Seminggu kemudian, keadaan tampak semakin buruk. Ia telah melakukan segala cara untuk menemukan tas itu, menghubungi polisi, menyewa agen gelap, mengadakan sayembara, bahkan pergi ke dukun pun sudah ia lakukan. Namun semuanya tak membuahkan hasil. Pikirannya benar-benar buntu saat ini, tak bisa memikirkan cara atau ide apapun lagi untuk menemukan tas berharga itu.
“Aku ingin mengundurkan diri dari jabatan CEO.”
Di depan cermin kamar mandi ia berdiri dan berbicara pada cermin, berhalusinasi bahwa orang dari hasil pantulan cermin itu adalah ayahnya, bukan dirinya. Satu minggu belakangan ini benar-benar menyiksanya, memberikan beban pikiran terberat pada otak kecil miliknya. Rasanya seperti semua kenikmatan duniawi terhempas begitu saja ketika tas hitam itu hilang. Jack Dawson yang ditunggunya pun tak kunjung memberikan informasi.
Lucas menghembuskan napas kasar, hingga uap hangat dari mulutnya menimbulkan embun pada cermin kamar mandi. Ia sedang menikmati kesendirian, namun tiba-tiba suara ketukan pintu membuat dirinya terpaksa menyudahi akting menggunakan cermin dan beralih ke kamar sembari berjalan mendekati ambang pintu yang tertutup rapat.
Pintu dibuka, menampilkan seorang maid dengan kepala tertunduk sopan.
“Ada apa?”
“Teman Anda, Jack Dawson sedang menunggu di bawah. Ia ingin menemui Anda.”
Seolah mendapat kabar bahagia, raut wajah Lucas seketika berubah. Wajah yang tadinya terlihat ketus kini mendadak tersenyum senang, membuat dirinya terlihat sangat manis. Ia segera keluar dari kamar dan berlari cepat menuruni tangga, menuju ruang tamu yang luas nan megah.
Di sana sudah terlihat batang hidung Jack Dawson. Pria itu duduk di sofa dengan siku yang bertumpu pada paha. Sekilas Jack melihat Lucas, melihat raut wajah bahagia Lucas saat menyambut dirinya. Lucas terlalu bahagia. Ia menghampiri Jack dan duduk di sampingnya sembari merangkul Jack bersahabat.
“Bagaimana? Sudah ada hasil?”
Jack menggeleng.
Hal itu membuat Lucas menyerit kebingungan, “Apa maksudmu? Lalu mengapa kau datang ke sini?”
“Aku tahu kau belum menemukan tas itu, begitu juga denganku. Aku belum menemukan bukti apapun terkait adikmu, dia selalu bersikap normal dan tak ada hal mencurigakan apapun darinya. Aku juga sudah memeriksa dokumen-dokumen terkait dirinya tapi tetap tak menemukan petunjuk. Aku yakin dia memang berkata jujur bahwa tas itu dicuri saat ia tengah berjalan di kota”
“Itu artinya … aku benar-benar akan tamat kali ini.”
Lucas menunduk lemas, membayangkan apa yang akan terjadi selanjutnya. Ayahnya pasti tak akan mempercayakan perusahaan itu lagi pada dirinya. Dan … perusahaan akan kehilangan dana sebesar 5 miliar dolar, namanya pasti akan tercemar. Dianggap tak becus mengurus perusahaan. Namun kekhawatiran dan ketakutan Lucas berhenti ketika Jack mengatakan satu hal.
“Tenang saja, aku bisa membantumu untuk menemukan tas itu dengan mudah.”
Lucas tercengang, seketika menoleh menatap manik hitam milik Jack yang terlihat sangat santai saat ini, berbanding terbalik dengan dirinya yang kelihatan panik. Lucas menggenggam tangan Jack seolah memohon solusi.
“Katakan! Katakan bagaimana kau bisa membantuku? Aku … aku sangat membutuhkan bantuanmu, kumohon tolong aku.”
Jack merasa iba melihat raut wajah memohon milik pria di sampingnya ini. Teman kecil yang dulunya selalu tak bisa mengatasi masalah ternyata sampai sekarang tak pernah berubah. Jack menarik napas dalam-dalam dan menatap mata Lucas, menunjukkan ekspresi wajah serius.
“Dengarkan aku, jangan berpatokan pada saranku ini tapi sejauh ini memang saranku selalu ampuh. Maka ... dengarkan aku!”
“Ya, ya. Cepat katakan!”
“Sebenarnya ini cara ilegal. Kau harus pergi ke Deepweb, masuk ke Black Market dan cari hacker profesional yang bisa kau sewa. Aku yakin hacker pasti bisa membantumu."
Cara macam apa itu? Bagaimana bisa hacker menemukan tas yang hilang?
Lucas menyerit kebingungan hingga alisnya seolah hampir menyatu, “Hacker? Bukankah tugas hacker adalah meretas hal-hal terkait teknologi dan internet? Bagaimana bisa seorang hacker menemukan tas yang hilang?”
“Kau memang sangat payah, oleh karena itu kau harus memperluas wawasanmu agar tak gagap teknologi. Meretas hal-hal terkait teknologi dan internet adalah kemampuan hacker biasa. Yang aku maksud adalah hacker profesional! Mereka bisa meretas satelit, bahkan bisa mengetahui keberadaan uang senilai 5 miliar dolar di tempat terpencil sekalipun.
Lucas semakin bingung. Secara logika tas berisi surat cek 5 miliar dolar dan dokumen merger perusahaan itu tak memiliki alat pendeteksi keberadaan, bahkan tak ada alat elektronik apapun di sana. Bagaimana bisa seorang hacker menemukannya?
Lucas menggeleng, menandakan dirinya tak paham. “Tolong jelaskan lebih detail.”
“Hacker profesional bisa meretas apapun, mereka bisa melihat ke mana tasmu pergi. Jangankan mendeteksi tasmu, mendeteksi keberadaan alien saja mereka bisa.”
“Bagaimana cara kerja mereka?”
“Kau pikir aku hacker? Aku ini detektif, jadi aku tak tahu.”
Lucas semakin merenungi saran dari Detektif Jack Dawson. Kata hatinya mengatakan bahwa saran ini percuma saja karena tetap tak akan berhasil, apalagi dengan penjelasan konyol Jack mengenai hacker. Tapi tak ada salahnya mencoba kan? Lagi pula Lucas tak terlalu berharap pada saran ini, sesuai dengan perkataan Jack, jangan berpatokan pada sarannya.
Sementara di sisi lain, Jack melihat raut wajah Lucas. Ia tahu bahwa temannya itu tengah dilema dengan apa yang seharusnya ia lakukan. Dalam hati Jack, ia sangat meyakini bahwa sarannya akan berhasil. Jack tersenyum menatap Lucas yang terdiam dengan seribu satu pertanyaan di benaknya.
“Aku tahu ini pasti berat bagimu. Tapi percaya padaku, saran ini akan berhasil. Berhenti membuat kepalamu stres dengan memikirkan pertanyaan-pertanyaan klasik. Langsung take action saja dan lihat hasilnya." Jack menunduk melihat jam yang menempel di tangan kanannya, “Sudah mau malam. Aku pulang dulu ya!”
Kini pria jangkung dengan rambut hitam klimis itu berdiri dari duduknya setelah menepuk-nepuk pundak Lucas. Ia berjalan menuju ambang pintu dengan gerakan santai, membuang segala pikiran buruk yang beresiko membuatnya stres. Saat tiba di ambang pintu, ia berbalik sejenak dan melambaikan tangan, mengucapkan selamat tinggal.
Kini tersisa Lucas sendirian. Ia memutuskan untuk kembali masuk ke dalam kamarnya dan memikirkan cara agar bisa masuk ke dalam Black Market. Ia duduk berkutat pada komputernya, membuka situs-situs internet dan mencari tahu cara memasuki dunia internet terdalam, Deepweb.
Lucas berusaha terlalu keras! Jam yang menempel di dindingnya terus saja berdetak dan berputar hingga melewati beberapa angka tanpa Lucas sadari. Sudah lebih dari empat jam dia duduk di depan komputer, menatap layar monitor dengan sangat fokus. Air keringat di dahinya seperti tak memiliki waktu istirahat untuk berhenti mengalir membasahi wajah Lucas. Tangannya sampai bergetar memegang mouse, karena takut salah menekan hal yang salah dan membuat segalanya menjadi berantakan.
Klick.
“YES!”
Lucas berteriak karena terlalu senang. Layar monitor menunjukkan hal yang tak biasa, dan itu adalah Deepweb! Ia berhasil masuk ke Deepweb.