Bagian 2

1989 Kata
"Ellen kamu bisa tolong ibu gak?," Tanya Amira-- Ibu Ellena. "Bisa kok Bu, emang Ibu mau minta tolong apa?," Tanya Ellena "Kamu tolong yah pergi ke villa pak Gautama, di sana ada anak lelakinya yang sedang datang berlibur tadi dia telpon Ibu, katanya harus datang bersih-bersih dan memasak makan malam. Ibu sedang tidak enak badan," Ucap Amira panjang lebar. Ellena menatap Ibunya, mengerti dengan tatapan Ellena, Amira langsung berucap "Di sana ada Dini nak, dia lagi bersih-bersih taman pasti deh dia temani kamu," ucap Amira mengerti dengan ketakutan anak gadisnya. "Yaudah Ellena permisi yah Bu. Udah sore takut kemalaman pulangnya" ucap Ellena lalu mengganti khimar yang dia pakai dengan jilbab panjang menjuntai. "Hati-hati yah nak" Jawab Amira. Amira adalah asisten rumah tangga Gautama di desa ini, setiap hari dia membersihkan villa keluarga Gautama. Tapi hari ini, bertepat dengan kedatangan Putra semata wayang Gautama, Amira sudah tidak sempat pergi bersih-bersih di karenakan tidak enak badan. Ellena mengayuh sepedanya dengan cepat. Sesampainya di villa yang tepat berada di samping kebun teh Ellena langsung turun dari sepedanya dan menderong sepeda itu ke belakang rumah. Iya, pintu masuk asisten rumah tangga di villa ini adalah di dapur. Hingga tatapannya tak sengaja bertemu dengan putra Pak Gautama. "Bersihkan seluruh rumah ini, terutama kamar saya, setelah itu kamu memasak, dan kumpul semua pakaian kotor yang ada di dalam kamar saya dan segera cuci," Ujar lelaki itu dingin lalu berjalan keluar "Iya Tuan" Jawab Ellena dengan suara kecil lalu menunduk Ellena meyimpan beberapa barang yang ia bawa dan mulai membersihkan satu per satu ruangan. Lumayan menguras tenaga di karenakan villa ini begitu besar hingga teman Ellena yang di panggil Dini ini masuk untuk minum. "Len, kamu udah dari tadi?," Tanya Dini sambil meminum air putih yang dia ambil tadi. "Barusan, Din. Kok kamu yang bersihin kebun?," Tanya Ellena. "Ibu ada urusan, jadi aku yang ganti" Jawab Dini "Ohh gitu" Ucap Ellena "Sstt...kalau kita bercerita terus, pekerjaan kita gak bakal selesai" Ucap Dini terkekeh "Iya sih benar juga" Jawab Ellena ikut terkekeh "Yaudah Len, aku balik kerja dulu yah. Semangat" Ucap Dini dengan semangat Ellena mengangguk, lalu melanjutkan pekerjaan. Beberapa jam bersih-bersih Ellena melihat jam ternyata sudah jam setengah enam sore, dia buru-buru pergi ke pasar dan berbelanja. Sepedannya sengaja dia simpan di samping villa karena dia akan pulang melaksanakan ibadah magrib di rumahnya, Ellena menyimpan semua belanjaannya dan bergegas pulang ke rumah. Sedikit terlambat Ellena melaksanakan sholat. Usai itu, Ellena kembali ke villa dengan berjalan kaki. ternyata Dini masih bekerja. "Assalamualaikum Din" Sapa Ellena kepada Dini "Waalaikumsalam Ellena cantik" Jawab Dini "Aku masuk dulu yah, mau lanjutin pekerjaan" Ujar Ellena Dia lalu masuk dan segera memasak dan ketika masakan terhidang, dia memanggil anak majikannya tersebut "Tuan makanan sudah siap, silahkan makan dulu Tuan," Ucap Ellena. "Kenapa lama sekali?," Protes lelaki tersebut. "Maaf, saya tadi pulang sholat di rumah Tuan," Ucap Ellena "Bersihkan seluruh ruang tamu. Akan ada tamu penting yang datang" Ucap lelaki tersebut acuh. Ellena mengangguk, dia mengambil kain pel dan sapu. Pertama-tama dia membersihkan hiasan-hiasan yang berada di ruang tamu tersebut lalu mulai menyapu dan mengepel. Dia melihat lelaki tersebut masih menikmati makan malamnya, dia buru-buru masuk ke dalam kamar lelaki itu dan membersihkannya. Tidak mungkin kan dia masuk membersihkan kamar itu sementara lelaki itu masih di kamar? Dia tidak mau buat dosa dengan berduaan di kamar bersama lelaki walaupun dia memang harus melakukan pekerjaannya membersihkan kamar itu. Ellena lalu beralih ke kamar milik Gautama untuk membersihkan kamar itu pula, setelah pekerjaannya selesai dia meninggalkan kamar itu namun, ia sedikit berpikir. Ternyata pakaian kotor anak Gautama harus di cuci, wanita itu memutar langkahnya pergi ke dapur untuk memeriksa apakah lelaki itu masih makan. Ternyata sudah tidak, dia melihat pintu dapur terbuka. Ah mungkin saja dia sedang menikmati udara malam di kebun teh pikir Ellena, dia lalu masuk ke dalam kamar tersebut. Ellena tidak sengaja menjatuhkan kunci lemari dan kunci itu terpental di bawah tempat tidur, Ellena menunduk dan mengambil kunci lemari tersebut. Susah sekali rupanya. Dia berusaha meraih kunci itu dengan susah payah. Hingga suara pintu di tarik tertutup membuat fokus Ellena terbagi dia langsung berlari ke arah pintu yang sudah tertutup. Dia memutar knop pintu ternyata pintu itu sudah terkunci dan ternyata Dini yang telah mengunci pintu kamar tersebut karena tugas Dini telah selesai dan masuk mengecek villa sudah menjadi rutinitasnya karena di ajarkan Ibunya. Dini mengira Ellena sudah pulang, karena sepedanya sudah tidak ada dan anakGautama juga sedang keluar, terpaksa Dini hanya mengunci semua pintu kamar dan menyimpannya di tempat biasa di simpan lalu pulang. Ellena berteriak memanggil Dini. "Dini, kamu masih di luar yah? Din buka," Panggil Ellena teriak sambil menggedor pintu hingga Ellena berbalik menghadap pintu kamar mandi karena mendengar suara gemercik air. Wajahnya terlihat tegang , Hingga Ellena di buat syok berkali-kali karena anak Tuan Gautama keluar dari kamar mandi dan masih menggunakan handuk. "Astagfirullah," IUjar Ellena beristigfar lalu menundukkan pandangannya. "Ngapain kamu di kamar saya?," Tanya lelaki itu cepat "Saya mau ambil cucian kotor," Jawab Ellena menunduk "Yaudah ambil aja, ngapain masih di sini" Ucap lelaki itu lagi dengan santai "Sudah. Tapi pintu kamar terkunci dari luar" Jawab Ellena bergetar menahan tangis mata lelaki tersebut membulat sempurna. Dia mengingat perkataan Papanya bahwa desa ini kental dengan agama bahkan jikalau mendapat muda-mudi bersama dalam ruangan dan hanya mereka berdua langsung di nikahkan tanpa menerima alasan. Lelaki tersebut mengumpat, dia lalu berjalan ke arah Ellena. "Hentikan tangisan mu. Nanti orang mengira bahwa saya sedang melakukan hal yang tidak-tidak padamu," Ucap lelaki tersebut penuh penekanan. Ellena diam. Mereka harus apa? Lelaki tersebut terus mendobrak pintu tersebut. Hingga ada salah seorang warga desa yang melintas di dekat vila dan ada sebuah jendela yang gordennya masih sedikit terbuka. Dia mengintip ternyata di dalam sana ada seorang lelaki dan wanita, setelah meneliti wajah wanita tersebut, dia begitu mengenalinya. Itu Ellena anak Bapak Bahar, kenapa sedang berduaan dengan lelaki yang bukan mahromnya di dalam ruangan tersebut. Dengan cepat orang itu pergi ke rumah orang tua Ellena dan ke rumah pak RW. Mereka harus menikahkan Ellena, iya harus! Hal yang tidak-tidak bahkan telah terpatri di otak orang tersebut bahkan dengan mata kepalanya sendiri ia melihat lelaki itu masih memakai handuk. Ibu Ellena cuku di buat syok mendengar kabar tersebut, mereka lalu pergi ke villa tapi terlebih dahulu ke rumah Dini. Dini mengaku dia yang telah mengunci mereka di kamar dan dia benar-benar tidak tahu, tapi pak RW sama sekali tidak menerima alasan apa pun, karena telah ada saksi yang melihat. Dan di tempat lain Ellena sudah kehilangan akal, dia sudah tidak tahu lagi apa yang akan di lakukannya. Dia terduduk di lantai, sementara itu lelaki tersebut duduk di tempat tidur. "Situasi apa ini?," Teriak lelaki tersebut. Hingga tak lama pintu terbuka, Ellena tersenyum bahagia. Doanya terjawab, semoga saja Dini batinnya. "Dini terimakasih," Ujar Ellena dengan cepat. Dan, bukan hanya ada Dini di sini. Ternyata sudah ada pak RW, Ayah, Ibunya, saksi mata, dan Dini. Ellena terlihat pucat. Katakan ini mimpi, lelaki tersebut keluar kamar. Ibu Ellena syok melihat penampilan lelaki tersebut dia bahkan pingsan. Air mata Ayah Ellena terus mengalir. "Ibu bangun. Ini bukan yang seperti Ibu lihat.. Yah, Ayah Ellena minta maaf Ayah. Ellena nggak lakuin apa-apa," Ucap Ellena berusaha membuat Ayahnya percaya "Ayah kecewa sama kamu nak. Sangat-sangat kecewa. Kenapa bisa sampai seperti ini?" Ucap Bahar pelan. “Tapi Ayah, aku anak mu. Ayah sudah tahukan tentang aku? Aku nggak mungkin melakukan hal ini” Ujar Ellena kembali meyakinkan Bahar. "Tolong… jelaskan kepada mereka kita tidak berbuat apa-apa" Ucap Ellena bermohon kepada lelaki tersebut. Tapi nihil, lelaki tersebut malah diam membisu "Dini jelasin ke mereka semua, Din. Ini ketidaksengajaan mu, kan?," Ucap Ellena mencari pembelaan "Mereka nggak terima penjelasan, Len," Jawab Dini kecewa pada dirinya sendiri "Bersiap-siaplah nak, kalian akan kami nikahkan. Papa mu sudah berada di perjalanan ke sini" ucap Pak RW kepada lelaki tersebut .   .   Pernikahan mendadak, bukan ini pernikahan impian Ellena dia bahkan tidak membayangkan akan menikah dengan lelaki seperti yang ada di dekatnya kini. Ellena masih menangis,karena tak menyangka dia akan menikah dengan cara seperti ini. Sah.. Setelah kata itu terucap, dunia Ellena benar-benar berubah dengan sekejap mata. Dia lalu menyalami tangan lelaki yang telah menjadi suaminya ini, dia sudah menjadi milik orang lain. Dia bukan lagi milik orang tuanya, statusnya telah berubah menjadi istri. "Nak Alfarezi Ayah titip anak satu-satu Ayah ke kamu, nak" ucap Bahar sembari memeluk anak mantunya tersebut. Setelah semuanya selesai,  Gautama berpamit untuk kembali ke kota karena ada urusan yang harus dia selesaikan. "Nak, sekarang statusmu sudah berubah. Papa harap kamu dapat bertanggung jawab atas istri mu dan yang sangat Papa harap kamu dapat mencintai serta menjaganya seperti Papa menjaga Mama mu nak" ucap Pak Gautam. "Iya Pah" ucap Alfarezi singkat. Jujur saja, Alfarezi tidak terima dengan pernikahan ini, Terlebih lagi dia tidak kenal wanita yang menjadi istrinya ini. Dan satu fakta yang Alfarezi tahu tentang wanita yang menjadi istrinya ini. Dia hanya seorang wanita tamatan SMA dan telah berusia dua puluh tahun.Tidak sepadan dengan dia yang mempunyai pendidikan tinggi. Tapi mau tidak mau, dia harus menikah atas dasar tanggung jawab dan menjaga nama baik keluarganya di kampung ini. "Nak Ellena, Papa harap kamu menjadi istri yang baik untuk Alfa yah nak. Tetaplah sabar menghadapi sikap serta sifat dia, Papa yakin kamu adalah jodoh terbaik yang telah di siapkan Allah untuk Alfa" Ucap Gautama dengan hati gembira. Setelah itu, Gautama keluar dari masjid dan masuk ke dalam mobilnya. Mereka lalu kembali ke rumah masing-masing. Dan di sini lah Ellena dan Alfarezi berada di kamar yang menjadi saksi bisu kebenaran mereka. Ellena duduk di tepi ranjang, dan Alfa duduk di sebuah kursi yang berhadapan langsung dengan Ellena namun dengan jarak sedikit jauh. Alfa menatap setiap jengkal wajah Ellena, Wajah khas Arab, bentuk wajah yang oval, hidung mancung, bibir tipis, serta mata yang sipit, dan terlebih lagi kulit yang begitu putih. Dia tersenyum tipis,  Alfa diam-diam memuji kecantikan wanita yang beberapa waktu lalu menjadi istrinya, hingga deringan ponselnya menghentikan aktivitasnya mengamati wajah Ellena. "Halo ada apa?," Ucap Alfa tak mau basa-basi. "Tuan Alfa pulanglah ke rumah. Papa anda meninggal karena kecelakaan Tuan" Ucap seorang lelaki di seberang telepon sana. Alfa melepas ponsel tersebut, badannya terhuyung Ellena dengan cepat menangkap Alfa, tapi Alfa menghempas badan Ellena dan berkata "Pernikahan sialan." "Wanita sialan," Sambung Alfa lagi dan menampar pipi mulus Ellena. Ellena spontan berlutut di hadapan Alfa. "Papa saya meninggal. Seandainya kita tidak menikah dan dia tidak datang kemari Papa saya pasti masih hidup sampai detik ini," Ucap Alfa menangis. Ellena menangis "Maafkan saya," Ucap Ellena tertunduk. "Ini semua karena kau wanita sialan ini karena kau" Ucap Alfa teriak meronta lalu mencengkram dengan keras bahu Ellena. Alfa melepaskan cengkramannya dan berdiri dengan wajah yang penuh amarah “Kemasi pakaian mu, kita akan pulang ke rumah ku” Sambung Alfa. Ellena lalu berdiri dan menjalankan perintah Alfa “Tapi kau akan masuk di dalam rumah ku sebagai pembantu” Ucap Alfa tenang. Ellena lalu menoleh “Ini rahasia yang akan kita pegang bersama” Sambung Alfa dingin. “A-aku istri mu, kenapa harus-“ ucap Ellena terpotong. “Jalani saja dan lakukan jika kau patuh terhadap suami mu” ucap Alfa lalu keluar kamar. Ellena menarik tangan Alfarezi lalu berucap “Hal itu salah.” “Salah kata mu? Bagaimana perasaan Mama ku menerima gadis seperti  mu sementara kami sedang di rundung kesedihan? Apakah kau yakin orang seperti di terima baik oleh keluarga ku? Kau harus sadar diri, kau dan aku bagaikan langit dan bumi. Dari awal pernikahan kita berdua adalah kesalahan Ellena,” Teriak Alfarezi sarkas. Hingga akhirnya Ellena menuruti perintah Alfarezi Padahal, Pak Gautama ingin memberi kejutan kepada istrinya bahwa anak kesayangan mereka telah menikah dengan seorang gadis yang akhir-akhir ini mencuri perhatiannya karena kesopanannya dan ketaatan agamanya. Tapi takdir berkata lain waktu itu, hingga Ellena masuk ke dalam rumah keluarga Gautama di kenal kan sebagai pembantu, bukan sebagai seorang istri. Inilah rahasia terbesar antara Alfarezi dan Ellena yang tidak pernah di ketahui oleh orang lain.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN