Chapter 1

1005 Kata
Selamat membaca Hati Yura berdenyut nyeri. Dia hanya berdiam diri tanpa ekspresi ketika melihat putra tirinya tanpa ragu langsung meletakkan kado pemberiannya, dan berlari menghampiri Giska dengan raut wajah gembira ketika ibu kandungnya itu datang untuk ikut merayakan pesta ulang tahun Vano yang ke-7 tahun. "Selamat ulang tahun, Ano. Semoga anak Mama tambah pintar dan jadi anak yang sholeh. Pokoknya doa yang terbaik dari Mama untuk Ano," tutur Giska ceria sembari mencium pipi Vano penuh kasih sayang. "Oh iya, ini kado buat Ano," sambungnya tersenyum sembari memberikan sebuah kotak kepada Vano. "Makasih, Ma," sahut Vano riang sembari menerima kado dari Giska. "Ini apa, Ma?" tanyanya antusias. "Buka sekarang aja nggak apa-apa, Sayang," sahut Giska tersenyum lebar. Vano dengan gembira membuka kado dari Giska. Sesaat kemudian raut wajahnya semakin sumringah ketika melihat mainan mobil remote keluaran terbaru di dalam kotak kado tersebut. "Wah, mobil!" seru Vano heboh. Lalu langsung memeluk Giska erat. "Ano sayang, Mama," tuturnya begitu dalam. Giska terkekeh dan membalas pelukan Vano. "Mama juga sayang banget sama Ano," ujarnya gembira sembari mencium puncak kepala Vano. "Ano suka kadonya?" tanya Giska dengan raut wajah berseri-seri. "Ano suka semua barang yang dikasih Mama," sahut Vano polos dengan senyuman lebar yang tak pernah pudar dari wajahnya sejak Giska datang. Giska melirik ke arah Yura yang berada di ujung sana. Sudut bibirnya tersungging ke atas sebelah membentuk senyuman miring. Giska memang sengaja menunjukkan kedekatannya dengan Vano di depan Yura agar wanita itu menyadari posisinya yang hanya sebatas ibu sambung, dan tidak akan pernah lebih dari itu di mata Vano. Seutas senyuman terpatri di bibir Arka ketika melihat interaksi di antara mantan istri, serta putranya yang terlihat sangat senang dengan kehadiran Giska. Pria itu tersenyum sembari menatap hangat ke arah mereka berdua, karena ikut bahagia dengan kedekatan Giska dan Vano. Sedangkan Yura yang melihat senyuman di wajah Arka hanya bisa tersenyum getir. Arka bahkan tidak pernah menunjukkan raut wajah seperti itu ketika bersamanya. Rasa sesak di d**a Yura kian menusuk ketika melihat Vano yang biasanya cuek ketika bersamanya, kini seketika dia berubah menjadi sosok anak yang ceria saat bersama dengan Giska. Sebenarnya Yura sudah sering melihat pemandangan menyakitkan seperti itu. Dia bahkan sudah terbiasa. Karena Giska memang sering datang ke rumah untuk mengunjungi putranya. Meskipun sudah bercerai, tetapi hubungan di antara Arka dan Giska masih terjalin cukup baik. Bahkan terkadang mereka bertiga pergi keluar bersama tanpa Yura layaknya keluarga utuh yang begitu harmonis. Arka memilih untuk berdamai dengan masa lalu dan menerima kehadiran Giska kembali karena memikirkan posisi Vano. Pria itu merasa bersalah karena telah membuat putranya harus berada di tengah keluarga broken home. Karena itu, Arka tidak menolak ketika Giska mengajak pergi bersama untuk menyenangkan Vano, meski hanya pergi bertiga tanpa Yura. Arka terlalu fokus pada kebahagiaan putranya hingga dia tidak sadar jika hal itu menyakiti Yura, dan membuat wanita itu merasa terasingkan di keluarganya sendiri. Yura tersenyum sinis. Apa lagi yang ia harapkan? Mereka berdua tidak pernah membutuhkan dirinya. Kehadiran Giska sudah mampu membuat dua orang tersebut bahagia hanya dengan melihatnya saja. Yura akhirnya memilih pergi ke kamar dan tidak berada di pesta itu sampai akhir. Karena dia sadar diri jika dirinya hanyalah orang asing yang tidak seharusnya berada di sana. "Aku kayak orang bodoh di sini," gumamnya tersenyum kecut. Yura sendiri sebenarnya sudah mengetahui jika Arka masih memiliki perasaan khusus terhadap mantan istrinya itu. Terlihat jelas dari tatapan penuh cinta Arka setiap kali melihat Giska. Dia tidak terlalu tau banyak tentang masa lalu Arka dan Giska. Tetapi sedikit yang Yura tau tentang kisah percintaan mereka berdua yang harus berakhir karena kehadiran orang ketiga. Hubungan mereka harus kandas karena Giska berselingkuh dan memilih untuk bercerai. Awalnya Arka menolak dan masih tetap ingin mempertahankan pernikahannya, karena dia masih mencintai Giska dan tidak ingin putranya tumbuh di keluarga yang tidak utuh. Namun Giska tetap bersikeras untuk bercerai karena wanita itu berniat menikah dengan selingkuhannya. Dan benar saja, tidak lama setelah bercerai dengan Arka. Beberapa bulan kemudian, Giska menikah dengan selingkuhannya yang jauh lebih perhatian dibandingkan dengan Arka yang kaku dan cuek. Dan sahabat Arka yang tidak tega melihat Arka terus terpuruk setelah perpisahannya dengan Giska, menawarkan perjodohan dengan adiknya yang saat itu belum menikah karena tak kunjung menemukan pasangan yang cocok. Dan entah kenapa Arka justru setuju dan menerima perjodohan tersebut tanpa berpikir panjang. Karena Arka tidak ingin jika putranya tumbuh tanpa kasih sayang seorang ibu. Sedangkan Yura awalnya menolak, karena mempermasalahkan status Arka yang sebelumnya sudah menikah. Tetapi Guruh terus mendesak Yura karena tidak tahan melihat adiknya masih menyendiri di usianya yang sudah menginjak 27 tahun. Sampai akhirnya Yura menyerah dan pasrah karena lelah terus mendapatkan tekanan dari berbagai pihak. Dia menyerahkan seluruh hidupnya untuk Arka, dan berharap jika Arka adalah pria yang ditakdirkan untuk menjadi pendamping hidupnya. Namun setelah kurang lebih tiga tahun menjalani kehidupan pernikahan dengan Arka, Yura justru tidak merasa bahagia sama sekali. Karena ternyata Arka menikah dengannya hanya untuk menjadikannya pelampiasan karena kecewa dengan Giska. Bahkan, selama itu Arka tidak pernah menyentuh Yura karena masih terbayang-bayang wajah Giska. Sulit bagi pria itu untuk melupakan cinta pertamanya. Sebenarnya hubungan Arka dan Giska sempat merenggang di awal perceraian mereka berdua. Namun akhirnya mereka kembali dekat setelah Giska bercerai dengan suami barunya satu tahun yang lalu. Karena pria yang Giska anggap jauh lebih baik dari Arka itu ternyata justru berselingkuh dengan wanita lain. Setelah pesta selesai, Arka berjalan menuju ke kamarnya. Sedangkan Vano masih sibuk membuka kado dari teman-temannya di lantai bawah bersama dengan beberapa asisten rumah tangga yang tengah membersihkan sisa-sisa pesta. Arka membuka pintu dan mendapati Yura tengah berada di atas tempat tidur sembari memainkan ponsel. "Kapan kamu ke kamar?" tanya Arka ringan. "Tadi," sahut Yura singkat tanpa menoleh ke arah Arka. "Aku mau mandi dulu. Nanti kalau Vano nyari aku, tolong kamu temenin dia di kamarnya sebentar," ujar Arka. "Hem." Yura hanya berdehem dan masih fokus dengan ponselnya. Arka menaikkan alis sebelah heran dengan sikap Yura yang tiba-tiba menjadi pendiam dan tidak banyak bicara seperti biasanya. Apa karena dia kelelahan setelah menyiapkan pesta ulang tahun untuk Vano? Atau mungkin ini hanya perasaannya saja? TBC.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN