Chapter 1 : Kecerobohan Membawa Petaka

1061 Kata
“Dasar ceroboh! Apa kau tak tahu 5 miliar dolar itu sebanyak apa?! Kau bahkan menghilangkan dokumen merger perusahaan juga, benar-benar tidak berguna.” Lucas Smith, pria kelahiran Jakarta itu marah besar karena kecerobohan bawahannya. Bagaimana tidak? Sebuah tas berisi dokumen penting milik perusahaan dan uang cek 5 miliar dolar hilang dalam sekejap karena ulah bawahannya. Saat ini suasana kantor meeting sangat menegangkan dan mengerikan. Mata melototnya bagaikan singa lapar yang siap menyerang siapa pun yang berani menatapnya. Ia sangat marah hingga atmosfir ruangan terasa sangat sesak. Beberapa karyawan berdiri di depannya dengan menunduk, hanya berani menatap sepatu hitam sang CEO. Sebenarnya ini bukanlah kesalahan karyawan. Ini adalah kesalahan pria pemegang jabatan COO yang tengah duduk pasrah di kursi meeting sembari mendengarkan ocehan emosional kakaknya. Kerja di perusahaan ayahnya dengan jabatan COO sungguh tak pernah menjadi impiannya. Dibanding dirinya, kakaknya justru lebih beruntung bisa mengambil alih waris perusahaan dan saat ini memegang jabatan sebagai CEO. Ia menjadi bawahan kakaknya di kantor ayahnya. “Kak, sudah kubilang aku tak sengaja!” “Tak sengaja? Tak sengaja matamu! Kau pikir aku percaya bahwa tas berisi surat cek 5 miliar dolar itu hilang karena dicuri?” “Kau tak percaya? Apa maksudmu?” “Akui saja jika kau korupsi.” Andrean Smith, atau biasa disapa Andre tampak memutar kedua bola matanya sinis sembari menaikkan satu kakinya ke kaki lainnya. Ia tahu betul dengan sifat kakaknya. Pria itu selalu emosional dan temperamen dalam keadaan seperti ini. Membela diri dengan berdebat tak akan ada gunanya. Lagi pula Andre juga mengakui kesalahannya sendiri. Ia menyesal telah menghilangkan tas berharga milik perusahaan ... tapi melihat reaksi temperamental kakaknya membuat ia muak dan tak tahan ingin melampiaskan amarahnya juga. Kini ia berdiri dari kursinya sembari menatap tajam manik hitam milik Lucas. “Cih, dasar temperamental.” Ucap Andre sinis. Lucas jelas tak terima dengan hinaan itu. Ia bersigap untuk berjalan mendekati adiknya namun dihadang oleh beberapa karyawan yang berdiri di depannya. Para karyawan tak mau perkelahian terjadi di kantor, apalagi di ruang meeting. Namun berkat tubuh atletis nan tingginya, ia berhasil menepis semua hadangan dari para karyawan dan berjalan cepat mendekati Andre. Para karyawan hanya menunduk ketakutan, tak berani menyaksikan apa yang selanjutnya akan terjadi. Benar saja, Lucas menarik kerah baju Andre sembari mendekatkan wajahnya pada wajah adiknya dan berkata dengan tekanan kuat pada setiap kata, “Kau … kupecat!” Namun reaksi Andre di luar dugaannya. Lucas mengira adiknya akan ketakutan dan memohon ampunan begitu kalimat itu ia ucapkan, tetapi nyatanya tak demikian. Andre justru menampilkan smirk sinis di bibirnya dan menghembuskan napas kasar sembari menoleh ke samping seolah menganggap remeh Lucas yang tengah berdiri di hadapannya. Lucas yang melihat reaksi menyebalkan itu semakin geram. Perlahan ia melepaskan kerah baju adiknya dan menurunkan tangannya. Kedua tangannya mengepal kuat, selaras dengan mata melototnya yang tampak semakin merah. “Sudah ya, aku ingin pulang. Selamat menikmati hari-harimu sebagai pemilik perusahaan.” Kemudian Andre menoleh ke belakang Lucas, menatap para karyawan yang menunduk ketakutan, “Dan untuk kalian … jangan meniru tindakanku ini jika tak mau dipecat sepertiku. Aku sudah muak dengan pemilik perusahaan konyol ini.” Setelah mengatakan itu, Andre dengan aura dinginnya berbalik dan keluar dari ruang meeting meninggalkan kakaknya dengan tampilan elegan seolah terbebas dari tuntutan beban. Di sisi lain, Lucas sangat marah melihat tindakan semena-mena adiknya. Ia meremas rambutnya dengan kasar dan membanting benda-benda yang bertumpu pada meja meeting dalam ruangan. Ia berteriak histeris, seolah hal itu dapat meminimalisir rasa marahnya. Di belakangnya para karyawan hanya gemetar ketakutan saat mendengar suara benda yang terbuat dari kaca jatuh ke lantai, menciptakan gemuruh ricuh yang tak baik. “APA YANG KALIAN LIHAT? DASAR SIALAN, KELUAR!” Masih dalam keadaan marah ia mengusir seluruh bawahannya yang berada di ruangan. Ia memiliki otoritas penuh terhadap kantor ini, jadi ia dapat melakukan apapun yang ia inginkan, pikirnya. Para karyawan yang tampak ketakutan segera menuruti perintah bosnya, mereka tak mau menjadi sasaran amuk oleh pria berjabatan CEO itu. Satu demi satu karyawan perlahan keluar, meninggalkan Lucas seorang diri di dalam ruang meeting yang sangat berantakan ini. Kini Lucas hanya seorang diri di dalam ruangan. Ia menghela napas kasar, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya setelah uang 5 miliar dolar itu hilang. Tentu saja ayahnya akan marah besar terhadap dirinya. Bukan itu saja, saham perusahaan juga akan turun drastis dan rencana merger dengan perusahaan entertainment asal Singapura akan gagal. “Benar-benar tidak becus, dasar koruptor!” Ia terus mengucapkan sumpah serapah pada orang yang menyebabkan masalah ini terjadi. Sekarang ia tak bisa mundur ataupun menyepelekan masalah ini seperti yang dilakukan adiknya. Lucas merogoh saku celananya untuk mengambil ponsel dan menghubungi seseorang. Seorang teman yang sangat ia percaya.  Tak butuh waktu lama, panggilan telepon yang dilakukan Lucas menghubungkannya dengan orang yang ia tuju. “Jack, bisakah kau membantuku memata-matai adikku? Aku yakin dia berbohong dan mengarang cerita bahwa dana milik perusahaan hilang dicuri saat ia sedang berjalan di tengah kota.” “Mengapa kau begitu curiga pada adikmu? Bisa saja apa yang dikatakannya memang benar.” Ujar Jack Dawson, teman kecil Lucas yang saat ini berprofesi sebagai detektif di instansi swasta. “Kau mau membantuku atau tidak?” Suara Lucas sudah mulai meninggi, sepertinya dia sangat sensitif terhadap hal apapun saat ini. Temperamentalnya benar-benar membuat orang di sekitar geleng-geleng kepala. “Ya, ya. Aku akan membantumu tapi kau juga harus berjaga-jaga dan mementingkan sudut pandang adikmu. Carilah tas itu, aku yakin orang kaya sepertimu akan dengan mudah mendapatkannya dari pencuri jalanan. Oh ya, dan … kau sudah menyiapkan upahku bukan?” “Sudah kusiapkan, tenang saja. Kumpulkan bukti-bukti kalau dia korupsi. Akan kuurus  masalah lainnya.” “Baiklah.” Lucas menutup panggilan telepon dan kembali memasukkan ponselnya ke tempat semula, di balik saku celana. Kini ia sudah bisa bernapas lega. Lucas tahu bahwa teman kecilnya itu dapat diandalkan karena setiap masalah yang ia serahkan pada Jack pasti selalu berakhir mulus dan memberikan hasil yang memuaskan. Namun ia juga harus mendengarkan saran yang diberikan oleh Jack. Carilah tas itu. Jack memang sedikit benar. Ada sedikit kemungkinan kalau ucapan adiknya memang benar. Tapi hanya sedikit … Lucas jauh lebih yakin jika tas itu dicuri oleh Adiknya sendiri. Kini ia berdiri dari duduknya dan keluar dengan menarik pintu secara kasar, membuat orang yang berada di luar terkejut karena kemunculan dadakan sang atasan. Para pekerja menyapanya dengan senyuman ramah, tetapi dibalas dengan wajah acuh nan dingin oleh Lucas Smith.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN