Perasaan yang Terkubur

1249 Kata

Kami berhenti dan menoleh ketika melewati rumah Mbak Retno. Dia yang baru kluar rumah pun langsung menghampiri kami. "Kapan datang?" tanyanya dengan senyum semringah. "Baru saja Mbak. Apa kabar?" "Alhamdulillah baik. Kamu sendiri bagaimana?" tanyanya setelah memelukku sekilas. Mbak Retno umurnya hanya berbeda dua tahun di atasku. Orangtuanya memiliki hubungan baik dengan ibu dan bapak mertua dulu. Maka dari itu, aku mempercayakan merawat rumah di kampung ini pada Mbak Retno, juga mempercayakan kebun untuk dikelola dengan hasil panennya yang sebagian dibagikan ke waga-warga. "Saya juga baik, Mbak. Alhamdulillah." "Syukurlah. Senang bertemu denganmu lagi, Aina." Mbak Retno tersenyum, lalu beralih menatap Bagas yang mengangguk ramah padanya. "Tambah ganteng saja putramu ini. Gagah. Coba

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN