Bab 17 : Tidak Bahagia

1213 Kata

“Nggak, kenapa tiba-tiba bilang begitu? Biar apa?” Ardika menelan salivanya, tertekan oleh wajah ketus Sanya. “Ini jadi mau ditemenin makan atau nggak?” “Jadi,” potong Ardika cepat. Sanya langsung melangkah, nyelonong melewati Ardika—berjalan menuju ruang makan. Ardika sempat menoleh, menatap punggung wanita itu, lalu akhirnya menyusul. “Kamu dari mana?” tanya Ardika sambil membuka bungkusan makan malamnya. “Habis ngopi.” “Ngopi di mana?” “Saya pulang—” Ardika cepat menahan—meraih tangan Sanya yang baru saja akan beranjak. Ia meminta maaf, melipat bibirnya, dan menyantap makanannya. Di sela makan, Ardika membahas beberapa pekerjaan. Bagaimana lagi? Kalau bicara hal pribadi, wanita itu ogah-ogahan menanggapinya. Sementara Ardika sibuk membahas kerjaan, Sanya malah larut dalam pikira

Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN