Pertemuan Pertama

1528 Kata
Naura berjalan melewati kamar Felly gadis itu sedikit mendongak guna melihat apa yang sedang di lakukan oleh Felly. Ternyata, Felly sedang mencatok rambut panjangnya. Ia melihat Felly yang nampak ceria. "Gimana caranya?" gumam Naura masing dengan memutar otaknya. "Dan malah Kak Felly bakalan curiga sama gue? Ah yang lebih parah, Kak Felly emang udah suka sama Pak Arga! s**t!" Naura dengan segala ketakutannya. Ia takut jika Felly menyukai Arga. Kenapa Naura berpikiran seperti itu? Karena memang Arga cukup banyak di gemari oleh mahasiswi, ataupun dosen-dosen muda di universitasnya. Dan sekarang Naura berada dalam ketakutan itu. Naura menghela nafas. Sembari menyandarkan kepalanya pada dinding. Tiba-tiba ia mengingat waktu pertama kali mengenal Arga. Dosen tampan yang sangat ia kagumi sejak dulu. Flashback on Siang ini Naura berangkat dengan ojek kesayangannya. Ia sedikit buru-buru karena mungkin kelasnya sudah ramai. Naura melangkah, sesudah turun dari ojek. Ia berjalan masuk kedalam lingkungan kampus. Tiba-tiba seorang satpam menghalau langkahnya. "Mbak Naura Salsabila?" ujar satpam tersebut. "Iya, saya. Kenapa Pak?" ucap Naura. "Mbak Naura gak boleh masuk. Mbak tunggu sebentar ya," ucap satpam tersebut. Membuat Naura mengerutkan keningnya. "Loh kok gak boleh masuk sih, Pak?" ucap Naura. "Tunggu sebentar ya, Mbak. Pak Ivandi tadi berpesan kepada saya. Anda di larang masuk dulu. Saya harus memanggil Pak Ivandi sekarang, " ucap satpam lagi. Satpam menutup pintu gerbang. Lalu berjalan masuk kampus untuk memanggil Pak Ivandi. "Mampus gue!" gumam Naura. "Si tua bangka itu pasti mau hukum gue!" Naura mundur, lalu tiba-tiba ia kaget karena seseorang membunyikan klakson mobilnya. Bukannya marah kepada seseorang itu. Naura malah berjalan menuju kaca mobil. Dan mengetuk-ngetuknya. Membuat seseorang yang berada di dalam mobil tersebut membuka kaca mobilnya. "Eh gue nebeng masuk kedalam ya!" ucap Naura memohon kepada pengendara mobil tersebut. Pengendara mobil itu hanya diam, sembari menatap Naura aneh. "Please! Gue traktir di kantin deh nanti. Yang penting sekarang lo bantuin gue!" ucap Naura. Naura melirik kearah gerbang kampus. Satpam tadi kembali, bersama Pak Ivandi tentunya. "Tolongin gue dong! Please!" ujar Naura memohon. "Ya udah masuk! Sekali ini aja ya! Saya nolongin kamu!" ucapnya. "Siap-siap!" ucap Naura kegirangan. Gadis itu segera masuk kedalam mobil. Ia memilih untuk bersembunyi di belakang mobil tersebut. Naura menundukkan tubuhnya. Sampai benar-benar tidak kelihatan oleh Pak Ivandi dan Satpam tadi. Hingga akhirnya mobil itu berhenti. Naura sedikit mengangkat tubuhnya untuk. Melihat keadaan sekitar. Ia memastikan tidak ada pak Ivandi ataupun pak Satpam. "Udah, kan?" ucap lelaki di depannya. Naura melihat kaca spion tengah di mobil. Kedua matanya menatap wajah tampan lelaki itu. "Anjir! Kenapa gue baru sadar ini cowok ganteng banget!" batin Naura. Ia tersenyum, benar-benar terpesona dengan sosok lelaki ini. "Turun!" ujar lelaki itu, membuat lamunan Naura terganggu. "Eh... " "Silahkan turun dari mobil, Saya!" ucap lelaki itu mempertegas ucapannya. Naura berdecak kesal. Meskipun tampan lelaki ini juga sangat menjengkelkan. Naura turun dari mobil lelaki itu. Lelaki itu pun juga sama, ia mengambil tasnya lalu turun dari mobilnya. "Eh makasih ya, udah nolongin gue!" ucap Naura, mencegah lelaki itu untuk pergi. Lelaki itu diam, tidak menjawab tidak juga berekspresi apapun. "By the way, nama gue Naura Salsabila," ucap Naura mengenalkan namanya. "Loh itu non Naura, Pak!" Naura mendengarnya. Ia mendongak menatap sumber suara. "Mampus ketauan!" gumam Naura menutup wajahnya dengan buku tebal yang sedari tadi ia bawa. "Naura! Kamu ke ruangan saya sekarang juga!" ujar Pa Ivandi. Membuat Naura berdecak kesal. Flashback off Sepenggal ingatan muncul dalam otak Naura. Kejadian 1 tahun lalu itu begitu terekam jelas di otaknya. Mana mungkin Naura bisa melupakan kejadian itu. Jika Arga pemeran utama dalam kejadian itu. Semenjak hari itu, Naura menyukai Arga. Meski sebagai Mak Comblang ia tidak pernah berani mengungkapkan perasaannya. Naura memilih diam, mengagumi dan mencintai Arga dalam diam. Clek.... "Loh, Dek kamu ngapain di sini?" ujar Felly yang bingung karena menemukan Naura berdiri di samping kamarnya. "Eum, gue....." Naura sedang mencari alibi yang pas. Sementara Felly menatap Naura dengan tatapan menyelidik. "Gue mau nebeng lo, boleh Kak?" "Oh nebeng? Ya ayo gak pa-pa. Emang kamu ada kuliah pagi?" tanya Felly. "Iya ada kuliah pagi, " jawab Naura masih gugup. Felly mengandeng lengan Naura untuk turun kebawah. Keduanya berjalan beriringan. Tidak biasanya mereka seperti ini. Hal ini juga membuat Atmajaya dan Nayla kaget. "Loh tumben kalian akur," ujar Nayla. "Iya Mi, gak tau nih Naura ngajak berangkat bareng, " ujar Felly dengan wajah begitu seri-seri. Atmajaya meminum kopi yang baru saja di buat oleh Nayla, istrinya. "Ingat Fel, nanti pulangnya mampir ke kantor Papi. Papi mau ngomong serius sama kamu." "Siap Pi!" ucap Felly. Mereka pamit kepada kedua orang tua mereka. Lalu bergegas masuk kedalam mobil Felly. Jika kalian bertanya, apa mungkin Naura tidak punya mobil? Jawabannya adalah punya. Naura punya 2 mobil, satu ia di berikan kado ulang tahu oleh Neneknya, satu lagi kado dari Atmajaya karena Naura pernah peringkat 19 di kelasnya waktu SMA. Tapi Naura ini tidak mau memakai mobilnya. Ia lebih suka naik ojek online langganannya. Entah kenapa Naura sangat terlihat sederhana walaupun keluarganya sangat kaya-raya. *** Jarak 500 meter dari kampus. Naura meminta untuk Felly menghentikan mobilnya. "Kak udah berhenti, sampai sini aja," ucap Naura. "Loh, kenapa? Kan kampus masih di depan? " ujar Felly kebingungan. Namun meskipun begitu ia tetap menghentikan mobilnya. "Gue naik angkot aja," ujar Naura yang bergegas turun dari mobil Felly. "Loh, Dek kenapa? Kamu bisa nebeng kakak sampai kampus, loh," ucap Felly. "Nanti banyak yang tahu, kalau lo Kakak, gue," ucap Naura. Naura turun dari mobil Felly setelah mengucapkannya. Entah kenapa, sejak Felly pindah ke kampus Naura. Naura sama sekali tidak mau mengakui Felly sebagai Kakaknya. Bahkan Naura sangat menjaga jarak kepada Felly saat mereka di kampus. Felly hanya mampu menuruti kemauan Naura. Karena ia juga tidak bisa berbuat apa-apa. Yang ingin Felly lakukan sekarang, menjadi Kakak yang baik untuk Naura. *** Naura bernafas lega, setelah keluar dari mobil Felly. Ia berjalan, mencari angkot. Namun tidak ketemu. Hingga sebuah mobil di belakangnya membunyikan klakson keras. Tin.... "Astagfirullah, jantung gue mau copot! Siapa sih mentang-mentang punya mobil jadi sembarangan gini!" gumam Naura. Naura membalikkan tubuhnya. Lalu ia kaget, ketika melihat siapa yang ada di mobil tersebut. "Loh... Pak... Pak... Arga?" ujar Naura dengan kekagetannya. "Bapak ngagetin saya aja tahu gak!" "Masuk!" perintah Arga. "Ha?" ujar Naura tidak percaya. Dengan apa yang di ucapan oleh Arga. "Masuk!" ujar Arga lebih keras. "Iya-iya! Saya denger," ucap Naura kesal. Gadis itu segera berjalan masuk kedalam mobil Arga. Saat Naura duduk, ia baru kepikiran sesuatu. "Apa jangan-jangan Pak Arga mergokin gue berangkat sama Kak Felly," batin Naura. Naura melirik Arga yang fokus menyetir mobilnya. Dan seketika Naura mengingat ucapan Arga waktu itu. "Saya lihat, kamu cukup dekat dengan Felly..." "Duh, jangan sampai Pak Arga tahu gue adiknya Kak Felly, " batin Naura. Naura pun menormalkan ekspresinya. Lalu menatap Arga di sebelahnya. "Pak... dari tadi? " tanya Naura. Pertanyaan itu sangat aneh di telinga Arga. "Kamu ngomong apa sih?" ucap Arga. "Bapak udah dari tadi? Bapak tahu saya turun dari.... " "Saya tadi liat kamu jalan kaki. Kayak orang gila," ucap Arga memotong ucapan Naura. Naura mengerucutkan bibirnya kesal. Karena secara tidak langsung Arga mengatainya, gila. Tapi leganya, Arga tidak tau kalau ia tadi turun dari mobil Felly. Mobil Arg berhenti di halaman kampus. Entah kebetulan atau tidak, mobil itu berhenti di samping mobil Felly. "Makasih tebengannya, Pak," ujar Naura melepas seat belt di mobil Arga. Keduanya turun dari mobil. Sontak Naura menjadi pusat perhatian. Tidak hanya mahasiswa/mahasiswi yang melihat kearah mereka. Felly yang baru turun dari mobilnya pun juga sama. Ia menatap Naura adiknya dan juga Arga. Baik Arga atau pun Naura tidak menanggapi itu. Mereka malah berjalan beriringan di tangah koridor kampus. "Bapak gak malu jalan sama saya? Gak risih di liatin satu kampus? Nanti kita masuk di akun gosip kampus, loh Pak! " ujar Naura hiperbola. Arga hanya melirik Naura sekilas. "Yakin kamu? Saya ikutin kamu?" "Iyalah! Saya mau ke kelas! Tapi Bapak masih ngikuitin saya, " ucap Naura. Arga menghentikan langkah kakinya. Dan hal itu juga membuat Naura menghentikan langkah kakinya. Naura melihat Arga yang berdiri satu meter di belakangnya. "Coba liat itu," ucap Arga menunjuk sebuah plang dengan dagunya. Naura mengikuti pandangan Arga. Lalu ia membaca plang yang di tunjuk oleh Arga. "Ruang Dosen." "Wtf! Sialan!" gumam Naura. Ia sungguh malu kepada Arga. "Kelas kamu di sana. Di sini ruangan Dosen, " ujar Arga. Ia. Pun segera pergi meninggalkan Naura yang tengah dilanda rasa malu. "s**t! Naura ceroboh banget!" *** Di sudut kantin, dua orang gadis tangah tertawa terbahak-bahak. Mereka menertawakan tingkah ceroboh sahabatnya. "Pfttt.... jadi lo ikutin Pak Arga sampai ke ruangan dosen?" ucap Rahma. Naura mengangguk dengan lemas. "Anjir! Gue ya, kalau jadi lo langsung pengen ngilang dari bumi," ujar Rahma masih saya menertawakan Naura. "Ih sumpah, malu banget gue, " ucap Naura. "Oh iya, misi lo gimana? Udah jalan?" tanya Airin menghentikan tawanya. "Belum. Gue belum mulai apa-apa," jawab Naura. "Gue saranin, mending apa adanya aja deh Ra, " ucap Airin. "Maksudnya?" "Ya, lo jangan sabotase semua ini." "Rin, lo tahu kan? Gue suka sama Pak Arga?" ucap Naura menatap Airin. Airin mengangguk. "Gue gak mau, liat Pak Arga sama perempuan lain. Apalagi, itu Kak Felly, Kakak gue sendiri," ucap Naura. Airin mengerti perasaan Naura. Ia hanya takut, semuanya akan berantakan di akhir nanti.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN