The Girl That Got Away - 3

1695 Kata
                                  Loving someone who doesn't love you is like waiting for a ship at the airport.                                                                                 - Inspirational Quotes -   Setelah kepulangan Mia yang dengan susah payah, Nathan merasa lega bisa mempunyai waktu sendiri. Ia mengunci kamarnya dan sedang menikmati kesunyian yang belakangan ia susah dapati. Baru sepuluh menit ia merasa lega, pintu kamarnya ada yang memukul lagi. Ya ampun...siapa lagi? "Nath...! Buka!" suara Nailee yang melengking membuat Nathan terpaksa harus bangkit lagi menuju ke pintunya. Nathan menarik napasnya dalam-dalam dan membuka pintunya, Nailee langsung menghambur ke dalam kamar Nathan begitu pintu terbuka. "Nath! Gawat!" ujarnya sambil mengempaskan dirinya di tempat tidur Nathan. Sebaiknya lain kali aku harus bilang Dad, kalau pergi ajak-ajak aku, batin Nathan serius. "Kenapa sih?" "Si Alexander mau dateng ke sini!" "Siapa tuh Alexander?" Nathan duduk di sofanya sambil meraih gitarnya, ia siap mendengarkan curhatan adik perempuannya ini. "Cowok yang nembak aku!" Mata Nathan melotot tajam ke arah Nailee, "Ck! Denger ya, enggak ada pacar-pacaran! Kelas berapa si Alexander itu?" "Kelas 9 juga sih...aku enggak bilang iya lho! Tapi dia bilang dia mau nanyanya langsung sama Dad sama kamu---gilingan dia enggak tahu aja Dad sama kamu itu kayak gimana?" tukas Nailee dengan ekspresi panik. "Gede juga tu nyali anak SMP" sahut Nathan mulai memetik gitarnya. "Nah itu dia! Cowok lain kan enggak ada yang berani, nah dia---sok berani gitu" "Kamu suka sama dia?" "Heh? Ehm...cakepan Damon sih..." "Damon masih kecil!" "Ya elah, beda setahun doang!" Nathan geleng kepala tidak habis pikir kenapa dia membahas soal ini sama adiknya yang masih SMP. Tiba-tiba ponsel Nailee berbunyi, ada notifikasi pesan yang masuk, dari Alexander. Nai, kayaknya gue sakit perut, gue enggak jadi sekarang ke rumah lo-nya ya. Kapan-kapan aja. Nailee mengerutkan hidungnya juga bibirnya, Nathan memperhatikannya. "Kenapa dia? Enggak jadi kan, pasti ciut lah! Sok berani..." "Iya nih...dasar bikin panik aja"-----"Ngomong-ngomong Mom and Dad pergi enggak bilang-bilang sih?" "Bilang kok...sama Bik Omah" Nailee berdecak sambil membaringkan tubuhnya di atas kasur Nathan. "Eh Nath, tadi Mia curhat..." Nathan menghela napasnya panjang dan lama. "Kamu tega banget sih sama dia, Mia itu udah dari masih ileran suka sama kamu lho. Tanggapin kek sekali-sekali. Dia itu kelihatannya aja kuat, tapi hatinya kan sakit juga Nath..." "Aku udah bilang dari awal, kalau aku enggak bisa nganggap dia lebih dari adik, titik" Nailee menoleh ke kakaknya. "Nanti kamu kena batunya lho! Kalau Mia udah berpaling ke cowok lain baru deh tahu rasa!" "Aku malah bersyukur kalau dia bisa suka sama cowok lain!" Bibir Nailee miring sebelah, "Diih---ingat lho pembalasan cewek yang sakit hati karena cintanya diabaikan lebih pedih!" maki Nailee sambil berlalu keluar kamar meninggalkan Nathan sendirian. . . . Ponsel Nathan berbunyi ada pesan masuk, ia melihat jam dindingnya. Jam 10 malam, pesan dari Rino? Liat i********: Mia Bro? Lo serius enggak suka ma dia sebagai cewek? Banyak yang daftar mau jadi pacarnya Bro! Nathan merubah posisinya menjadi duduk di atas tempat tidurnya. Ia segera membuka aplikasi instragram miliknya dan mencari nama Mia dalam daftar pertemanannya.   Benar saja, ia menemukan foto yang terakhir kali diunggah Mia ke akunnya, dan mendapat ratusan like dari pengikutnya. Nathan menggelengkan kepalanya merasa gundah. Dengan perlahan ia membaca beberapa komentar di fotonya. Dan ia tergelitik untuk ikut komentar di kolom tersebut. @NathPetra Hapus fotonya! Sebetulnya Nathan bukan pemain medsos, ia membuat akun i********: ini atas perintah ayahnya untuk mengawasi Nailee di dunia maya. Dan tanpa sengaja ia juga menemukan akun milik Mia. Dan ini pasti Rino ikut-ikutan follow akun Mia, b******n dasar, rutuk Nathan. Suara notifikasi ponselnya berbunyi lagi, dari aplikasi i********:-nya. @MiaWoodley Kenapa?  @Tirexboy Tauk nih, kenapa harus dihapus?  @Selegramtiadatandingannya Jangan diapus Mia @Banyakfollowersejati Iya, jangan dong. Tapi kalo udah disave, terus diapus, ikut ilang enggak sih? @Cowokganteng Siapa si Petra itu? Main suruh apus aja! @Anunyagede Jangan diapus! Lo sexy banget Mia! @Zackey Isssh, posesif mulai... @Rinosaurus Eh bang Nathan nongol juga. Dan masih banyak komentar lain yang membuat d**a Nathan meradang. Kenapa juga dia harus marah? Memangnya Mia siapanya? Dia kan udah kayak adik gue! Kilahnya menyangkal. Ia menutup aplikasinya dengan geram. Ponselnya ia dekatkan pada telinganya, ia menelepon Mia. Jam 10 malam! Dan ini pertama kalinya. Mia menjawabnya pada deringan kedua. "Nathan?" suaranya di seberang sana, antara heran dan senang. "Hapus foto kamu yang di IG!" ujarnya. "Hah? Kenapa?" "Kamu pake celana enggak sih di foto itu?" "Ya pake-lah!" "Enggak kelihatan! Hapus aja" "Enggak!" Nathan menggeram pelan, "Kamu suka ya paha kamu dilihat banyak orang begitu?" Mia mendengus, "Aku lebih suka kamu yang lihat, tapi kamu enggak pernah lihat aku..." Terdengar Nathan berdecak, "Mia, aku kasih tahu kamu sebagai kakak kamu! Sahabat kamu!" "Aku enggak bakal turutin, kecuali kalau kamu itu pacar aku!" Ya ampun...mulai lagi deh, keluh Nathan dalam hatinya. "Terserah kamu-lah" akhirnya Nathan menutup teleponnya dengan frustrasi. Sekali lagi ia membuka aplikasi tadi dan melihat foto Mia yang semakin bertambah like dan komentar pengikutnya. Nathan melempar ponselnya karena kesal. . . . Nathan dan teman-temannya sedang makan siang, ketika Mia menghampiri meja mereka dengan menarik kursi untuk dirinya sendiri. Rino dan Zack saling bertatapan mesra dan berpura-pura mengabaikan Mia. "Iih Rino, Zack! Jijik banget sih" cetus Mia. Mia berpaling pada Nathan yang tidak mengindahkan kehadirannya, ia bergeming asyik dengan ponselnya. "Sibuk ya?" "Hhmmh..." jawabnya singkat. "Ada yang mau aku bicarain, nanti pulang sekolah kita ketemu dulu ya" "Hhmm" Nathan menjawab dengan gumaman lagi. Rino dan Zack terpaksa menoleh ke Nathan dan menendang kaki Nathan sampai ia mengaduh dan melotot pada Rino dan Zack. "Apaan sih lo?!" "Abis lo kayak orang gagu, jawabnya hem hem hem aja!" sembur Zack seraya melihat ke arah Mia yang masih dengan senyum masamnya. "Gue denger kok dia ngomong apaan, nanti siang kan?" ulang Nathan sambil menatap Mia. Mia mengangguk, "Iya, kamu jemput aku ya di kelas?" pinta Mia. Alis Nathan berkerut, "Enggak" tegasnya. Membuat mata Rino dan Zack membesar lagi menatap Nathan. "Aku aja yang jemput nanti, Mia. Mau kan?" ujar Rino. Mia menggeleng tegas, "Enggak! Kalau bukan Nathan yang jemput, aku mending sendiri aja!" "Ck! Lo kapan nyerahnya sih? Banyak yang ngantri nih—lo enggak capek ngejar dia udah hampir 10 tahun?" tanya Zack dengan mimik serius. Mia menggeleng lagi. "Belum...ma—" "Harusnya sih capek" cetus Nathan membuat Mia memalingkan wajahnya yang shock padanya. Apa Nathan sengaja membuatnya kesal agar ia menyerah? Melontarkan kata-kata pedas hanya untuk membuatnya berhenti mengejarnya? Ini pula yang mau ia bicarakan nanti siang pada Nathan. Bahwa kemungkinan ia menyerah saja akan lebih baik? Tapi membayangkan ia tidak berada dekat-dekat Nathan lagi saja sudah membuat dadanya sesak. Mia tidak tahu harus apa selain terus mengejar dan membuat Nathan melihatnya sebagai wanita yang jatuh cinta padanya. Rino dan Zack pun ikut menatap sinis pada Nathan, "Tuh Mia, cowok kayak Nathan apa yang diharapkan sih? Kalo gue jadi cowok lo, gue akan bikin lo bahagia setiap hari" janji Rino. Mulut Mia dimiringkan, "Tapi lo bukan Nathan, sayangnya" cetus Mia. "Beeuuh...ganti nama aja No, jadi Nathan" seru Zack. "Sorry ya, walau gue lebih ganteng dari Nathan, gue tetep pengin jadi diri gue sendiri" kelakar Rino dengan penuh percaya diri. Nathan hanya bisa tertawa melihat kelakuan teman-temannya yang cacat itu. Diam-diam ia juga memerhatikan Mia yang ikut tertawa mendengar kelakar Rino dan Zack. Cantik, dalam hatinya. . . Pulang sekolah, Mia sudah berdiri di depan kelas Nathan. Beberapa cewek di kelas Nathan geleng-geleng kepala melihat Mia yang selalu beredar di kelas mereka. "Jadi cewek posesif amat sih, nempel mulu kayak lem aibon ama upil" "Dia upilnya maksud lo?" sindir yang satunya. Mia bisa mendengar jelas sindiran mereka, kalau mereka berhenti membicarakannya maka ia akan melepaskannya, tapi kalau ada lagi kalimat keluar dari mulut mereka, maka ia akan bertindak. "Dia sebenarnya enggak percaya diri, makanya Nathan disamperin terus..." "Makanya, harga diri itu penting buat cewek kayak ki—aduuh!" Mia sudah menarik kerah baju bagian belakang gadis yang sedang mencelanya itu. "Lo bilang apa tadi?" tanya Mia dengan garang. "Eeeh...apaan sih nih?!" seru gadis itu sambil memutar tubuhnya menghadap Mia. "Lo berani amat sama kakak kelas? Jangan mentang-mentang pacar Nathan ya!" "Lo juga berani amat  nyela-nyela gue?!" balas Mia sembari mencekal lagi kerah baju kakak kelasnya itu. Gadis itu melepaskan tangan Mia dengan paksa, tapi ternyata tangan Mia lebih kuat. Mata gadis itu membesar, ia baru akan melayangkan kakinya mau menendang Mia, tapi kaki Mia lebih cepat menginjak kaki si gadis dan menahannya, hingga ia kesusahan bergerak. Mia menekan kakinya sampai gadis meringis kesakitan. "Aaah---sak---it---s****n!" Mia mendekati kepala lawannya, "Jangan macem-macem sama gue kalau lo enggak mau kaki lo remuk..." bisiknya. Gadis itu mau tidak mau mengangguk dan Mia melepaskan kakinya. Mata birunya menatap tajam pada lawannya dan teman-temannya yang memasang ekspresi panik. Mereka membantu temannya yang terpincang-pincang dan berlalu berbarengan tanpa berani melihat ke arah Mia lagi. Nathan keluar paling belakang bersama Rino dan Zack. Mia membuntuti Nathan yang berjalan melewatinya. "Nathan, tunggu...!" panggilnya. Nathan baru berhenti ketika sudah sampai di parkiran motornya. "Kamu mau ngomong apa?" tanyanya. "Kita ngobrol di sini aja yuk, soalnya aku bawa mobil dan ka---" Wajah Nathan menegang, "Kamu bawa mobil?" ia menghela napasnya. "Udah ngomelnya nanti aja! Aku mau ngomong" "Dari tadi juga kamu udah ngomong" Mia menarik napasnya dalam-dalam, "Pertama aku ada pertanyaan dulu, ini memperngaruhi apa yang mau aku omongin" katanya. "Hmm" Nathan duduk di kursi kayu yang ada di pelataran parkiran motor. "Kenapa kamu minta foto aku di IG dihapus?" "Karena paha kamu kemana-mana" "Ini juga kemana-mana" ujar Mia seraya menunjukkan pahanya yang tersingkap setengah karena roknya memendek saat ia duduk. Nathan terdiam. "Bukan karena kamu cemburu?" "Cemburu? Kenapa harus cemburu?" "Karena banyak yang lihatin paha aku?" Nathan menghela napasnya, "Bukan" jawab Nathan tegas. Mia mendengus, "Yakin?" Nathan menatapnya seraya merebahkan punggungnya pada sandaran kursi dan memerosotkan dirinya, "Sebenarnya kamu mau ngomong apa sih?" "Ok, kalau kamu enggak cemburu paha aku dilihatin orang banyak. Itu bagus. Tadinya aku mau bilang kalau aku mau menyerah ngejar-ngejar kamu, tapi enggak jadi..." Nathan menegakkan punggungnya lagi, "Kok enggak jadi?" "Aku mau nunggu kamu cemburu dulu" Nathan berdecak sekaligus menghela napasnya dan menyandarkan lagi punggungnya, cewek keras kepala. "Enggak mungkin, Mia---" "Akumaujadimodelbikini..." ujar Mia dengan cepat tanpa spasi dan ia menunggu reaksi Nathan. Lagi-lagi Nathan menegakkan punggungnya untuk yang kedua kali. Matanya tajam menyorot ke arah Mia. Dadanya bergemuruh. "Bukan urusan aku..." jawabnya sambil berdiri menuju motornya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN