Chap 4

958 Kata
Seperti biasa, pagi itu Kimmy membantu Abby menjalani terapinya. Walaupun kenyataannya, Abby adalah gadis yang sangat malas melakukan terapi. Gadis itu seperti tidak punya semangat untuk sembuh. “Abs, kau baik-baik saja?” tanya Kimmy di sela-sela mereka berlatih berjalan. “Aku capek.” “Ayo, duduklah, akan kupijit kakimu.” Kimmy membantu Abby duduk di sofa dan mulai memijit kakinya. Abby mendesah, menyandarkan kepalanya di sofa dan memejamkan mata. “Ada yang menganggu pikiranmu?” Tanya Kimmy dengan hati-hati. “Kau pernah jatuh cinta, Kim?” tanya Abby tanpa membuka matanya. Sepertinya pernah. Dengan kakakmu. “Kim?” “Eh, ti...tidak. Aku belum pernah jatuh cinta.” Abby membuka matanya. “Serius??” Kimmy mengangguk gugup. “Aku tidak sempat memikirkan hal seperti itu, aku sibuk belajar mengejar beasiswa.” “Lalu kau belum pernah berpacaran?” “Eh...Umm… aku tadi bertanya padamu. Kenapa jadi kau yang mencecarku dengan pertanyaan-pertanyaan konyol itu?” Abby berbaring dan memejamkan mata lagi. “Aku pernah jatuh cinta satu kali. Sejak umurku lima belas tahun, sampai sekarang hanya dia yang kucintai.” “Wow...dia pasti pria yang sangat luar biasa hingga kau begitu mencintainya.” “Sangat,” jawab Abby lirih. “Lalu di mana dia sekarang?” Abby menggeleng. “Sejak kecelakaan itu, semenjak aku sadar, dia tidak pernah muncul lagi. Mungkin dia malu bertemu orang cacat sepertiku,” jawab Abby sambil terisak. Kimmy menghentikan pijatannya dan memeluk bahu gadis itu. “Mungkin ada alasan lain hingga dia tidak menemuimu.” “Aku merindukannya, tetapi kakakku tidak pernah mau menjawab pertanyaanku tentang dia,” ujarnya pilu. “Abs, boleh aku bertanya padamu?” Kimmy melepas pelukannya dan menggenggam kedua tangan Abby. “Kau...kau dan tuan Damian...” “Kami pernah berpacaran,” potong Abby cepat seakan tahu pertanyaannya. Kimmy melongo. Jadi dugaannya benar kalau Damian mencintai Abby? Setiap hari, dia melihat Damian selalu menatap Abby dengan pandangan itu. Pandangan seorang pria yang jatuh cinta. “Dulu kami tidak tahu kalau kami masih saudara. Aku terpisah dari ibu kandungku selama dua puluh lima tahun.” “Ya Tuhan!” “Yeeahh...asal kau tahu, hidupku penuh drama,” katanya sambil tertawa getir dan menghapus air matanya yang berjatuhan. “Lalu apa kau juga mencintai tuan Damian?” Abby menggeleng. “Sejak awal, aku melihatnya sebagai kakakku seperti kakak angkatku, Kak Dave.” “Lalu kenapa kau menerimanya menjadi pacarmu?” “Aku juga ingin bisa mencintainya Kim, dia orang baik. Dia orang yang mudah dicintai. Aku yakin aku akan bisa mencintainya seiring waktu berjalan. Akan tetapi tiba-tiba kenyataan itu terbentang nyata di hadapan kami.” “Dia masih mencintaimu.” “Aku tahu.” Kimmy mendesah. “Kau jatuh cinta dengan kakakku kan?” Kimmy tergagap. Dia menunduk untuk menyembunyikan mukanya yang memerah. Abby tertawa. “Maukah kau membantuku untuk membuatnya jatuh cinta padamu?” ********* Damian mendengar semuanya. Dia baru saja mengecek Abby di kamarnya dan mendapati gadis itu tidak ada di sana. Karena melihat tas Kimmy tergeletak di kursi, dia yakin mereka ada di kamar terapi. Baru saja dia akan membuka pintu saat mendengar Abby berbicara. “Aku pernah jatuh cinta satu kali. Sejak umurku lima belas tahun, sampai sekarang hanya dia yang kucintai.” Damian menghela napas. Andra lagi, batinnya pilu. “Wow...dia pasti pria yang sangat luar biasa hingga kau begitu mencintainya.” “Sangat.” “Lalu di mana dia sekarang?” Dia mendengar Abby terisak. s**t! Kau membuatnya menangis lagi, Damian. Damian sering mendengar adiknya menangis malam-malam. Damian tahu Abby pasti merindukan pria itu. Sungguh, dia ingin selalu membuat Abby tertawa bahagia. Akan tetapi saat ini dia belum bisa membawa Devandra ke sini. Hatinya belum siap. Damian menguping lagi setelah selesai bergumul dengan pikirannya.  “Kau jatuh cinta dengan kakakku kan?” Damian tidak mendengar jawaban apapun. “Maukah kau membantuku untuk membuatnya jatuh cinta padamu?” Alis Damian berkerut-kerut memikirkan rencana apa yang akan dipakai adiknya untuk menjodohkannya dengan Kimmy. Dan Damian akan menolaknya mati-matian. Ia berbalik arah dan berderap kembali ke kamarnya. Ia duduk di sofa di depan balkon, menempelkan ponsel di telinganya. “Dave.” “Ada apa? Aku sedang ada meeting.” “Soal Abby.” “Kenapa? Dia baik-baik saja kan?” Damian tertawa kecil mendengar suara panik Dave. “She's fine, tenang saja.” “Jangan membuatku panik!!” Dia membentak. Mereka berdua sama protektifnya dengan gadis itu. “Hanya saja...” Damian terdiam. “Kenapa?? Katakan saja apa yang terjadi! Jangan membuatku gila!” “Abby merindukannya.” Dave terkesiap di ujung sana.“Aku sudah bilang padamu, kan? Ini tidak akan baik untuk mereka berdua.” “Aku tahu! Aku hanya ingin memberi pelajaran pada si bodoh itu,” dan hatiku masih tidak rela mereka bersama, lanjut batin Damian. Dave menghela napas kasar.“Damian, berbesar hatilah. Abby adik kita, Andra sahabat kita dan dia sudah menyadari kesalahannya dulu. Berpikirlah dengan jernih. Kita melihat kejahatan orang lain karena kita tahu kejahatan yang ada dalam diri kita sendiri. Kita tidak pernah mengampuni mereka yang melukai kita karena kita percaya bahwa kita tidak akan diampuni. Kita mengucapkan kebenaran yang menyakitkan kepada orang lain karena kita ingin menyembunyikannya dari diri kita sendiri. Kita memamerkan kekuatan kita supaya tidak seorang pun melihat betapa rapuhnya kita. Itu sebabnya,pada saat kita menghakimi saudara kita, sadarilah bahwa diri kita sendirilah yang sedang dihakimi. Pikirkanlah ini Damian. I'll call you later.” Damian terdiam masih dengan ponsel menempel di telinganya setelah Dave memutus panggilannya. Apa dia sejahat itu pada adik dan sahabat yang begitu dicintainya? Apa dia sebrengsek itu hingga tega memisahkan dua orang yang saling mencintai? Sebulir bening jatuh di pipinya yang kokoh. Dan untuk pertama kalinya setelah sekian lama menahan emosinya, dia menangis terisak-isak. Mengeluarkan semua beban di hatinya lewat air mata itu.                      
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN