Bab 3. Menghindari Cedric

1162 Kata
Musik dansa masih mengalun lembut di aula Istana Brighton. Gaun-gaun sutra berputar dalam irama, suara gelak tawa terdengar, bercampur dengan aroma anggur merah yang menguar di udara. Elena menatap isi gelas kristal yang berada di genggaman tangannya. Warnanya merah keunguan, dan kilau cairannya tampak lebih pekat dari anggur biasa. "Untuk perjodohan dua keluarga," ucap Cedric lantang sambil mengangkat gelasnya. Senyum pria itu menawan, namun di balik mata Cedric yang biru agak keabu-abuan itu, Elena menangkap sesuatu yang dingin dan licik. Ia sempat ragu menerima tawaran pria itu. Tapi saat semua mata para bangsawan tertuju padanya, ia tak punya pilihan selain ikut mengangkat gelasnya dan menyesap isinya seteguk kecil. Rasa manis pekat langsung menyentuh lidahnya, diikuti pahit aneh yang menusuk tenggorokannya. Dalam hitungan menit, pandangan matanya mulai kabur. Musik terasa semakin jauh, langkah para penari menjadi bayangan samar, dan tubuhnya limbung perlahan. Cedric menyentuh lengannya dengan lembut, kemudian tanpa izin menyeretnya menuju lorong belakang istana yang sunyi. Di kehidupannya yang lalu, ia menghabiskan malam dengan Cedric gara-gara hal ini, yang membuatnya terikat pada pria ini dan semua rencana Cedric yang mengerikan. "Elena ... tak ada yang akan menyalahkanmu jika kau memilihku malam ini." Elena membeku mendengar ucapan Cedric itu. Namun sebelum langkah Cedric semakin jauh, instingnya untuk terlepas dari pria ini pun bekerja. Ia menepis tangan Cedric, mundur menghindari pria itu, lalu berlari menjauh. "Kau tidak akan bisa kabur dariku, Lady Light!" teriak Cedric yang terkejut. Elena menulikan telinganya. Rok gaunnya sempat tersangkut ujung sepatunya dan robek sedikit, tapi ia tak peduli. Nafasnya tersengal saat ia menembus taman istana, berlari di antara pepohonan yang diterpa cahaya bulan. Hujan tipis mulai turun, membasahi rambut dan bahunya. Ia tak tahu harus ke mana. Hingga dari arah halaman depan, suara derap kaki kuda tertangkap oleh indera pendengarannya. Seekor kuda hitam berhenti mendadak di hadapan Elena dan seorang pria turun dengan gesit. Sosok itu tinggi, berwajah tegas, matanya pekat seperti malam itu sendiri. "Elena?" suara serak pria itu terdengar bingung saat memanggil namanya. Elena mengenali suara itu—Adam Brighton, sang Putra Mahkota. "Yang Mulia—" Elena mengangkat wajahnya dengan napas terengah, "aku—" Adam segera menanggalkan jubahnya dan menyelimuti bahu Elena yang gemetar. "Jangan bicara lagi. Kau tak perlu menjelaskan apapun padaku." Tanpa berpikir panjang, Adam bergegas menggendong Elena ala bridal style ke kamar pribadinya di sisi barat istana. Ia menidurkannya di atas ranjang besar berhiaskan tirai renda putih, lalu melepas sarung tangannya. Jemarinya menyentuh dahi Elena yang berkeringat dingin. "Tenanglah," ucapnya lembut. "Aku takkan membiarkan siapa pun menyakitimu." Setelah itu Adam menegakkan tubuhnya, berniat memanggil pelayan. Namun ia sontak terpaku saat tangan Elena tiba-tiba menangkap pergelangan tangannya. Genggamannya erat, seperti takut kehilangan sesuatu. "Jangan pergi ...," desis Elena, matanya masih tertutup. Adam terdiam. Jantungnya berdetak lebih cepat. "Kumohon! Tolong aku. Aku tidak ingin menikah dengan Cedric." Netra tajam berwarna hitam pekat memindai wajah Elena yang tampak meringis menahan rasa tidak nyaman yang menggerogoti tubuhnya. "Kau seorang penyembuh, tak bisakah kau menyembuhkan dirimu sendiri, Lady Light!" Mata Elena terbuka perlahan, netra biru muda seperti warna langit cerah—seolah bersinar di dalam kamar yang temaram. "Tentu saja bisa!" sahut Elena tegas, tapi suaranya justru terdengar seperti desahan liar. Membuat Adam menelan salivanya. Adam tidak menampik dia sedikit tergoda, dan meski memiliki penyakit berbahaya di dalam tubuhnya yang membuatnya harus selalu mengkonsumsi beberapa tetes darah Elena setiap enam bulan sekali sejak setahun belakangan ini, tapi alat reproduksinya sama sekali tidak bermasalah. Dan satu lagi, ia seorang pria, oke? Seorang pria yang sangat mengagumi Elena sejak pertemuan pertama mereka. "Hanya saja, aku tidak ingin mempertahankannya, Yang Mulia. Status sebagai perawan suci ini hanya membuat Cedric ingin memilikiku." Elena mulai menarik kerah gaunnya yang berpotongan agak rendah, memperlihatkan kulit d**a bagian atasnya yang seputih pualam. "Elena Light, kau ... apa kau tahu pada siapa kau memohon?" geram Adam sambil bersikeras menahan diri agar tidak tergoda. Mata Elena yang telah kembali tertutup, kini terbuka sekali lagi. Menatap Adam dengan kelopak mata yang sayu. "Aku tahu, aku berjanji tidak akan meminta pertanggungjawaban dari Anda, Yang Mulia. Aku tahu siapa diriku dan siapa Anda. Dan jika Anda tidak bersedia membantuku, maka aku akan mencari orang lain di luar sana untuk melakukannya." "Adam!" "Apa?" desis Elena, dengan mulut setengah terbuka. Tanpa menyadari jika Adam sontak menggeram saat melihat tingkahnya itu. "Panggil namaku, Elena Light! Adam!" "Adam—" Seraut senyum smirk terbit di sudut bibir Adam. Perlahan, ia membungkuk ke arah Elena. Memangkas jarak wajah mereka hingga hanya menyisakan lima jari saja. Satu tangannya yang bebas meraih dagu Elena dan mendorongnya ke atas. "Ingatlah! Kau yang meminta ini padaku, Elena Light," ucapnya sambil menatap wajah Elena yang tampak sedikit memerah di bawah temaram cahaya lilin. Dan sebelum Elena sempat menjawab pertanyaannya itu, Adam telah menempelkan bibirnya ke bibir Elena. Ia menyentuh wanita itu demi meredakan rasa tidak nyaman yang Elena rasakan di tubuhnya. Setiap beberapa saat sekali ia menggertakkan giginya, karena setiap rintihan yang terlepas dari bibir Elena membuatnya hampir gila. Namun akhirnya ia berhasil menidurkan wanita cantik itu. Sambil menatap wajah Elena yang tengah terlelap, Adam berbisik di telinga wanita itu. "Aku masih membutuhkanmu sebagai perawan suci, Elena Light," gerutunya sebal. "Tapi aku juga akan marah kalau kau sampai melupakanku." Ia lalu menggigit caping telinga Elena. Wanita cantik itu terlihat mengerang pelan dalam tidurnya. Adam memperhatikan semua itu dengan netranya yang tajam. "Seharusnya aku membalas perbuatanmu padaku di kehidupan sebelumnya. Karena kau telah membalas kepercayaanku dengan meracuniku bersama Cedric b******n itu." Ia kemudian diam sejenak, "Tapi kesempatan kedua yang kudapat sekarang juga kudapatkan dari perjanjian, bahwa di hidup ini aku harus menjagamu. Jadi, selama kau tidak berusaha membunuhku lagi, aku tidak akan menyentuh keluargamu. Ini janjiku padamu, My Lady." Setelah mengucapkan semua kekesalan hatinya pada Elena yang telah tertidur pulas, Adam pun beranjak dari ranjangnya. Pergi membersihkan dirinya. Tak lama, ia meninggalkan kamarnya setelah berpakaian rapi sambil membawa sepotong kain linen putih. Entah apa rencananya pada kain tersebut, namun ia memberikan kain itu pada para pelayan yang ia minta untuk melayani Elena, membersihkan tubuh wanita itu dan merapikan kembali pakaiannya. Sementara ia sendiri melangkah ke aula istana. Di sana, tampak Cedric sedang memerintahkan beberapa orang pengawal untuk mencari Elena. Ia hanya tersenyum sinis melihat hal itu dan justru melangkahkan kakinya ke arah Sir Aldric yang tampak cemas. "Lady Light sedang beristirahat di kamarku," ujarnya saat Sir Aldric menyapanya. "Dia sedikit mabuk, jadi aku memintanya untuk beristirahat di sana." Sir Aldric menghembuskan napas kasar, "maafkan kelancangan putriku, Putra Mahkota," ujarnya dengan wajah lelah. Adam tersenyum tipis, "tidak, dia tidak melakukan kesalahan apapun. Sebentar lagi kau bisa menjemputnya dan membawanya pulang. Tapi, jika dia tidak mengingat apapun yang telah terjadi malam ini. Aku ingin kau merahasiakannya, Sir Aldric!" Ucapan Adam yang tegas itu membuat Sir Aldric terdiam. Setitik rasa curiga bahkan tercetus di dalam otaknya, namun pria paruh baya ini hanya menganggukkan kepalanya. "Baik, Putra Mahkota. Terima kasih karena Anda telah berbaik hati pada putriku. Aku akan menjemputnya sekarang." Adam memperhatikan Sir Aldric yang pergi menemui Elena dengan tatapan yang sangat misterius.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN