bc

Istri Penebus Utang Milik Duda Arogan

book_age18+
402
IKUTI
6.5K
BACA
HE
age gap
stepfather
tragedy
like
intro-logo
Uraian

Maya Wulandari hanya bisa pasrah menerima nasib saat sang ayah memaksanya menjadi alat penebus utang pada seorang duda bernama Bhaskara AdiwijayaMaya terpaksa menerima duda arogan itu sebagai suami agar sang ayah yang temperamental tidak menyiksa ibunya. Namun, kehidupan rumah tangga Maya dengan Bhaskara jauh dari kata bahagia, karena sang duda arogan tidak pernah menghargai Maya dan selalu memandangnya rendahSanggupkah Maya bertahan dalam menjalani bahtera rumah tangga dengan Bhaskara sekaligus meluluhkan hati duda arogan yang sedingin salju itu?

chap-preview
Pratinjau gratis
Bab 1. Penebus Utang
"Lepaskan aku, Ayah! Ayah mau ngapain?" teriak Maya sembari mencoba melepaskan pegangan Hendra dari kedua lengannya. Namun, bukannya melepaskan, ayah Maya yang sedang mabuk berat itu malah mendorong tubuh anak gadisnya hingga menempel dinding rumah. Bau alkohol menguar melalui mulut lelaki paruh baya itu, membuat Maya merasa mual. "Kamu jangan coba-coba melawan atau kabur dari rumah ini. Ingat, besok kamu harus tetap menikah dengan Bhaskara," ancam Hendra sembari mencengkram lengan putrinya. Lelaki paruh baya itu bahkan mendekatkan wajahnya ke arah Maya, membuat gadis itu memejamkan mata sembari menahan napas karena tidak tahan dengan bau alkohol yang menyengat, serta memalingkan wajah. "Tapi, Ayah. Aku--" "Jangan membantahku!" teriak Hendra sembari menampar pipi Maya, membuat gadis itu hampir terjatuh. Maya menangis sembari memegang pipinya yang memerah. Perlakuan demikian bukan baru kali ini saja diterima Maya dari ayahnya. Sejak kecil, lelaki itu sering melakukan kekerasan tidak hanya terhadap dirinya,tetapi juga pada ibunya. Pernah suatu saat Maya berniat kabur dari rumah karena tidak tahan dengan perlakuan sang ayah. Namun, yang terjadi malah Hendra menyiksa ibunya, membuat Maya tidak tega meninggalkan wanita yang telah melahirkan itu bersama lelaki temperamental seperti Hendra. "Sakit? Itu akibatnya kalau kamu membantah Ayah," ucap Hendra yang sama sekali tidak merasa menyesal telah menampar putrinya. Lelaki paruh baya itu mendekati Maya lagi dan memegang dagu Gadis itu lalu mendongakkan wajahnya. "Kamu cantik juga, May? Pasti Bhaskara akan puas dan bertambah awet muda kalo bisa menghisap madumu," bisik Hendra membuat Maya bergidik ngeri. "Ayah, jangan!" teriak Maya saat jemari nakal milik Hendra yang otaknya sudah terkontaminasi alkohol, mulai bergerilya di tubuh Maya. Gadis itu berontak dan mendorong sang ayah hingga jatuh tersungkur, lalu mencoba berlari keluar kamar. Namun, dengan sigap Hendra mencekal pergelangan tangannya, membuat Maya panik. Hendra kemudian menarik tangan Maya dan mendekap tubuh ramping gadis itu ke dalam pelukan. "Sebelum Bhaskara menikmati tubuhmu, nggak ada salahnya kalau Ayah dulu yang membuka jalannya," ucap Hendra dengan tatapan penuh nafsu. "Jangan, Ayah! Sadarlah aku ini anakmu," ucap Maya sembari berontak, mencoba melepaskan diri dari pelukan sang ayah. Namun, Hendra malah tertawa dan semakin memperkuat pelukannya. Maya tak habis pikir, kenapa ayahnya bisa bersikap sedemikian. "Ayah, aku mohon sadarlah. Aku ini anakmu, Ayah. Darah dagingmu," ucap Maya sembari