“Damn! Dia telah menemukannya?! Demi Neptunus, bagaimana bisa ia temukan itu hanya dalam waktu ... hanya dalam waktu ... entahlah, aku tak menghitungnya. Tapi ini sangat aneh, aku bahkan tak menyebutkan ciri-ciri tasku atau bahkan warna tasku. Bagaimana bisa ia temukan hal yang tak ia ketahui?”
Dalam hati Lucas ia kagum dengan kehebatan hacker ini, tetapi juga sangat penasaran dengan cara kerja hacker tersebut. Lucas berpikir keras, wajahnya sangat tampan di saat-saat seperti ini. Bertanya pada hacker tentang bagaimana ia bisa menemukan tas itu adalah hal mustahil, Lucas yakin hacker itu pasti tak akan memberitahunya.
“Sepertinya aku harus bertanya pada Jack.”
Saat hendak mengambil ponsel untuk menelepon Jack, tiba-tiba laptopnya menunjukkan hal yang tak biasa. Monitor layar komputernya berkedip-kedip dengan tampilan angka berukuran besar.
60 ... 59 ... 58 ... 57 ...
Lucas menyerit kebingungan dan panik saat melihat komputer, “Tunggu, apa ini?”
Ia mendekatkan wajahnya pada layar monitor dan mendapati pesan teks berukuran kecil yang terletak di ujung layar.
~Selesaikan pembayaran hari ini. Siapkan uang tunai 50 juta dolar dan bawa ke area 212, di dalam truk kontainer, Jakarta Selatan.~
Apa-apaan ini? Bukankah dia adalah Hacker Profesional kelas dunia? Kenapa melakukan pembayaran jadul seperti ini?
Lucas masih tak menyangka dengan pesan teks tersebut. Dan apa maksud dari angka-angka ini? Apakah ia harus menyelesaikan pembayaran sebelum durasi waktu yang ditentukan selesai? Tidak mungkin! Bagaimana bisa ia pergi ke area 212 hanya dalam waktu satu menit?
Memikirkan itu membuat ia terdiam dengan ekspresi wajah yang sangat serius. Namun saat angka di komputernya telah tiba di titik akhir, 03 ... 02 ... 01 ... 00 ...
Tiba-tiba suara dering ponsel membuyarkan lamunannya hingga ia terperanjat kaget dan kelabakan. Ia segera meraih ponselnya, melihat nomor tak dikenal tengah tertera di sana.
“Halo? Siapa ini?" Ucap Lucas dengan paniknya.
“Batas waktumu tinggal 2 jam. Cepat selesaikan pembayaran atau kerja sama kita akan batal.”
“A-apa? B-bagaimana bisa begitu?”
Tutt tutt...
Lucas melihat ponselnya, panggilan telah diakhiri. Pagi yang buruk ini semakin buruk karena permainan hacker itu. Bagaimana bisa Lucas Smith, orang terkenal karena perusahaan besar milik ayahnya diperlakukan layaknya pembantu oleh orang tak dikenal?
“Arghh sialan.”
Lucas segera mengambil jaket di gantungan baju kemudian keluar kamar dan pergi menuju tempat parkir. Seluruh orang di rumah yang berpapasan dengannya bertanya-tanya dalam hati, mengapa Lucas berjalan terburu-buru seperti itu? Namun tak ada yang berani menanyakan secara langsung karena tak ingin menanggung temperamennya.
Kini Lucas sudah di perjalanan menuju Bank. Ia menyetir dengan kecepatan yang sangat tinggi, menyalip setiap kendaraan yang menghalanginya hingga sampai pada Bank 20 menit lebih cepat.
Tanpa banyak basa-basi ia segera masuk ke dalam, menghampiri resepsionis dan meminta penarikan 50 juta dolar secara tunai. Tentu saja semua orang yang mendengar itu menjadi terkejut, tak terkecuali si resepsionis itu sekalipun.
“Cepat lakukan! Saya tak memiliki banyak waktu.” Bentak Lucas pada resepsionis tersebut. Seketika semua staf Bank berkumpul dan bekerja sama untuk memasukkan 50 juta dolar pada koper-koper yang telah disediakan pihak Bank.
Lucas berdiri di depan resepsionis dengan gugup dan gelisah. Kakinya tak henti-hentinya bergerak, selaras dengan jarinya yang terus saja mengetuk-ngetuk meja resepsionis. Bulir keringat mengalir di dahinya, padahal ruangan ini memiliki AC.
10 menit, 20 menit, 30 menit, Lucas terus menunggu dengan perasaan gelisah. Ia menunduk melihat jam tangan, waktunya tersisa satu jam dua puluh menit lagi.
“Hey hey, cepatlah!”
“Sudah siap, Tuan.”
Terlihat dari dalam ruangan di balik resepsionis keluar beberapa staf yang membawa 30 koper hitam. Semua nasabah di dalam ruangan merasa takjub hingga ternganga. Yang lebih mengejutkan adalah,
Ini bukan perampokan, ini penarikan dana.
“Bawa semuanya ke dalam bagasi mobil saya. Cepat!”
Para staf berjenis kelamin pria mengangkat beberapa koper berisi uang ke dalam bagasi mobil Lucas. Tiga puluh koper hitam kini tersusun rapi di dalam bagasi mobil Lucas, akhirnya Lucas bisa bernapas lega dan sedikit tenang.
"Terimakasih." Ucap Lucas pada staf yang mengangkat puluhan koper itu ke bagasi mobil Lucas. Sekarang Lucas kembali berkutat pada jam hitam di tangannya. Sisa waktu yang ia miliki tersisa satu jam lima belas menit lagi.
Dengan tergesa-gesa ia segera masuk ke dalam mobilnya dan menyetir dengan kecepatan tinggi, menuju tempat yang telah ditentukan oleh Mr. Ice Prince. Beragam rintangan lalu lintas dihadapi oleh Lucas, dan sebagian rintangan itu membuat ia terpaksa melanggar protokol lalu lintas.
Jalanan yang dilalui Lucas membawanya melewati tol besar, lorong kecil, hingga melewati perkampungan kumuh menggunakan mobil mewahnya. Di setiap jalan ia selalu mengumpat kasar dan memaki apapun yang menghalangi perjalanannya. Pikirannya saat ini dipenuhi oleh tas itu, tas berharga yang sebanding dengan nyawanya.
"5 menit lagi sampai. 5 menit lagi sampai. 5 menit lagi sampai."
Ia terus saja mengulang kalimat itu, berharap waktu tak terasa dan ia tiba di tempat tujuan. Sekarang ia memasuki kawasan yang sangat jarang dimasuki orang-orang. Area 212 berada di tempat terpencil yang jarang dilalui orang. Itulah yang menjadi alasan bagi para Hacker Profesional kelas dunia untuk menentukan tempat transaksi bagi klien yang berasal dari negara Indonesia.
Memasuki Area 212 membuat suasana yang dialami Lucas mendadak berubah, seolah memasuki atmosfer yang berbeda. Pemandangan yang tadinya ramai, ricuh, ribut, dan banyak polusi seketika menjadi hening, sunyi, damai, dan bersih. Kawasan ini benar-benar hijau dan dikelilingi oleh hutan lebat.
Di bagian dalam Area 212 dipenuhi dengan kontainer-kontainer beraneka warna. Tampak sepi dan tak ada orang. Lucas memarkirkan mobilnya di tengah-tengah lokasi Area 212 dan turun dari mobil. Ia melihat ke sekitar, semuanya dipenuhi kontainer. Tiba-tiba ia teringat dengan pesan teks yang dikirimkan oleh Mr. Ice Prince tadi pagi, letakkan 50 juta dolar itu di dalam kontainer.
Tapi di sini ada ratusan kontainer.
Lucas bingung ... dan gelisah. Ia melihat jam yang menunjukkan sisa waktunya adalah 3 menit lagi. Ia sangat ketakutan kali ini. Jantungnya berdegup kencang seolah takut terlambat padahal telah tiba di tempat tujuan. Di mana kontainer yang ia maksud? Lucas berputar, melihat ke sekeliling. Kontainer merah, biru, hijau, hitam, putih ... semuanya ada di sini. Kontainer mana yang harus ia pilih? Bagaimana jika ia salah memilih kontainer dan kehilangan 50 juta dolar secara cuma-cuma? Itu tidak lucu.
Napas Lucas semakin memburu, tak tahu ingin berbuat apa. Begitu mengingat bahwa hacker profesional bisa meretas satelit, Lucas segera melihat ke langit dan berteriak sekuat tenaga,
"DI MANA AKU HARUS MELETAKKAN UANG INI?"
Namun tak ada jawaban.
Lucas menghembuskan napas kasar, kemudian menunduk lesu. Ia merogoh saku celana untuk mengambil ponselnya, dan mengecek jam serta notifikasi di ponselnya.
Sisa 2 menit lagi, dan tak ada notifikasi apapun. Sekarang Lucas semakin gelisah. Dia sungguh tak tahu di mana ia harus meletakkan 50 juta dolar ini. Seharusnya memberikan uang kepada orang asing tak sesulit ini. Mereka yang diuntungkan, tapi kenapa mereka juga yang mempersulit? Memikirkan itu semua membuat Lucas semakin kesal ... pada hacker itu, dan juga pada Jack.
Di tengah kekesalannya, tiba-tiba ponselnya berdering dan bergetar. Lucas terperanjat kaget dan segera memeriksa ponselnya. Ponselnya menampilkan latar putih yang sangat terang dan memiliki garis-garis hitam yang bergerak seperti layar animasi. Di tengah layar ada tulisan berisi pesan,
~Kontainer hijau di depanmu.~
"Sialan, hacker itu sungguh mempermainkan diriku." Geram Lucas.
Lucas segera melihat ke depannya, ada kontainer hijau seperti yang dikatakan hacker itu. Tanpa banyak basa-basi ia segera berlari menuju mobil dan membuka bagasi. Ia mengambil 5 koper sekaligus dan berlari kemudian melemparkannya masuk ke dalam kontainer hijau sesuai instruksi hacker tersebut. Enam kali berlari bolak-balik dari mobil ke kontainer membuat Lucas lelah. Napasnya memburu terengah-engah diikuti dengan mengalirnya air keringat di dahi dan penjuru tubuhnya.
Misinya selesai. Ia berhasil memasukkan 30 koper berisi 50 juta dolar ke dalam kontainer hijau tersebut. Kini Lucas duduk di tanah dengan napas tersenggal kemudian menyenderkan punggungnya di kontainer hijau yang tadi merepotkan itu. Lucas mengatur pernapasannya, mengatur detak jantung dan juga emosionalnya. Belum cukup satu menit ia duduk dan mengistirahatkan tubuh, tiba-tiba ponselnya bergetar lagi, menimbulkan layar putih dan garis-garis hitam layaknya ponsel bajakan. Ada tulisan lagi di pesan itu,
~Aku telah mengirimkan tas yang kau cari ke kamarmu. Pulang dan bersenang-senanglah.~
Membaca itu membuat Lucas seketika berdiri dari duduknya dalam sekejap. Ia masih tak menyangka dengan pesan teks di ponselnya. Matanya membulat dengan mulut berbentuk huruf O. Perlahan mulutnya mengukir smirk kemenangan yang menjelaskan bahwa ia tengah bahagia saat ini. Tak ingin buang-buang waktu, Lucas segera berlari memasuki mobilnya, meninggalkan kontainer berisi 50 juta dolar miliknya.
Kini ia berada di dalam mobil, menyalakan mesin kemudian memutar mobilnya pergi dari tempat sepi itu. Setelah melakukan satu jam perjalanan di mobil, sampailah Lucas di kediamannya dengan wajah riang dan gembira. Walaupun ada sedikit keraguan terhadap pesan teks tadi, tetapi mengingat ucapan Jack yang mengatakan bahwa hacker profesional merupakan jasa paling worth it untuk digunakan, maka hilanglah sudah keraguan Lucas.
Ia berjalan memasuki rumah dengan bersenandung, melangkahkan kakinya di tiap anak tangga dengan riang gembira. Tas itu sudah berada di kamarnya, artinya semua masalah yang membuat kepalanya pening akan segera teratasi.
Lucas membuka pintu kamar dengan wajah tersemyum bahagia, namun saat pintu terbuka lebar, senyuman itu perlahan luntur.
"Di mana tas itu?"
Ia seperti orang gila dengan panik segera berlari memasuki kamar, membongkar banyak benda di sekitarnya untuk mencari keberadaan tas itu.
"Apa dia menipuku? Tidak, tak mungkin. Jack yang merekomendasikannya padaku, tak mungkin hacker itu menipuku." Ucapnya sembari membongkar selimut di tempat tidurnya.
Lucas terus mencari hingga ia menemukan sesuatu yang mencurigakan. Di meja tempat ia sering mengurus dokumen kantor, ada sebuah benda asing di sana.
Sebuah tablet putih.
Lucas memperhatikannya dengan seksama dari kejauhan, kemudian berjalan mendekatinya dan mengambil benda pipih tersebut.
"Sebuah tablet?"
Ia menyalakannya dan mendapati semacam tampilan maps dengan model Hologram. Teknologi Hologram adalah teknologi yang menampilkan gambar-gambar objek dalam bentuk bayangan 3D seperti di film-film fiksi.
Bayangan maps 3D di atas tablet putih itu benar-benar membuat Lucas berdecak kagum. Ia memperhatikan dengan seksama, dan mengetahui bahwa itu adalah petunjuk mengenai lokasi tasnya.
(Yang masih bingung dengan penampilan Teknologi Layar Hologram bisa langsung cek di Google saja ya, dengan kata kunci "Teknologi Hologram")
"What the hell, Papua? Seriously?! Ku pikir dia akan membawa tas itu ke sini, ternyata dia hanya mengirim petunjuknya."
Lucas sekarang telah mengerti semuanya. Dan dia sangat menyesal. Bagaimana tidak? Dia bersusah payah seperti orang gila hanya untuk memberikan 50 juta dolar kepada orang asing untuk ditukarkan dengan sebuah tablet hologram yang harganya tak lebih dari 200 dolar.