"mom, aku ikut saja bersama kalian. Kumohon biarkan aku mengikuti kalian, rasanya sangat sepi jika mom dan dad tak di rumah, apalagi hingga 6 bulan ke depan. Mom tega melihatku diselimuti lumut karena 6 bulan kesepian?!" Ucap Zoey merayu ibunya, sang Ratu hanya tersenyum menggelengkan kepalanya. Ucapan Zoey mengundang perhatian sang Raja.
"Kau bukan putri kami yang manja Zoey, tak biasa nya kau seperti ini? Ada apa kesayangan Daddy?" Tanya sang Raja.
"Lihatlah kakiku ini entah kapan akan dilepas gips nya! Mom dan dad sudah pergi meninggalkan aku selama 6 bulan, aku pasti sangat kesepian dad. Please, ijinkan aku ikut ya..." Zoey masih tetap merajuk bagai anak kecil.
Sang Raja pun akhirnya menggelengkan kepala tak mengerti mengapa putrinya mendadak menjadi sangat manja. Sang Ratu menghampiri putrinya itu dan merangkulnya lalu membisikan sesuatu di telinga Zoey.
"Jika kami pergi, maka kau bisa berduaan dengan Joe, tak akan ada lumut menyelimutimu sayang." Bisik sang Ratu membuat Zoey terkejut membelalakkan matanya sekaligus langsung merona merah wajahnya.
"Mom....apa yang kau maksud?"tanya Zoey berpura-pura tak mengerti.
"Aku mengenal putriku hingga ke dasar hatinya, baik-baiklah bersamanya." Ucap sang Ratu tersenyum sambil menunjuk ke d**a Zoey.
"Aku sangat menyayangi kalian, kumohon berhati-hatilah dan selalu berikan aku kabar." Ucap Zoey pada ayah ibunya.
Sang Raja dan Ratu lalu memeluk putrinya itu dan mengecup puncak kepalanya, sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil menuju ke bandara untuk terbang berkeliling ke seluruh dunia.
Zoey mencoba melangkah perlahan dan tertatih masuk kembali ke dalam rumah. Zoey lalu duduk di sofa ruang tengah dan menaikkan kakinya lurus di atas sofa. Zoey mengambil ponselnya dan menghubungi Thomas.
"Dimana kau? Mom dan Dad sudah berangkat, datanglah temani aku." Pinta Zoey di telepon.
"Maaf Zoey, aku harus mengurus Zara dulu, sesuatu yang buruk terjadi padanya semalam."sahut Thomas dari seberang line telepon.
"Apa yang terjadi padanya? Apa kini dia baik-baik saja?" Tanya Zoey ikut cemas.
"Dia belum sadar, tapi dia dalam kondisi stabil. Aku akan menceritakan semuanya saat bertemu denganmu." Sahut Thomas lagi.
"Oke, sampaikan salam ku pada uncle dan aunty juga Zara, bye..." Ucap Zoey dan setelah Thomas juga mengucapkan bye maka sambungan telepon itu dimatikan oleh Zoey.
Zoey menjatuhkan kepalanya ke sabar sofa di belakangnya dan memejamkan matanya lalu memijit kedua ujung tengah pelipisnya.
"Anda baik-baik saja Princess?" Sapa seseorang yang ada di dekatnya, dan Zoey sangat terkejut mengenal suara siapa itu.
Zoey berhenti memijit namun tak berani membuka matanya. Sekujur tubuhnya mendadak berubah bagai patung tak mampu bergerak sendiri. Gemuruh di d**a Zoey memacu jantungnya bekerja lebih cepat lagi.
"Princess, apa anda baik-baik saja?" Tanya suara pria itu lagi. Zoey masih dalam keadaan mematung dan memejamkan matanya.
"Aku tak pernah baik jika berada di dekatmu, pergilah!" Usir Zoey padanya.
"Baiklah Princess, saya akan berjaga di depan, berteriak lah jika anda membutuhkan saya." Pamit suara pria itu. Zoey mendengar langkah sepatu pria itu, lalu membuka matanya dan melihat ke arah pintu, namun pria itu sudah tak terlihat.
"Cepat sekali perginya! Benar-benar seperti hantu! Jantungku tak pernah bisa tenang jika dia di dekatku. Andai dia tahu bagaimana gemuruhnya hatiku masih seperti 15 tahun yang lalu, aaah...sudahlah lebih baik aku masuk ke dalam kamar saja." Ucap Zoey mengomel sendiri, lalu berbalik hendak berdiri dari sofa, dan tiba-tiba dia menjadi terjatuh lagi ke sofa.
"AAAA!!!!" teriak Zoey terkejut saat menyadari sosok yang dikatakan hantu itu ternyata masih ada di dekatnya. Zoey langsung gugup dan salah tingkah, merona merah wajahnya melihat pria itu tersenyum lebar padanya.
Zoey langsung menundukkan kepalanya menyembunyikan malu nya.
"Sial! Bodohnya aku! Semoga dia tak mendengar ucapanku tadi." Rutuk Zoey lirih.
"Hantu selalu mampu mendengar selirih apapun suara anda princess." Goda Joe pada Zoey, membuat Zoey segera menutup mulutnya dengan tangannya. Joe tersenyum gemas melihat wanitanya itu, ingin rasanya mengacak rambutnya dan mengecup puncak kepala wanita itu, namun Joe menahan dirinya hanya berdiri saja. Zoey berusaha menjaga wibawanya di hadapan Joe dengan berdehem sebelum bicara lagi.
"EHEM! Lebih baik aku berada di kamar saja! Bukankah hantu dilarang masuk ke area pribadiku?! Jadi aku aman disana." Ucap Zoey dan mencoba berdiri perlahan. Namun kakinya terasa sangat sakit lagi akibat pergerakan yang tiba-tiba tadi saat terkejut.
Joe segera tahu bahwa Zoey kesakitan karena wajah Zoey meringis kesakitan namun berusaha disembunyikannya. Joe segera mengangkat tubuh Zoey, membopongnya dan membawanya ke depan kamarnya yang berada di lantai dua. Joe menurunkan tubuh Zoey perlahan di depan pintu.
"Maaf, anda harus berjalan masuk sendiri ke dalam kamar, karena hantu dilarang masuk ke dalam kamar tidur dan kamar mandi."ucap Joe lalu berbalik dan melangkah pergi hendak menuruni tangga.
"Joe, maafkan aku, aku tak bermaksud mengatai kau hantu, tadi aku..cuma..." Ucapan Zoey menggantung karena Joe menghentikan langkahnya dan berbalik menghadapnya lagi. Joe tersenyum lebar
"Tidak masalah Princess, saya justru senang mendengar gemuruh di d**a anda masih sama seperti 15 tahun yang lalu. Terima kasih, selamanya anda tetap Princess saya." Ucap Joe semakin membuat semburat merah di wajah Zoey.
Joe segera berlari kecil turun tangga meninggalkan Zoey berdiri di depan pintunya. Gejolak di d**a Joe juga sudah tak mampu lagi ditahan, karena itu Joe harus segera berlari menjauh dari Zoey, sebelum dirinya lupa diri dan justru menabrak Zoey masuk ke dalam kamarnya dan melakukan sesuatu terhadap Zoey. Meskipun Joe tahu bahwa sang Ratu telah merestui dirinya untuk mengejar Zoey, namun Joe tetap ingin menjaga kepercayaan yang diberikan Sang Ratu padanya, benar-benar menjaga Zoey untuk 6 bulan ke depan.
Zoey menghela napas panjang untuk menetralkan detakan jantungnya, lalu masuk ke dalam kamarnya. Ucapan Joe bahwa dirinya masih menjadi Princess bagi Joe, menciptakan desiran di tubuh Zoey, dan membuat denyutan dibagian bawah tubuhnya. Zoey menutup pintu kamarnya dan memilih duduk di balkon. Zoey menutup matanya merasakan desiran angin menerpa wajahnya. Teringat kembali ke masa lalu, saat Joe mengambil first kiss nya dulu.
Flashback ON.
Siang itu di kampus sekolah tinggi penerbangan The Royal Global Phoenix. Sekolah Tinggi penerbangan yang dimiliki oleh negara, hanya menerima pelajar lulusan terbaik dengan ujian beasiswa gratis bagi seluruh calon mahasiswa/ mahasiswi yang ingin bersekolah disana.
Setiap hari 3x sehari seluruh mahasiswi yang ada disana selalu mendapat tugas memasak untuk makanan seluruh mahasiswa dan para dosen juga staffnya.
"Hai Zoey, tugas memasak lagi?" Sapa Joe.
"Hai Joe, iya hari ini aku yang bertugas menjadi kepala dapur, jadi aku akan memasak 3x untuk kalian sepanjang hari ini." Sahut Zoey.
Zoey adalah mahasiswi tahun ke-2 di sekolah tinggi itu, sedangkan Joe adalah mahasiswa senior tahun ke-4 sekaligus tahun terakhir di sekolah tinggi itu.
"Wah, sayang sekali siang ini aku ada praktek di lapangan, jadi tak bisa mencicipi masakanmu lagi. Tapi spaghetti aglio mu tadi pagi sangat lezat, aku menyukainya." Ucap Joe.
"Wah terima kasih kalau kau menyukainya." Sahut Zoey.
Joe mendekati ke samping Zoey, lalu hendak berbisik di telinganya, namun Zoey terlanjur menoleh padanya ke samping.
Cup!
Bibir mereka bertemu tanpa sengaja, Zoey sangat terkejut hendak menjauhkan diri, namun Joe sangat cepat meraih tengkuk Zoey, dan melumat lembut bibir merah ranum itu. Zoey merasakan getaran aneh menjalar di seluruh tubuhnya. Joe hanya menciumnya sesaat lalu segera melepaskannya.
"Aku ingin dibuatkan sarapan lagi saat liburan sekolah nanti." Bisik Joe menatap Zoey dengan tersenyum lalu pergi melangkah menjauh dari dapur kampus. Zoey masih melambung di udara dan tak menyadari bahwa Joe telah menghilang dari dapur itu membawa first kiss nya.
"ZOEY, SOSISNYA TERBAKAR!!!" teriak temannya yang juga bertugas di dapur, langsung menjatuhkan Zoey kembali menapak di dunia nyata.
"AAA....MAAFKAN SAYA! SAYA AKAN SEGERA MENGGANTINYA.!" seru Zoey menyesal.
"Zoey, aku tak percaya kau berciuman dengan Joe! Bagaimana rasanya di bibirmu?" Tanya Stacey sahabatnya yang ternyata melihat adegan itu.
"Stacey, apa kau benar melihatnya? Itu semua bukan mimpi khayalanku saja?" Tanya Zoey masih tak percaya Joe menciumnya.
"Iya, Joe barusan mencium bibirmu. Aku melihatnya dia begitu lembut merasakan bibirmu tadi. O..andai aku yang diciumnya tadi, aku pasti akan melingkarkan tanganku dilehernya dan membalas ciumannya. Tidak sepertimu yang hanya berdiri mematung! bahkan kau tidak menutup matamu!" Ucap Stacey dan mengomel di bagian akhir.
"Aku tak tahu harus bagaimana? Tadi first kiss ku, bagaimana aku tahu harus membalasnya?!" Protes Zoey.
Stacey hanya memutarkan bola matanya, merasa jengah dengan sahabatnya yang polos. Tak ada seorangpun mahasiswa maupun dosen dan staf kampus yang tahu bahwa Zoey adalah putri tunggal dari pemimpin kerajaan itu. Hanya pemilik sekolah saja yang mengetahuinya. Semua dirahasiakan karena Zoey ingin bebas bergaul dengan normal.
"sial! Kenapa aku tak menamparnya tadi siang?! Bodohnya aku! Pasti dia menganggapku gadis murahan karena mau dicium oleh sembarang pria! Uuugh...! Sial! Sial!sial!" Rutuk Zoey saat tiduran di dalam kamar asramanya malam itu.
Meskipun kesal namun Zoey tak bisa tertidur, tiap kali matanya terpejam rasa gerak bibir Joe tadi siang selalu kembali terasa di bibirnya. Zoey semakin bertambah kesal, dia bertekad untuk melabrak Joe esok hari. Namun niat itu kembali terlempar oleh angin. Zoey tidak mendatangi Joe, melainkan Joe yang mendatanginya dan meminta maaf atas perbuatannya kemarin. Belum sempat Zoey memaafkan Joe, kini justru Joe yang menyatakan perasaannya pada Zoey, dan meminta Zoey menjadi kekasihnya. Zoey masih ternganga tak percaya pada pendengarannya akan ucapan Joe.
"Zoey, Zoey, kau mau kan?" Tanya Joe lagi dan kali ini dengan sedikit mengguncangkan tubuh Zoey karena gadis itu hanya melongo menatapnya diam.
"Ah..eh...maaf..kau bilang apa?!" Tanya Zoey gugup.
"Kau mau kan jadi pacarku?" Tanya Joe mengulang pertanyaannya.
"Hah?! Aku?! Tapi.....aku...." Sahut Zoey tak mampu melanjutkan ucapannya. Joe membuang napas frustasi.
"Kau sudah mempunyai kekasih.. ouw maafkan aku Zoey, aku tak tahu jika kau sudah punya kekasih." Ucap Joe.
"Eh..a.aku tidak punya kekasih. Aku...aku..." Ucapan Zoey kembali gagap.
"Benarkah?! Kau tak punya kekasih?! Lalu apa kau mau jadi kekasihku?" Tanya Joe lagi dan Zoey masih belum mampu menjawabnya, justru bibirnya menganga dan diam menatap Joe.
Joe tergoda dengan bibir Zoey yang berbentuk seolah mengucapkan huruf "a". Joe kembali mengecup bahkan melumat bibir Zoey itu lagi sesaat lalu melepaskannya dan Zoey masih dalam posisi yang sama, hanya bibirnya kini menjadi sedikit basah mengkilap akibat ciuman Joe.
"Baiklah, berikan jawabanmu saat pesta dansa akhir pekan ini. Aku akan menjemputmu di depan asrama wanita." Ucap Joe lalu pergi meninggalkan Zoey yang masih saja berdiri disana.
Flashback OFF.
Zoey tersenyum mengingat kejadian memalukan itu, dirinya hanya diam saat Joe mencium nya bahkan hingga dua kali dan Zoey tak menamparnya atau menolaknya. Wajah Zoey terasa memanas hanya karena teringat rasa bibir Joe di bibirnya, membuatnya membelai sendiri bibirnya itu sambil tersenyum. Zoey menghela napasnya dengan berat. Andai Joe datang saat ujian cintanya oleh Thomas, akankah Joe berhasil lulus ujian itu? Mungkinkah mereka kini masih bersama dan menikah? Atau Joe tak akan pernah lulus dari ujian itu?
Zoey kembali meneteskan air matanya. Joe tak pernah datang di hari itu. Joe seolah menghilang ditelan bumi saat mengetahui bahwa Zoey adalah putri tunggal dari Raja pemimpin kerajaan ini. Zoey sudah mencoba menghubungi Joe, namun nomor ponselnya tak pernah aktif. Zoey mengirimkan undangan ujian cinta melalui surel nya, namun tak pernah ada balasan dan Joe tak pernah datang lagi. Saat hari wisuda pun Joe hanya hadir sesaat lalu segera meninggalkan kampus sebelum acara wisuda selesai, padahal Joe adalah lulusan terbaik pada angkatannya itu. Zoey terasa perih nyeri di hatinya kembali hadir lagi saat ini, menangis lagi saat ini.
"Apa yang membuatmu merasa tak layak Joe? Bahkan kau sendiri belum mencobanya tapi sudah memilih menyerah tanpa pesan apapun padaku." Ucap Zoey dalam isak tangisnya.
Drrttt.... ddrrtttt....
Ponsel Zoey berbunyi tanda sebuah pesan masuk.
"Mengapa anda menangis Princess? What can I do for make you laugh? Should I be a Superman?"
(Joe)
Zoey terkejut saat membacanya, Joe punya nomor ponselnya? Dimana Joe sekarang? Zoey langsung melihat ke sekeliling dan bahkan ke bawah, namun tak melihat Joe bahkan bayangannya sekalipun tidak.
"Darimana kau tahu aku menangis?? Dimana dirimu?"
(Zoey)
"Bukankah saya hantu? Hantu selalu bisa melihat anda dimanapun berada dan apapun yang dilakukan Princess."
(Joe)
"Kau menakutiku Joe!"
(Zoey)
"Hihihihihihi"
(Joe)
"Sungguh tidak lucu Joe! Katakan kau dimana?!"
(Zoey)
"Maaf pesan ini harus saya akhiri sekarang, terimakasih karena anda kembali marah itu berarti anda sudah tak menangis lagi."
(Joe)
"Dasar gila! Sial! ini pasti kamera pengintai yang dia letakkan di kamarku, aku harus menemukannya!" Batin Zoey dengan kesal lalu berjalan meninggalkan balkon dan menuju kamarnya meneliti ke seluruh ruangan dan berusaha menemukan segala yang ganjil di kamarnya.
"Apa yang anda cari Princess? Kamera pengintai? Hantu tak memerlukan kamera pengintai."
(Joe)
"Sial! Aku pasti bisa menemukannya! Aku yakin ada!"
(Zoey)
"I am a ghost, remember that!"
(Joe)
Joe menatap Zoey dari kejauhan dan tersenyum. Wanitanya masih pejuang tangguh dan tak mudah menyerah, masih seperti yang dulu.
****