lain. Dia selalu gagal menjalin hubungan dengan pria manapun Joe, apa kau tahu itu?" Ucap sang Ratu dan Joe hanya mengangguk hormat.
"Aku sangat mengenal putri tunggal ku itu dengan sangat baik. Berjuanglah lagi Joe! Karena putriku hanya menunggu dirimu tak peduli berpuluh-puluh tahun lagi, dia akan selalu menunggumu. Dia bahkan rela melepas tahta kerajaan kepada Thomas, karena merasa tak mampu mencari pasangan hidupnya. Hanya kau yang memiliki kunci untuk membuka pintu hatinya yang selalu dia tutup rapat untuk pria lain, Joe. Berjuanglah lagi hingga darah terakhir menetes keluar." Ucap sang Mulia Ratu tersirat sedikit memohon pada Joe untuk kebahagiaan putri tunggalnya.
"Yang Mulia, tapi saya...." Lagi-lagi kalimat Joe tergagap karena sangat gugup.
"Saya akan bicarakan dengan ayah Zoey tentang masalah pendanaan yang kau butuhkan untuk kampanye, supaya tidak terbaca oleh media dan juga pihak lawan, mungkin kau bisa segera mengundurkan diri dari pengawal kerajaan dan kembali mempersiapkan diri untuk pemilihan perdana menteri 4 tahun lagi." Ucap sang Ratu, dan membuat mata Joe berbinar sangat bahagia mendengarnya, namun ditepisnya lagi.
"Terima kasih Yang Mulia, saya tak tahu bagaimana harus berbicara lagi pada anda, tapi maaf saya sudah memutuskan untuk tetap menjadi penjaga hidupnya saja selamanya." Ucap Joe.
"Kenapa?! Kau tak mungkin mampu menjadi penjaga hidupnya dan memastikan dia baik-baik saja! karena kehadiranmu di sekitarnya saja selalu membuatnya terluka dan sedih, bahkan kau mampu membunuhnya perlahan Joe ." Ucap sang Ratu.
"Saya mengerti yang Mulia, tapi saya..." Ucapan Joe sekali lagi disela oleh sang Ratu.
"Baiklah! kita akan bicarakan lagi setelah 6 bulan kedepan. Mohon jagalah Zoey dengan baik sementara saya dan suami saya pergi melakukan perjalanan dinas ke seluruh dunia selama 6 bulan kedepan. Saya percayakan putri tunggal saya di tanganmu Joe. Kau bertanggung jawab penuh menjaganya kemanapun, kecuali saat dia melangkah ke kamar tidur ataupun ke kamar mandi, kau mengerti?!" Ucap sang Ratu tertawa kecil mengulang ucapan Zoey waktu itu saat kesal padanya.
Joe mengangguk hormat pada Sang Ratu, dan ikut sedikit tersenyum mengerti yang dimaksud oleh sang Ratu.