bc

PELET (Terjebak Cinta Terlarang)

book_age18+
255
IKUTI
1.2K
BACA
HE
fated
heir/heiress
tragedy
mystery
loser
small town
like
intro-logo
Uraian

Maya seorang janda dengan satu orang putri.

Pernikahan yang di jalani hampir tujuh tahun lamanya harus kandas.

Buat apa punya Suami kalau harus mencari nafkah sendiri?

Akhirnya Maya memutuskan untuk mengakhirinya.

Maya hidup sebagai singel moms, ia tinggal bersama kedua orang tuanya.

Tiga tahun sudah Maya hidup sebagai singel parent alias janda.

Suatu ketika mereka harus menghadiri pernikahan saudara mereka di suatu desa.

Di sinilah awal dari malapetaka di dalam hidupnya.

Maya, yang tidak hanya disukai oleh sang paman yang nekat mengirimkan pelet agar keponakannya itu menjadi miliknya. Selain sang paman, ternyata ada satu sosok makhluk halus (jin) yang juga menyukai Maya hingga selalu mengikutinya.

Apa yang harus Maya dan keluarganya lakukan? Apakah pelet itu akan diabaikan atau dibuang atau malah memilih tetap bersama jin?

Lalu apa yang terjadi sesungguhnya? Nantikan cerita ini.

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1
1. PELET(Terjebak Cinta Terlarang) Dalam perjalanan Penulis:Lusia Sudarti Part1 * "Maya bersiap-siaplah besok kita sekeluarga akan berangkat kerumah Mbahjmu di desa Tegal Sari, untuk menghadiri pernikahan Bibikmu disana, bawa pakaian untuk satu minggu." kata Bapak sambil melongok kedalam kamar Maya. "Kok lama banget sih Pak, gimana nanti pekerjaanku??" jawab Maya protes karena bepergian terlalu lama. "Tenang saja Maya, kan cuma satu minggu." bujuk Bapak. "Ok lah Pak." akhirnya Maya mengalah. Maya yang notabene seorang Janda punya anak satu. Bekerja sebagai buruh kasar diperkebunan kelapa sawit. Tidak sedikit Emak-Emak yang menaruh cemburu pada Maya, yaah secara walaupun Maya bekerja jadi buruh kasar, itu tidak mengurangi daya tariknya, janda manis berambut panjang lurus hidung mungil mata coklat sendu, tubuh langsing walau pun tidak terlalu tinggi, justru membuat kaum adam ter gila-gila. Keesokan harinya, sesuai rencana Maya berangkat mengendarai mobil sewa yang telah tiba satu jam sebelum rombongan berangkat. Ada sekitar sepuluh orang, sempit? Pasti, dan untungnya masih ada sedikit ruang untuk sekedar mengubah posisi duduk. "Buka sedikit jendela Nduk," perintah si Mbah tetangga Maya yang turut menghadiri undangan, yah beliau sudah seperti Mbah sendiri bagi Maya dan keluarganya. "Mbah mau merokok ya? " tanya Maya sambil tersenyum. "Iya Nduk asem banget dari tadi." jawabnya. "Eemm aku juga mau Mbah. Kirain Aku aja yang asem." balas Maya seraya nyengir kuda.. Heemm padahal nih gengs belum pernah liat kuda nyengir kaya apa? ** Ternyata perjalanan ini cukup panjang dan melelahkan, kami tiba sekitar pukul 20:30. Untung aja tadi istirahat dirumah makan 2 saudara, untuk makan siang dan sekedar buang air kecil, ada yang tiduran meluruskan otot, kalo Maya pasti menyegarkan diri, alias mandi," Setelah selesai kami melanjutkan perjalanan kembali. "Siapa tau nanti Maya mendapat jodoh lagi disana ya Dek?" Mbah Uti nyeletuk memecah keheningan. "Ha ha ha, Iya ya Mbah," sahut Bapak terkekeh menjawab perkataan Mbah Uti. Dan rombongan pun menjadi riuh. "Masa ada yang mau sama aku Mbah?" aku merendah. "Pasti adalah, kayak dulu didesa Mayang wangi, kamu dilamar orang jam sebelas malam, he he he," Mbah kembali terkekeh mengenang dahulu aku pernah dilamar orang yang tak jelas ditengah malam, sedang aku sendiri sudah berlayar di pulau kapuk. "He he he, iya ya Mbah, padahal Maya kan udar tidur, hanya orang tua yang belum tidur, masih asyik ngobrol melepas rindu. Saat itu kami mengantarkan seserahan sebagai hantaran untuk pernikahan Adik bungsuku. "Semoga aja Maya cepet ketemu jodoh lagi," Bapak menimpali. "Iya, mudah-mudahan Maya segera mendapat jodoh lagi, sudah empat tahun menyendiri, biar ada yang bantui mencari nafkah." sahut Maryati Ibu kandung Maya, dan di aminkan oleh semua. "Maya belum ada keinginan untuk menikah lagi Mbah, takut dapat laki-laki yang nggak bertanggung jawab, lebih parah dari yang pertama," aku tetap mengelak. "Sekitar satu jam lagi kita sampai, ini sudah hampir memasuki perbatasan," Bapak melihat ada penunjuk arah disisi jalan. Untung ada AC jadi tak terlalu panas dimobil, semua rombongan terlelap, kecuali aku dan Mbah Uti, Mbah Supar dan Bapak. Mobil melaju dengan kecepatan delapan puluh kilo meter perjam, dan pintu gerbang memasuki wilayah desa Mekar Sari sudah terlihat. "Bangun, bangun kita sudah memasuki desa," ucap Bapak, dan semua terbangun siap-siap karena kita hampir sampai. Setelah melewati sawah dan pabrik padi akhirnya mobil berbelok di rumah yang dipasang tenda warna biru. Kami disambut oleh tuan rumah, yaitu Mbahku. Semua rombongan sudah berkumpul dan bersalam ria, ada yang saling peluk untuk melepas rindu, kalo Maya masih malu, karena ini pertama kalinya berkunjung kerumah Mbah. "Ini pasti Maya dan ini Anaknya kan? Yang namanya Anjani?" Bapak-Bapak seumuran Bapakku bertanya. "Iya, pasti ini Mbah kan?" tanyaku sambil kuraih punggung tangannya dan kucium dengan ta'zim. Begitu pun Anakku bergantian salim. "Wah Maya, Anakmu cantik banget, sama seperti kamu." ujar Mbah kemudian. Ia memuji kami berdua. "Ah Mbah bisa aja." balasku seraya tersenyum malu.. ??? Mbah memperkenalkan Anaknya satu persatu, juga yang lusa yang akan duduk dipelaminan. Bik Siti namanya, dan Paman Sunardi. Paman, Bibik dan kedua adiknya menyalami Maya bergantian. Saat itu tatapan Sunardi terasa berbeda, dan itu benar-benar Maya rasakan ada sesuatu yang tak biasa. Aku bingung dengan tatapan Sunardi, ada apa ya," lirihku dalam hati. Keluarga dari keduanya berkumpul menjadi satu dalam ruangan khusus keluarga. Kami saling memperkenalkan diri, agar lebih dekat dan erat. Aku diajak masuk kekamar pengantin, Bibik akan dirias wajahnya oleh MUA, untuk prosesi acara adat. "Maya, sini. Ayo kenalan dulu sama keluarga dari calon Suami Bibik," Mbah Herman memanggilku yang berada dikamar pengantin. "Iya Mbah," aku mengekor dibelakang Mbah Herman menuju ruang khusus keluarga. Keluarga dari besan yang jauh, diperkenalkan satu persatu, jika kelak bertemu dijalan bisa saling tegur sapa." Kami semua saling bercanda, dan tak ada rasa canggung sama sekali. Karena menurutku, mereka orang-orang yang baik. Dan cepat sekali menyesuaikan diri bersama kami. Sejak satu minggu menjelang hari H, dirumah calon pengantin sudah begitu ramai, maklum orang jawa banyak sekali ritual yang harus dijalankan. Kelurgaku mengikuti prosesi acara adat sore ini, aku dan Anakku tak ikut serta, aku lelah dan istirahat dulu didalam kamar pengantin. Setelah tadi mengikuti acara perkenalan antar keluargaku dan keluarga besan. Atau pun keluargaku yang belum pernah bertemu sebelumnya. Ternyata banyak keluarga yang belum kukenal sebelumnya. Karena buatku pribadi, baru kali ini dipertemukan dengan keluarga besar Bapak. Itu pun belum semua, karena banyak yang berhalangan tidak bisa hadir. Mereka semua banyak yang masih di pesantren, merantau, sakit dan bekerja. Yang tak memungkin kan untuk pulang. Mungkin sekitar empat puluh persen keluarga yang berhalangan hadir. "Hai Dek, capek ya?" Paman menghampiri aku diruang rias. "Lumayan Paman, perjalanannya jauh," jawabku dan menggeser tempat duduk untuknya. "Pantas nggak ikut acara tadi," jawabnya lagi. "Iya," Paman pamit untuk membantu keluarga yang lain. Aku tak begitu mengerti tentang adat Jawa, yang kutau hanya pernikahan. Itu saja. Setelah melepas lelah sejenak, dan menyantap hidangan untuk Maya dan keluarganya,. Mereka menuju kerumah Mbah yang lain. Disini mereka menginap selama menghadiri acara.. Jaraknya tidak terlalu jauh, juga tidak dekat, cukup untuk sekedar olah raga dengan berjalan kaki, mereka bersenda gurau dalam perjalanan, tak terasa akhirnya mereka pun tiba. Bersambung

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

(Bukan) Istri Simpanan

read
51.2K
bc

Kusangka Sopir, Rupanya CEO

read
35.7K
bc

Jodohku Dosen Galak

read
31.0K
bc

Pacar Pura-pura Bu Dokter

read
3.1K
bc

Takdir Tak Bisa Dipilih

read
10.2K
bc

Desahan Sang Biduan

read
54.0K
bc

Silakan Menikah Lagi, Mas!

read
13.5K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook