bc

Perjaka Satu Anak

book_age18+
157
IKUTI
2.1K
BACA
family
HE
pregnant
goodgirl
blue collar
bxg
kicking
cheating
like
intro-logo
Uraian

Jika takdir datang, bisakah bersama dengan cinta?

Gionino Pradana Hayes, pemuda berwajah tampan ini, tak pernah bisa menolak perempuan yang ingin jadi pacarnya. Namun bila pertengkaran datang, ia tak pernah berniat untuk bertahan. Karena itulah Gio disebut sebagai mahasiswa Casanova di kampusnya karena punya pacar tak lebih dari seminggu. Padahal ia termasuk pribadi yang serius. Hingga suatu hari, sebuah keajaiban kecil datang. Seorang bayi mungil tepat di depan pintu rumahnya!

"Hei, siapa yang berani tinggalin bayi ini di depan rumah gue, hah?! Dikira ini rumahnya jin iprit, apa?!" Gio menatap keluar sambil bertelak pinggang.

chap-preview
Pratinjau gratis
1. Kau Datang
Pagi itu, Gio gelisah. Suara bayi menangis membuatnya sakit kepala. 'Darimana suara tangisan itu? Apa aku bermimpi?' Ia mencoba mencubit tangan sendiri. "Ah!" Pemuda tampan berkulit sawo matang itu terpaksa membuka matanya. Ini bukan mimpi. Gio terpaksa bangkit dari tidurnya dengan enggan. Ia mengucek-ngucek mata sambil berpikir. Bayi siapa jam segini tengah menangis? Ia rasanya tak punya tetangga dekat yang punya bayi. Dengan malas ia turun dari ranjang. Diikutinya arah suara itu yang berasal dari pintu depan. Ia kemudian membukanya. Tak ada seorangpun terlihat. Hanya ... sebuah keranjang besar dari rotan yang berisikan seorang bayi mungil dengan pakaian serba pink yang terbaring di atasnya. Bayi itu tengah menangis kencang hingga wajah kecilnya itu memerah. Gio sontak terkejut. Bayi? Ini sungguhan bayi? Matanya seketika melebar. "Hei, siapa yang berani tinggalin bayi ini di depan rumah gue, hah?! Dikira ini rumahnya jin iprit, apa?!" Gio menatap keluar sambil bertelak pinggang. Namun jalanan sunyi. Tak ada aktivitas apapun di luar sana. Langit pun belum sepenuhnya terang. Tak lama terdengar azan subuh. Anak-anak kost yang ikut terganggu, turun dari lantai atas kamar mereka dan menghampiri Gio. "Ini anak siapa?" Erlan datang menyipitkan mata. "Mana gue tau ...." Gio melipat tangannya di dadda. Ia masih kesal karena terpaksa bangun sepagi itu. Bahkan orang yang mengirim bayi itu tak terlihat batang hidungnya. Apa ini sebuah lelucon? Lalu siapa yang berani melakukan ini di depan rumahnya? Mata Gio masih celingukan mencari kalau-kalau ada orang yang bersembunyi di taman depan rumahnya. "Bukan anak lu, 'kan?" Jay membungkuk mengambil sesuatu dari samping bayi mungil itu. Bayi itu terkejut melihat kedatangan begitu banyak laki-laki yang menatap ke arahnya. Namun kemudian tangisnya kembali. "Mana ada ... gue bukan orang seperti itu ya. Enak aja!" Gio mengerucutkan mulutnya, kesal. Kenapa sahabatnya sendiri tak percaya ucapannya? Padahal anak-anak yang ngekost di rumah besar itu juga tahu kegiatannya sehari-hari. Ia tak pernah ke mana-mana kecuali ke kampus dan rumah. "Tapi ini ada surat untuk lu, Gio, gimana?" Jay menyodorkan selembar amplop pada Gio. "Apa?" Gio memperhatikan amplop putih yang berada di depan mata dan menyambarnya. Dibacanya tulisan di bagian depan amplop yang bertuliskan, 'untuk Gio'. Bola matanya langsung melebar. Dibukanya amplop itu dengan mudah dan mengeluarkan selembar kertas yang berisi pesan singkat tapi jelas. 'Tolong jaga anak kita, Gio. Aku harus mengejar cita-cita. Tertanda, Nina Khoirunnisa.' "Lah, ini?" Jay yang berdiri ikut membaca. Pun dengan penghuni rumah yang lainnya. "Siapa Nina Khoirunnisa?" Seketika pikiran Gio menjelajah. Dahinya berkerut. Ia merasa tak pernah tidur dengan wanita manapun, bahkan mengenal seseorang bernama Nina, tapi kenapa wanita itu kenal dirinya? Apakah dia tidak salah orang? "Ini pasti salah ... ini pasti salah!" Gio panik dan membungkuk mencari sesuatu yang banyak disisipkan di samping sang bayi. Bayi itu malah terdiam. Ia memperhatikan Gio. Pemuda itu akhirnya menemukan sebuah amplop besar berwarna coklat dan membukanya. Terlihat selembar kertas yang ternyata akte kelahiran sang bayi. Di akte itu tertulis nama Ariana Pradana Hayes, putri dari Gionino Pradana Hayes dan Nina Khoirunnisa. Gio hampir tak percaya saat membacanya. Apa penglihatannya salah atau ia sedang bermimpi? Bayi? Kapan ia pernah membuatnya? "Aahh ..!!" Gio menjenggut rambutnya sendiri sambil berteriak karena frustasi. Akte itu asli. Siapa yang telah mencoba mempermainkannya atau ia lupa ingatan? Ini tidak mungkin, tapi akte ini membuatnya gilla! "Eh, Gio ... sebaiknya lu terus terang aje deh. Akte ini gak main-main lho! Mending, lu urus aja nih bayi," sahut Jay menepuk bahu Gio sambil tersenyum lebar. Ia yakin, kini Gio akan membayar semua kesalahannya pada banyak perempuan yang pernah ia pacari. "Tapi ini bukan bayi gue, Jay ... sumpah, demi Tuhan!" Gio mengangkat dua jari tengahnya membentuk huruf 'v'. "Gue 'kan gak pernah deket sama satu cewek lewat dari satu minggu. Lu 'kan tau itu Jay?" Ia mencoba membuat temannya berada di pihaknya. "Ya ... ngerjain itu 'kan gak butuh sampe seminggu kali, Gio!" ledek Jay. "Berenggsek lu!" teriak Gio kesal. Ia memukkul bahu Jay yang membuat pemuda itu terkekeh. Ia sedang tidak bercanda, kenapa sahabatnya sendiri malah tak percaya? Bahkan anak kost di rumah itu mulai menghilang satu-satu karena tak mau terlibat dengan kejadian ini lebih jauh lagi. Apalagi dimintai pendapat. Begitu juga dengan Jay. "Jay!" Gio menjenggut rambutnya kembali saking frustasinya. Tak ada satu pun yang percaya ucapannya. Apalagi diperkeruh dengan akte yang terlihat asli. Lalu benarkah bayi perempuan mungil ini miliknya? Namun sungguh .... Gio berjongkok menatap bayi yang ada di hadapan. Ia baru menyadari bayi itu masih menangis. Gio mulai iba dan mencari tahu kenapa bayi itu menangis. Ketika ia coba menyentuhnya, bayi itu kembali terdiam. Saat digendong, sang bayi memperhatikan wajah Gio. Pipi bayi itu basah oleh air mata. Gio membersihkan sisa-sisa air matanya dengan mengusap pipi sang bayi dengan lembut. Gio menyadari udara di luar sedikit dingin hingga membawa bayi itu ke dalam. Ia juga membawa masuk keranjang besar itu dan mengunci pintu. Sebagian anak kost yang telah naik ke lantai atas heran karena bayi itu diam begitu Gio menggendongnya. Ada yang bahkan geleng-geleng kepala. "Itu pasti bener bapaknya!" Yang lain tertawa. "Gio ... Gio. Tinggal inget-inget aja, waktu itu maennya ama siapa, iya gak?" Kembali kumpulan pemuda itu tertawa. Ada yang aneh saat memperhatikan wajah bayi itu. Gio baru menyadari bayi mungil ini punya kulit bule. Mata kecilnya mempunyai iris mata coklat tua. Kulitnya putih tapi wajahnya sangat Asia. Rambutnya yang pendek halus itu juga sedikit kecoklatan. Karena itu, bila nama ibunya Nina Khoirunnisa, berarti dia orang Indonesia asli. Atau orang indo seperti ayah angkatnya. Ya, Gio adalah anak angkat, tapi sang ayah angkatnya indo karena itu ia punya nama belakang Hayes. Sedang ibu angkatnya orang Indonesia. Gio sendiri yakin dirinya orang Indonesia asli karena wajahnya yang tidak ada unsur keturunan. Lalu, Nina ini ... apakah dia juga indo? Melihat bayi tampak gelisah, Gio berpikir mungkin bayi itu butuh sussu. Ia mulai membongkar keranjang dengan masih menggendong sang bayi. Pemuda itu menemukan beberapa lembar kertas dan perlengkapan sussu. Di kertas itu ia melihat beberapa petunjuk cara membuat sussu, mengganti pamper, dan yang lain-lain yang berhubungan dengan mengurus bayi. Gio meletakkan kembali bayi itu ke dalam keranjang dan bergegas membuat sussu. Namun sang bayi kembali menangis. Ini membuat Gio pusing. Betapa rumitnya mengurus seorang bayi. Cepat-cepat ia menyeduh sussu bubuk yang telah ia ambil dari kotak sussu dan menyeduhnya dengan air panas dari mesin air. Gio melakukannya mengikuti instruksi pada catatan itu. Setelah selesai, ia bergegas mendatangi bayi malang itu dan kembali menggendongnya. Segera setelah menyumpal mulut bayi itu dengan dot, tangisan pun reda. Bayi minum dengan rakusnya. Terlihat sekali ia kehausan. Sebentar saja timbul butir-butir keringan kecil di dahi sang bayi yang Gio seka kemudian. Bayi itu kembali memperhatikan Gio. Manik matanya menatap Gio dengan penasaran. Sesekali bayi itu berhenti mengedot hanya untuk memperhatikan wajah pemuda itu. Sambil memegangi botol sussu, Gio bersandar ke belakang. Ia menghela napas pelan. Walau sekilas Gio tampak tenang, tapi pikirannya sedang kacau. Tiba-tiba saja ia punya bayi, dan dalam sekejap ia jadi seorang ayah. Bagaimana dengan masa depannya? Bayi itu tak pernah ada dalam rencananya, lalu ia harus bagaimana? Bersambung ....

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.4K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.9K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook