Bab 6

989 Kata
“Mana adik gue?” tanya Langit tanpa basa-basi. Sengaja pria itu menemui Dani di tempat kost setelah mendapat kabar bahwa Senja pergi ke Bali alih-alih pulang ke Jakarta. Seperti yang Rindu katakan, Langit juga merasa ada hal yang tidak beres dengan sang adik. “Maksud, Bos?” Dani lebih dari paham maksud pertanyaan itu. Hanya saja ia tak berani mengambil sikap sebelum bertemu Senja. Kejadian kemarin membuat Dani buru-buru terbang ke Jakarta untuk menyusul gadis itu. Tak disangka Senja belum sampai rumah. “Nggak usah ngeles, gue tahu Senja ke Magelang buat nemuin lo, ‘kan?” “Kan lo tahu, dia nggak pernah mau gue ajak balik.” Sejak pertama kali menjalin hubungan Dani kerap kali mengajak Senja pulang untuk bertemu dengan kedua orang tuanya tapi gadis itu selalu menolak. Ia tak menyangka kalau diam-diam Senja menyusulnya hingga kampung halaman. Langit mengiyakan. Bukankah seharusnya mereka bersama kalau memang Senja berniat berkunjung. Lalu apa maksud kepergian Senja tanpa Dani? “Tapi Senja pamit sama mama mau ke Magelang,” desak Langit. Dani harus jawab apa? Langit pasti murka kalau tahu kejadian sebenarnya. Dipecat dari pekerjaan bukan masalah bagi Dani. Tapi kalau dipecat jadi calon adik ipar tidak pernah menjadi daftar keinginannya. Dani bahkan rela jika harus menjadi sasaran kemarahan Langit atas kebohongan yang diberikannya pada Senja asalkan setelah itu berkesempatan untuk menua bersama Senja. “Gue sih tau sekarang dia di Bali, cuma aneh aja. Kalau emang niat awal buat ke tempat lo, kenapa nggak bareng? Sekarang malah bablas.” Diam-diam Dani menarik sudut bibir. Bali. Sepertinya kali ini ia harus berterima kasih pada Langit. “Boleh gue coba hubungin dia, Bos?” “Niat ngelarang udah dari dulu. Pake nanya!” Dani menanggapi dengan senyum geli. Cara sang bos mengiyakan permintaannya memang berbeda. Ia menyingkir untuk melakukan panggilan. Sayang, ponsel sang gadis tidak lagi aktif. Berkali menghubungi hanya suara operator yang menjawab. Dani sadar Senja berusaha menghindar. “Lo berdua ada masalah?” Pertanyaan Langit mengembalikan atensi Dani. Dani menggeleng. Bukan untuk menyangkal tapi tak ingin menjawab. Langit manggut-manggut. Menghampiri mobil di halaman sebelum berseru, “Gue mau, lo bawa dia pulang!” “Baik, Bos. Gue bakal susul dia ke Bali.” Tanpa disuruh pun akan Dani lakukan hal yang sama. Mana mungkin ia biarkan gadisnya pergi sendiri tanpa pengawalan. Lagi pula Dani harus memberi penjelasan sebelum Senja mendengar hal yang sebenarnya dari orang lain. *** Pagi-pagi sekali Senja sudah bersiap. Tas ransel sudah menempel di punggung. Hanya sneaker yang masih terpajang apik di rak. Dihampirinya sepatu yang selalu menemaninya berpetualang itu kemudian mengenakannya. Hampir semalaman tak bisa tidur, Senja akhirnya memutuskan untuk pulang. Rasanya percuma kabur-kaburan jika yang dihadapinya adalah seorang Dani. Orang kepercayaan sang ayah yang dikenal piawai dalam hal pencarian. Sebelum kembali ke tempat asal Senja harus mengambil mobil terlebih dahulu yang dititipkan ditempat sebelumnya. Dia baru sampai di Jakarta sehari berikutnya karena berkendara menggunakan mobil. Bukan rumah tujuannya pulang tapi rumah sakit. Sebelumnya dia mendapat kabar dari Rindu bahwa Morgan memintanya datang ke rumah sakit karena ada hal yang ingin pria itu sampaikan. Ada rasa khawatir mengingat perlakuan Morgan tidak baik sebelumnya. Namun melihat pengorbanan yang pria itu berikan pada Rindu rasanya cukup membuat Senja percaya bahwa Morgan sudah berubah. Senja mengetuk pintu yang dari tempatnya berdiri terdengar riuh. Seperti yang ia ketahui sebelumnya. Semua orang berkumpul di ruangan. “Maaf telat,” serunya disambut peluk hangat sang mama. “Dari mana aja, Sayang? Mama khawatir, loh.” “Maen bentar lah, Ma. ‘Kan udah gede,” kekehnya mengundang senyum lembut wanita paruh baya itu. Senja mengurai pelukan. Ditatapnya Morgan yang tengah duduk di sisi ranjang kemudian menyeret langkah, menghampiri pria itu. “Makasih udah mau dateng,” ucap Morgan menatap wajah cantik gadis yang kini mendudukkan diri di kursi samping ranjang. “Ada apa?” Senja bertanya datar. “Aku mau minta maaf atas kejadian lalu,” ungkap Morgan tulus. Dapat Senja lihat melalui tatapan pria itu yang tepat menusuk netranya. “Kejadian yang mana?” “Semuanya. Mulai dari ngurung kamu sampe lengan kamu yang aku tembak.” “Sebenernya sih aku nggak mau maafin kamu. Kesalahan kamu terlalu banyak bukan cuma sama aku. Sama papa, Rindu, juga keponakan aku.” “Sama gue juga,” sela Langit membuat Morgan terkekeh. “Emang apa salah gue sama lo?” sangkalnya. Langit yang suka meledak-ledak saat marah membuat Morgan selalu ingin menggoda. “Ya, lo godain istri gue mulu.” “Kan lo yang rebut Rindu dari gue.” Sepasang paruh baya yang memperhatikan hanya menggeleng. Niat serius yang hendak disampaikan Morgan jadi ambyar karena ulah Langit. “Biarin Morgan ngomong dulu. Dia butuh ngomong sama adik kamu,” timpal Rere. “Tau, nih, orang lagi ngomong serius juga.” “Gue juga serius. Lo pikir gue suka lo deketin Rindu mulu.” Tanpa mempedulikan lagi protes Langit, Morgan kembali menatap lekat netra Senja. “Maafin aku, yah, udah jahat banget sama kamu, terobsesi banget buat dapetin kamu sampe ngorbanin semua orang.” Senja bersyukur Morgan menyadari perasaannya sendiri. “Akhirnya sadar juga,” cibirnya. “Hahah, yah ... aku sadar selama ini salah menilai perasaan aku sendiri.” Anggukan dengan senyum penuh rencana itu membuat perasaan Morgan tidak enak. Ada apa ini? “Tapi nggak semudah itu aku kasih maaf.” Tuh, ‘kan? Morgan yakin ada yang Senja rencanakan. “Kamu pikir gampang nyembuhin trauma yang kamu tanem di hati aku? Bahkan aku ngerasa cemas waktu Rindu bilang kamu mau ketemu sama aku.” “Aku ngerti, bukan hal mudah buat nerima kesalahan aku.” Senja mengangguk penuh arti. “Ada harga yang harus kamu bayar.” “Berapa?” “Hahah, kamu udah miskin, Morgan. Aku tahu kamu nggak bisa nebus pake duit,” cibir Senja tepat sasaran namun tak membuat pria yang terus menatapnya itu tersinggung. Ia menggerakkan jari telunjuk beberapa kali mengisyaratkan agar Morgan mendekat. Membisikkan sesuatu begitu pria itu menurut. “Itu syaratnya.”
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN