Saat ini Lucas sedang mengendarai mobil Ferrari hitam miliknya dengan kecepatan tinggi. Suasana jalan yang sepi memberinya ruang untuk sedikit beraksi menggunakan mobil mewah nan mahal buatan Italia itu.
Awalnya ia tak memiliki tujuan, tak tahu mau ke mana. Mengendarai mobil berkecepatan tinggi cukup ampuh untuk meredam rasa marahnya. Ini adalah hobinya, tentu saja ada kesenangan di dalam kegiatan ini. Namun itu tak bertahan lama. Ketika sedang asik menikmati suara decitan mobil terhadap aspal, ia tiba-tiba teringat satu hal.
Carilah tas itu.
Tiga kata tersebut seolah memberi seribu satu ide pada otak jenius Lucas. Ia segera memutar mobilnya ke arah berlawanan, melanggar tata tertib lalu lintas dan membuat kericuhan kecil terjadi di antara para pengemudi mobil lainnya. Tapi Lucas tak peduli dengan itu. Ia segera pergi dari kerumunan mobil yang protes terhadap dirinya karena melanggar tata tertib lalu lintas.
Kini ia telah memiliki tujuan. Ia ingin pergi ke kantor polisi untuk melapor mengenai tas yang hilang itu. Tetapi untuk sesaat, pikirannya terhenti. Bagaimana jika tas itu tak hilang dan justru berada di kamar adiknya sendiri? Namun pikiran itu segera ia bantah dengan menggeleng kuat.
"Setidaknya aku harus melaporkan kejadian ini pada pihak berwajib." Lucas bermonolog seolah ada orang lain dalam dirinya yang tengah ia ajak mengobrol.
Tiga puluh menit berlalu dan akhirnya ia telah sampai di kantor polisi yang berada tak jauh dari rumahnya. Lucas turun dari mobil dan menjadi pusat perhatian orang sekitar untuk beberapa saat. Ia jelas tak merasa risih, karena sudah terbiasa dengan tatapan kerumunan orang seperti itu. Beberapa orang yang mengenalinya bertanya-tanya mengenai alasan kedatangan CEO perusahaan terkenal ini. Namun kebanyakan dari orang di sana tak mengenalinya, hanya kagum dengan mobil hitam yang ia bawa.
Kini Lucas mulai melangkah masuk menuju kantor polisi dengan jas hitam ala bos besar dan juga kacamata hitam yang bertengger di telinganya, melihat ke sekitar sembari mencari di mana letak pos pelayanan masyarakat. Pandangannya menyapu seluruh tempat hingga tiba di sebuah spanduk kecil yang menempel di dinding bertuliskan "Pos Pelayanan Terpadu"
Lucas melirik seorang polisi yang duduk di bawah spanduk, sepertinya dia adalah orang yang bertanggung jawab atas divisi itu. Ia mendekat ke arahnya dan duduk di depan kursi yang telah disediakan. Polisi itu tersenyum ramah melihat kedatangan Lucas.
"Selamat siang, Pak. Ada yang bisa saya bantu?"
"Saya kehilangan tas berisi surat cek 5 miliar dolar dan dokumen merger milik perusahaan karena telah dicuri oleh orang tak dikenal. Bisakah Anda menemukannya untukku?"
Polisi tersebut sedikit terkejut saat mendengar ucapan Lucas, terlihat dari matanya yang tiba-tiba membulat, namun beberapa saat kemudian kembali normal dan bersikap profesional.
"5 miliar dolar? Bagaimana itu bisa hilang? Jumlah itu benar-benar banyak. Tapi ... mohon maaf Pak, kami tak bisa mencari barang hilang seperti itu. Kami hanya bisa membantu untuk mencari; sertifikat tanah, dengan cara melampirkan fotokopi sertifikat atau pengantar dari BPN dan pemerintah desa setempat, ijazah yang hilang dengan melampirkan surat pengantar dari dinas terkait atau sekolah yang mengeluarkan ijazah, buku rekening atau tabungan atau ATM dengan melampirkan surat pengantar dari bank yang mengeluarkan, BPKB yang hilang dengan cara melampirkan fotocopy KTP atas nama di BPKB dan STNK, serta KTP atau Kartu Keluarga dengan melampirkan surat pengantar dari pemerintah desa setempat."
"Benarkah? Saya kira polisi dapat mencari barang hilang, apapun jenis dan bentuknya."
Lucas hendak berdiri dan meninggalkan polisi itu dengan perasaan kecewa, tetapi polisi segera menghentikannya dengan membuat penawaran.
"Kami bisa membantu mencari surat merger perusahaan yang hilang, tetapi untuk uang sepertinya sangat sulit dan mustahil kecuali jika Anda mengetahui ciri-ciri pencuri, dan kami akan membuat sketsa untuk memburu pelaku."
Lucas terdiam sejenak. Ia tak tahu sedikit pun mengenai ciri-ciri pelaku, dan ia juga sebenarnya tak begitu yakin jika tas tersebut dicuri orang tak dikenal. Keyakinannya tetap mencurigai sang adik sebagai koruptor. Lucas ingin memberitahu polisi itu mengenai kecurigaannya pada Andre, dengan begitu polisi akan mengusut kasusnya dan membongkar apa yang sebenarnya terjadi. Namun Lucas mengurungkan niat itu karena takut akan merusak citra keluarga.
"Saya tak tahu ciri-ciri pelaku."
Mendengar jawaban Lucas, polisi tersebut menghela napas kasar, "Maka itu akan sulit."
"Lalu bagaimana dengan dokumen merger perusahaan yang hilang? Apa Anda dapat menemukannya?"
Polisi mengangguk santai, "Ya, bisa. Tetapi Anda harus mengisi formulir ini." Polisi menunjukkan sebuah kertas di atas meja, "Formulir ini berisi berbagai pertanyaan mengenai barang yang hilang. Salah satu pertanyaan di sini mewajibkan Anda untuk menyertakan identitas perusahaan Anda dan perusahaan yang akan dimerger, juga harus menyertakan berbagai dokumen yang disuruh di dalam formulir ini."
Lucas mengambil alih formulir tersebut dan melepaskan kacamata hitam dari wajahnya kemudian membaca formulir dengan seksama. Dalam hatinya ia mengutuk polisi di depannya ini karena formulir yang ia berikan seolah mempersulitnya. Tiba-tiba terlintas ide jahat di kepala Lucas, terlihat dari smirk licik yang terukir indah di wajahnya.
"Pak, bagaimana jika saya memberi Anda 20 juta dan Anda mengurus kasus kehilangan saya tanpa mempersulit saya?"
"Anda ingin menyuapku? Maaf saya sama sekali tak menerima suap. Silakan pergi dari sini jika Anda berpikir bisa menyuap polisi."
Sialan, Lucas diusir dengan cara halus.
Tanpa sadar ia mengepalkan tangannya kuat, menahan emosi yang menumpuk di batinnya. Sesaat kemudian ia kembali mengenakan kacamata hitam dan berdiri dari kursinya dengan ekspresi wajah angkuh.
"Baiklah, terimakasih." Ucapnya datar.
Lucas kemudian keluar dari kantor polisi dengan perasaan kesal. Ia masuk ke dalam mobil tanpa mempedulikan orang sekitar yang menatapnya kagum. Ia menyetir dengan cepat, sembari memikirkan cara lain untuk menemukan tas berharga itu. Ini adalah kesalahan adiknya, seharusnya adiknya yang pusing dan mencari cara menemukan tas itu, bukan dia.
"Benar-benar labil." Gumamnya saat mengingat Andre. Lucas kemudian memutuskan untuk kembali ke rumah, mengistirahatkan tubuh dari penat fisik dan batin.
Saat tiba di rumah, ayahnya menanyakan tentang merger perusahaan dan itu membuatnya semakin penat batin. Untuk saat ini ayahnya belum mengetahui apapun mengenai hilangnya 5 miliar dolar milik perusahaan dan dokumen merger. Lucas berharap adiknya tak akan memberitahu apapun pada ayahnya, karena ia yakin bisa mengatasi masalah ini. Mungkin saja besok pagi Jack datang ke rumah dan memberinya bukti-bukti yang menyatakan adiknya adalah dalang di balik semua ini.
Membayangkan itu membuat Lucas tersenyum senang, seperti akan mendapatkan sesuatu yang luar biasa keesokan harinya.