Arga Smith #3

1035 Kata
Happy reading. Jangan lupa ♥️ nya gais. --------------------------------------- Awal yang cukup baik. Berkenalan dengan dia. Dia gadis dengan kepribadian yang cukup pendiam. Tidak mudah untuk dibuat tersenyum dan sangat menjaga kata-kata yang keluar dari mulutnya. Mungkin takut salah atau memang orangnya sangat berhati- hati dalam berbicara. Dua hari ini aku cukup sering berbincang dengannya. Walaupun aku yang lebih sering mendominasi pembicaraan. Membicarakan apapun dengannya cukup membuat waktu luangku terpakai dengan baik. Namun tidak apa-apa jika aku menjadi dominan dalam berbicara karena aku memang suka berbicara. Setelah di pikir-pikir kata-kata yang keluar dari mulutnya tidak sampai sepuluh kata. Kurang dari sepuluh kata. Kenapa? Apakah dia memang begitu? Tidakkah dia ada keinginan untuk berubah karena aku? Oh astaga Arga, kau harus sadar diri. Arga. Sadarlah. Aku bukan siapa-siapa untuk dirinya. Hanya sebatas senior dan junior di sekolah ini. Ingat Arga. Kau adalah seniornya. s**t! Sebenarnya, Ada apa denganku? Apa karena aku jarang bertemu dengan perempuan selain Tara dan Gracilda aku menjadi seperti ini? 'Panggilan kepada Agen Arga Smith. Anda ditunggu di ruanh rapat. Dimana pun anda berada kami tunggu di ruang rapat secepatnya. Silahkan mulai berjalan ke ruangan rapat sekarang. Sekali lagi agen Arga Smith ditunggu di ruang rapat sekarang juga.' Itulah hebat dan canggihnya alat yang ada disini. Radio kecil dengan frekuensi yang lumayan panjang dan dapat dipakai untuk memanggil seseorang yang diperlukan. Tidak perlu datang ke ruangan pribadinya. Cukup memencet tombol di ruangan lain dan bicara apa yang diperlukan. Dan jadilah seperti tadi. Itu adalah suara Gracilda. Nada bicara dan kata-katanya selalu membuatku tersenyum. Tunggu dulu. Aku berjanji hanya tersenyum pada Sara dan juga Profesor Gamma saja. Peganglah semua janji para lelaki. Aku dapat menebak kemana arah pembicaraan rapat ini. Mungkin rapat ini adalah rapat penutupan untuk pendaftaran. Sudahlah aku harus segera ke ruang rapat. Jika tidak sesegera mungkin, Gracilda akan memaki dan mengajakku berduel satu lawan satu. Aku segera beranjak dari tempat tidurku yang cukup besar dan mulai berjalan ke ruangan rapat. Sungguh melelahkan memang. Gedung pencakar langit. Dengan beberapa tingkatan lantai. Beberapa lift dan eskalator horizontal dan vertikal. Beberapa bagian-bagian penting ada di gedung ini. Dan banyak juga ruangan yang hampir sama sekali tidak terpakai. Gedung seluas ini, hanya diisi kurang lebih 200 orang. Tidak. Tidak sampai untuk mencapai angka dua ratus orang. Ruangan-ruangan masih kosong karena kurangnya penduduk gedung ini. Ya setiap tahun hanya bisa menambah lima belas sampai tiga puluh orang. Paling banyak tiga puluh lima orang. Dan itupun sangat sulit. Harus mencari dan menggali ke pedalaman yang aksi sosialnya lebih banyak dan lebih baik. Karena tidak setiap musim di temukan siswa yang cocok untuk bersekolah disini. Entahlah bagaimana pemikiran profesor Gamma mengenai ini. Apa baik-baik saja? Atau ini harus dijadikan sebagai krisis siswa? Siswa tahun depan ditargetkan mencapai tiga ratus siswa. Tapi belum ada kemajuan yang pasti. Ngomong-ngomong soal Profesor. Profesor Gamma sendiri sudah mengetahui darimana asal masing-masing siswanya, orang tua bahkan orang terdekat kita. Khususnya aku. Sedangkan aku bahkan tidak tau banyak soal Profesor Gamma. Dia jarang sekali mau mengobrol dengan anak didiknya. Dia seperti kepala sekolahnya disini. Yang aku ketahui adalah Profesor orang tuaku disini. Para pelatih juga orang tuaku disini. Disekolah ini biasanya menganggap siswa lainnya adalah teman atau saudara. Sudah seperti keluarga. Ah. Jangan banyak berbicara soal keluarga dan orang tua. Aku jadi rindu pada mereka. Sangat rindu. Aku sudah sampai di depan pintu ruangan. Sampai di depan pintu ruang rapat. Dengan pintu menyerupai dinding. Berwarna putih dengan gagang pintu hitam legam. Aku menarik nafas dan mengangkat tangan menggapai knop pintu. Dan kemudian, mendorong pintu itu agar terbuka. Aku memasuki pintu itu dengan langkah ringan dan badan tegap. Tidak lupa menutup pintunya lagi. Semua orang ternyata sudah berkumpul. Mereka sepertinya hanya tinggal menunggu kedatanganku. Aku duduk di kursi ku. Kursi yang hanya aku yang boleh mendudukinya. Aku tidak mengijinkan siapapun duduk disana. Kecuali jikalau itu adalah salah satu orang yang di hormati dan dipujanya. Sampi saat ini belum ada. Dan rapat pun di mulai. Di dalam rapat ini hanya anggota inti yang ada. Profesor, aku, Gracilda, Tara, Daniel, Jack, Rico, Sam dan Zoro. Anggota selain kami hanyalah siswa biasa. Mereka belajar dan berlatih. Aku dan tujuh orang temanku adalah angkatan pertama sekolah ini. Bisa di bilang kami adalah pelopor sekolah ini beserta profesor dan pelatih lainnya. Profesor Gamma sudah memilih kami dari sejak awal musim kami masuk ke sekolah ini. Menurutnya kami adalah orang-orang terpilih yang bisa masuk anggota inti. Ya sudah aku jelaskan tadi, kami adalah delapan siswa angkatan pertama. Jadi mungkin Profesor Gamma sudah merencanakan ini dari awal. Bahkan bisa jadi sebelum aku berniat masuk sekolah ini. Rapat itu isinya hanya tentang penutupan pendaftaran musim ini. Dan sudah ditutup pagi tadi. Ya musim dingin. Aku tak heran kenapa para calon siswa lebih banyak yang mengundurkan diri. Selain kami hanya memilih lima sampai sepuluh orang dari beribu calon, bisa juga karena faktor cuaca. Kata orang-orang luar keadaan di luar gedung ini sangatlah ekstrem. Entahlah aku tak merasakan dinginnya selama ada di dalam kamar dan ruangan-ruangan di gedung ini. Mungkin karena alat Profesor. Lagi. Sangat menakjubkan. "Jadi pada musim ini hanya mendapatkan 2 siswa, Prof?" itu suara Rico membuka pembicaraan setelah pengumuman penutupan tadi. Profesor Gamma hanya mengangguk dan berdeham kecil. Dan aku juga ikut mengangguk menyetujui anggukan Profesor Gamma tadi. "Urus mereka berdua dengan baik. Aku ingin menerima laporan hasil yang bagus dari kalian." itu Profesor Gamma saat tidak ada yang berbicara lagi Lagi- lagi. Aku hanya mengangguk dengan mantap. Diikuti temanku yang lain. Tercatat dari awal aku masuk hanya sedikit siswa disini. Aku dan ketujuh temanku ditambah dua orang musim ini yang masuk dan yang lainnya. Belum. Belum cukup dan masih sangat kurang untuk memenuhi gedung luas ini. Tapi, sudah lebih dari cukup untuk memenuhi kantin di belakang. Rapat lalu ditutup dengan pengumuman bahwa penerimaan siswa baru dari usulanku akan di jalankan mulai tahun depan. Di akhir musim dingin ini di tahun depan. Pengumuman itu akan di sebarkan besok. Dan aku berharap banyak yang lolos dan lebih banyak yang berfikiran luas. Tidak untuk dirinya sendiri tapi untuk orang lain juga. Aku tersenyum bangga mendengarnya. Ya itu usul ku di terima dengan banyak pertimbangan. Siapa yang tidak bangga kalau orang besar seperti Profesor Gamma menerima usulan dari aku yang hanya sebagai siswa awal musim.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN