Hacker biasanya beroperasi sendiri sebagai entitas maverick, dan sering kali melanggar aturan untuk kesenangan sederhana dalam melakukannya. Sekitar awal 2000-an, hacker mulai membentuk kelompok terorganisir, dan mereka dapat memanfaatkan tutorial dan sumber daya pelatihan yang mudah diakses untuk membantu mengasah keahlian mereka. Hacker Profesional tentu saja pernah menjadi Hacker Noob yang memiliki skill terbatas. Mereka belajar bertahun-tahun hingga bisa di titik sekarang.
Saat ini, beberapa hacker bahkan beroperasi sebagai bagian dari organisasi global yang canggih, berpengetahuan luas, dan semakin berbahaya. Menurut beberapa akun, Black Market Cyber menghasilkan lebih banyak keuntungan daripada perdagangan obat-obatan terlarang global, yang berarti lebih besar daripada banyak perusahaan multi-nasional yang saat ini terdaftar di Nasdaq.
Siapa yang membeli jasa mereka? Tentu saja penjahat dunia maya adalah pembeli terbesar di Black Market, tetapi mereka bukan satu-satunya yang berbelanja. Badan Keamanan Nasional (NSA) diyakini sebagai salah satu pembeli terbesar eksploitasi zero day. Dan sekarang ... Lucas akan menjadi salah satu dari ribuan penjahat dunia maya yang akan membeli jasa mereka, jasa Hacker Profesional yang ilegal.
Lucas terus saja mengutak-atik komputernya, mencari tahu lebih dalam mengenai situs yang tengah ia buka. Lucas melihat gambar-gambar yang ada di dalam komputernya dengan ekspresi serius. Gambar di sini hanyalah gambar-gambar biasa, tak ada yang menyeramkan atau menakutkan seperti yang dikatakan Jack.
"Ini seperti sosial media biasa!"
Lucas bergumam dalam kesendirian dan kegelapan. Sudah tengah malam tetapi cahaya yang menyinari kamarnya hanya bersumber dari layar monitor komputer di depannya. Suasana sepi nan hening menandakan bahwa seluruh anggota keluarga telah tidur. Di saat seluruh anggota keluarga sedang tidur, Lucas justru sangat berkonsentrasi pada komputernya hingga lupa tidur. Ia merasa bahwa Deepweb tak memiliki sesuatu yang istimewa, karena hal-hal yang ditampilkan di sini benar-benar biasa saja. Sekarang ia harus menjelajah lebih dalam. Jauh lebih dalam hingga sampai di World Wide Web bagian terdalam, lebih dalam daripada Deepweb.
Lima belas menit berlalu dan kini matanya membulat sempurna, sangat sempurna!
Matanya terbelalak melihat monitor layar. Mulutnya kini menunggingkan senyum miring, bukti bahwa kemenangan ada di tangan Lucas.
"Perfect! Aku berhasil menembus Dark Web!"
Semudah itu? Mustahil!
Kekuatan apa yang dimiliki Lucas hingga bisa menembus Dark Web secepat itu? Apakah dia memiliki skill dalam bidang teknologi dan jaringan? Tidak juga, Lucas Smith adalah lulusan sarjana marketing.
Tapi ... mengapa skill marketingnya sangat buruk? Apa dia salah jurusan? Entahlah, hanya dia dan Tuhan yang tahu.
"Sepertinya aku memang ditakdirkan untuk menjadi hacker, bukan CEO."
Kini Lucas terlihat semakin serius. Ia mendekatkan tubuhnya menempel pada meja dan wajahnya hanya berjarak 15 cm dari komputer. Gambar-gambar yang ditampilkan lebih sadis dan ilegal. Foto mayat, organ tubuh, senjata api, video s3ks Eksplisit, obat-obatan terlarang, hingga alat m********i ekstrim pun terdapat di sana.
"Tunggu, apakah ini adalah Black Market?"
Lucas bingung dengan ini semua, ia ingin bertindak sendiri tapi takut melakukan kesalahan dan membuat segalanya menjadi berantakan. Ia memutuskan untuk menghubungi seseorang yang dirasa dapat membantunya.
Tangannya merayap ke ujung meja, mengambil ponsel yang terletak di sana. Ia menyalakan ponsel, membuat cahaya dari benda persegi panjang tersebut segera menyeruak masuk ke retina matanya. Rasanya terlalu terang, hingga membuat matanya menyipit, namun beberapa saat kemudian kembali normal karena penyesuaian antara mata dan cahaya ponsel tersebut. Lucas membuka kontak, menekan satu nama yang terakhir kali ia hubungi.
Suara khas dari ponsel, tanda sedang menghubungkan ke ponsel yang dituju terus saja terdengar di telinganya. Tuutt tuuuttt tutt, seperti itu bunyinya. Namun sudah lebih dari 30 detik orang yang dituju masih belum mengangkat panggilannya.
"Mungkin Jack sudah tidur."
Lucas menghela napas kasar sembari menurunkan ponselnya dari telinga. Ia mematikan benda persegi panjang itu dan kemudian kembali berkutat pada komputer. Dalam pikirannya ia ingin berusaha keras untuk menemukan hacker profesional yang bisa ia sewa.
Mencari, terus mencari. Itulah yang dia lakukan selama dua jam ini. Sudah menjelang dini hari namun ia sama sekali tak tidur. Berbagai macam benda ilegal telah ditelurusinya, mulai dari harga obat-obatan terlarang, penjualan b***k/manusia, organ tubuh senilai miliaran rupiah, langganan video seksualitas tak lazim, penyiksaan sadis, hingga nekropolia dengan paket premium, bom rakitan, dan berbagai hal tak lazim lainnya. Ia meneliti semua untuk memahami lebih dalam mengenai World Wide Web terdalam ini. Bahasa pemrograman sudah tak luput dari pemahamannya, berbekal kursus pemrograman waktu SMP dulu, ia kini tumbuh menjadi pemuda yang tak gagap teknologi. Anehnya, detektif yang tadi sore datang ke rumah mengatakan bahwa Lucas adalah orang yang gagap teknologi. Dia belum tahu siapa Lucas.
Kini di depannya sudah tertera list profil para hacker yang berkumpul di Black Market dan memasang tarif sesuai kemampuan mereka masing-masing. Semuanya tampak misterius, tak menunjukkan identitas diri ataupun foto. Lucas memperhatikannya dengan seksama, membaca satu persatu tulisan dengan font motif Deja Vu Sans Mono yang membuat tampilan layar monitor Lucas tampak seperti bahasa pemrograman pada umumnya.
Ia tertarik pada salah satu list profil hacker yang ia baca. Tak butuh waktu lama, Lucas segera membuka kotak obrolan dengannya, mengirim sebuah pesan singkat berbahasa Inggris.
(Author telah menerjemahkan seluruh percakapan bahasa asing ke dalam bahasa Indonesia. Akan sulit jika menaruh bahasa asing diiringi terjemahan.)
~Halo Mr. Ice Prince, aku tertarik padamu untuk pertama kalinya saat melihat list hacker di Dark Web. Bisakah Anda membantuku menemukan sebuah tas yang hilang? Saya akan memberikan bayaran yang sebanding dengan kinerja Anda.~
Berharap pesan singkatnya dapat dengan cepat dibalas.
Namun semua tak sesuai ekspektasi.
15 menit, 30 menit, 1 jam ... tak ada jawaban. Lucas duduk terdiam dengan menopang dagu, berusaha menahan matanya dari kantuk. Punggung Lucas mulai lelah dan butuh kasur yang empuk, ini tak bisa ditahan!
Ia memutuskan untuk mematikan komputernya, tetapi tetap menyimpan data tadi agar tak hilang dan bisa melanjutkannya besok pagi. Kemudian ia segera beralih ke kasur dan tidur dalam sekejap.
Keesokan paginya, matahari telah terbit terang dan menyeruak masuk melalui fentilasi. Lucas terbangun di pertengahan antara pagi dan siang dengan kondisi tubuh yang sangat lemah. Ia turun dari ranjangnya dan berjalan mendekati komputer layaknya zombie.
Tak ada semangat sama sekali.
Lucas duduk di kursi kantor beroda yang sangat nyaman. Ia menyalakan komputer dengan mata sayu, seolah masih ingin melanjutkan tidur tetapi terhadang oleh sesuatu yang jauh lebih penting. Setelah komputer menyala dan menampilkan menu utama, ia kemudian membuka file tadi malam, memeriksa list para hacker, menekan hacker pilihannya tadi malam, kemudian mengecek kotak obrolan, dan ....
Ada apa itu?
Lucas membuka matanya lebar-lebar, memastikan yang dilihatnya memang benar-benar kenyataan dan bukan halusinasi.
Satu pesan belum dibaca dari Mr. Ice Prince.
Sempurna! Hacker misterius itu telah membalas pesannya. Lucas sangat bersemangat, ia membuka pesan belum terbaca itu dan mendapati tulisan ....
~Berapa?~
"What the f**k?! Apa-apaan ini, sialan? Aku menunggunya hingga hampir mati dan dia membalasnya hanya sepatah kata begitu?"
Sabar, Lucas harus tetap sabar. Ia menarik napas dalam-dalam dan menghembusnya dengan pelan. Hacker itu telah membalas pesannya, dan itu adalah kabar baik walaupun balasannya hanya sesingkat itu. Kini di kotak obrolannya dengan hacker misterius dengan nama samaran Mr. Ice Prince, ia mulai mengetikkan sesuatu. Saat hendak mengetik, ia tiba-tiba terpikirkan sesuatu.
“Tunggu, berapa yang harus kutawarkan? 1 juta dolar? 5 juta dolar?”
Lucas diam sejenak, memikirkan kalimat apa yang cocok untuk menjawab pertanyaan hacker itu. Ia menjauh dari komputer dan menyandarkan punggungnya di sandaran kursi dengan alis menyerit. Tangan kanannya mengetuk-ngetuk meja, berharap ketukan itu mendatangkan ide cermelang. Dan benar saja, hanya dalam satu menit ia berhasil mendapatkan ide cermelang. Ia mendadak mendekati komputer dan mengetikkan sesuatu di kotak obrolan.
~Berapa yang Anda inginkan?~
Setelah mengetikkan itu, Lucas dengan sangat hati-hati menekan tombol enter ... dan pesan terkirim seketika.
Tapi apa kau tahu yang lebih mengejutkan?
5 detik setelah Lucas mengirimkan pesan itu, tiba-tiba ada pesan baru lagi. Lucas menyerit kebingungan, mengapa secepat ini?
Ia membuka pesan yang belum terbaca itu dan mendapati hal mengejutkan hingga membuat dirinya syok dengan mata dan mulut membelalak dan terbuka lebar. Ekspresinya benar-benar syok, ini di luar dugaannya.
“Dia benar-benar penjahat, dasar pemeras uang! Bagaimana bisa ia meminta imbalan 50 juta dolar hanya untuk menemukan sebuah tas?! k*****t sialan ini harus diberi pelajaran.” Ia menoleh ke arah ponselnya, “Aku harus menelepon Jack.”
Segeralah ia menelepon teman kecilnya itu, detektif yang menyarankan menggunakan jasa Hacker Profesional yang ilegal.
“Halo Jack?”
“Ada apa? Kau sudah mendapatkan seorang hacker?” Tanya Jack di ujung telepon.
“Matamu! Apa kau tahu, dia seperti ingin membunuhku. Bagaimana bisa ia meminta 50 juta dolar hanya untuk sebuah tas?”
“Tas berisi cek 5 miliar dolar kan? Kalau dia mau dia bisa mencuri 5 miliar dolar itu darimu.” Jack terdengar sedang tertawa kecil seolah meremehkan Lucas, “Dengarkan aku, 5 juta dolar itu jauh lebih kecil daripada 5 miliar dolar yang kau cari. Imbalan yang dia minta itu tak seberapa.”
“Tapi bukankah dia tak tahu kalau tas itu berisi 5 miliar dolar?”
Pertanyaan Lucas terdengar sangat polos sekaligus bodoh di telinga Jack. Itu membuat perut Jack geli, ia tak bisa menahannya. Jack tertawa di ujung telepon, membuat Lucas menyerit bingung.
“Tentu saja dia tahu. Dia adalah Hacker Profesional, kau tahu?”
Lucas hanya berdehem. Jack mengerti bahwa saat ini temannya itu tengah bingung dan banyak pikiran. Jack ingin memberinya saran yang berguna untuk membantu temannya.
“Begini saja, terima tawaran 50 juta dolar itu dan dia akan segera mendapatkan tas itu dengan mudahnya.”
“Ya ya, aku akan melakukan saran yang kau berikan. Terimakasih Jack."
Mereka berbincang singkat kemudian mengakhirinya setelah dirasa mendapat jawaban. Kini Lucas kembali berkutat pada komputernya dan memikirkan kembali ucapan Jack tadi.
Cukup lama berpikir, akhirnya ia membuat kesimpulan. Ia menyetujui tawaran hacker misterius tersebut dan bertanya bagaimana cara agar bisa berinteraksi lebih dekat. Berinteraksi menggunakan kotak obrolan sangat tidak nyaman bagi Lucas. Huruf-huruf model pemrograman yang rumit dan latar hitam hijau membuat matanya cepat lelah. Ditambah lagi dengan sulitnya mengakses kotak obrolan ini, membuat dia setengah mati berkutat pada komputer hanya untuk memberikan 50 juta dolar pada orang tak dikenal. Ia ingin berinteraksi lewat sesuatu yang lebih mudah, misalnya w******p. Padahal jika Jack Dawson tahu ini, ia akan menertawai kekonyolan Lucas. Bagaimana bisa mengajak hacker kelas dunia untuk mengobrol menggunakan w******p? Itu mustahil dan lucu.
Sementara itu Lucas kembali mendapatkan balasan dari pesan singkatnya hanya dalam waktu semenit. Mr. Ice Prince mengatakan untuk berinteraksi hanya lewat kotak obrolan saja agar privasi tetap terjaga. Dan untuk tas itu ... Mr. Ice Prince telah menemukan lokasi akuratnya, tinggal menunggu Lucas untuk membayar 50 juta dolar, sesuai perjanjian.