“Katakan saja kalau kamu merindukan saya,” ulang Ardika. Sanya otomatis menjelingkan mata jengah, meski lelaki di seberang sana tentu tak melihatnya. “Sibuk, Pak?” tanyanya, menggigit bibir bawah. Pertanyaan itu terdengar terlalu basa-basi bahkan bagi dirinya sendiri. “Pertanyaan macam apa itu? Ya sibuk, lah. Namanya juga bos,” jawab Ardika dengan nada sombong. Sanya tersenyum kecil, jujur ia kesal tapi juga terhibur. “Bagaimana harimu hari ini, Sanya?” lanjutnya. Sanya tidak langsung menjawab ada jeda singkat karena hatinya menghangat mendengar pertanyaan itu keluar dari mulut Ardika. “Lebih baik dari kemarin.” “Bagus. Saya senang mendengarnya.” Kembali jeda singkat sebelum Sanya berani menyinggung soal renovasi kantor. Wanita itu terang-terangan menanyakan, apakah ada hubungannya

