Keesokan paginya, Alea terbangun dengan rasa berat yang mengekap tubuhnya. Ia tidak bisa bergerak. Ketika mencoba menggerakkan tangannya, ia merasakan hembusan napas hangat yang familiar. Dengan hati-hati, Alea menoleh dan mendapati wajah Kendra yang tidur dengan damai di sampingnya. Wajah pria itu begitu sempurna—hidung mancung, rahang tegas, dan bulu-bulu halus di sekitar wajahnya menjadi pesona tersendiri. "Ciptaan Tuhan memang maha indah. Kok ada manusia yang wajahnya mirip karakter fiksi?" batin Alea yang tanpa sadar mengagumi ketampanan suaminya itu. Alea menggelengkan kepalanya cepat-cepat, mencoba menyingkirkan pikiran aneh yang mulai muncul. "Jangan terpancing dengan ketampanannya, Alea. Meskipun tampan, dia seorang bastard," bisiknya pada diri sendiri. Namun, jantungnya tetap