menangis. "Sekejam-kejamnya seorang ayah, dia tidak akan mungkin tega untuk mengambil kehormatan putrinya sendiri," lanjut Maya membuat Hendra tertawa. Memang sedari kecil sikap Hendra terhadap Maya tidaklah baik. Lelaki itu sering memarahi Maya, bahkan tidak segan memukul gadis itu. Semenjak terkena PHK dan menjadi pengangguran, Hendra semakin temperamental. Bahkan tak jarang Maya dan ibunya mendapatkan perlakuan kasar. Namun, Maya tidak pernah membenci ayahnya. Walau bagaimanapun buruknya sikap Hendra, lelaki itu tetaplah ayahnya Hendra yang dulunya bekerja keras berubah drastis menjadi pemabuk dan penjudi setelah terkena PHK, sehingga utangnya semakin menumpuk banyak. Belakangan diketahui lelaki itu punya banyak utang pada teman semasa SMA-nya, yakni Bhaskara Adiwijaya, seorang pengusaha kafe yang sudah banyak memiliki cabang di berbagai kota. Merasa tidak sanggup membayar utang yang sedemikian banyak, akhirnya Hendra menawarkan Maya untuk dinikahi Bhaskara yang seorang duda sebagai penebus utangnya dan Bhaskara pun menyetujui. "Aku bukan ayahmu," ucap Hendra sembari mendorong tubuh Maya ke atas ranjang membuat Maya syok. "Apa maksud Ayah? Kalau ayah bukan ayahku, lalu siapa ayahku?" tanyanya. Namun, bukannya menjawab pertanyaan Maya, Hendra malah mengukung tubuh gadis itu dan mulai menyibak pakaian bawah Maya. Gadis itu menjerit minta tolong. "Hendra, lepaskan Maya!" Seorang wanita paruh baya muncul dari depan pintu kamar lalu memukul kepala Hendra dengan sapu. Lelaki paruh baya itu terkejut dan merasa pusing sehingga memegang kepalanya dan melepaskan Maya. "Lari, Maya! Pergi dari sini!" titah wanita yang tidak lain adalah Weni, ibu Maya. "Tapi, Bu. Bagaimana dengan ibu?" tanya Maya cemas. Sebenarnya gadis itu ingin pergi jauh dan terlepas dari ayahnya yang temperamental dan kejam. Namun, Maya mengkhawatirkan kondisi ibunya. "Jangan pikirkan ibu. Kamu pergi saja, May," titah Weni. Maya mengangguk dan berniat keluar meminta bantuan tetangga atau siapa saja. Barangkali saja ada orang yang bisa membebaskan mereka dari sang ayah. "Jangan sekali-kali kamu berani pergi atau kalian tidak akan pernah bertemu Nathan lagi," ancam Hendra membuat Maya yang sudah bersiap pergi menghentikan langkah dan berbalik menatap sang ayah. Nathan adalah adik Maya yang masih duduk di bangku SD. Beberapa hari ini anak itu disembunyikan entah di mana oleh Hendra untuk jaminan agar Maya mau menikah dengan Bhaskara. "Ayah tolong jangan sakiti ibu dan Nathan. Maya janji memenuhi keinginan Ayah. Besok, Maya akan menikah dengan Om Bhaskara," ucap Maya membuat Weni menggelengkan kepala. "May, jangan!" ucap wanita itu. Namun, Maya tetap teguh dengan pendiriannya. "Bagus, Maya. Ini pilihan yang tepat buatmu. Awas, ya. Kalau kamu mengingkari janji, maka selamanya kalian tidak akan pernah bertemu Nathan," ancam Hendra lagi. "Baik, Yah. Tapi aku juga punya satu permintaan. Tolong lepaskan ibu dan Nathan. Aku rela menjadi b***k ayah," ucap Maya membuat Weni menggelengkan kepala sambil menangis. Sementara Hendra tertawa. "Anak yang baik. Tidak rugi aku membesarkanmu dari kecil. Ingat, kamu harus patuh padaku karena jika tidak, maka Ibumu dan Nathan akan menanggung akibatnya, ngerti!" Setelah berkata demikian Hendra pergi meninggalkan dua wanita beda generasi itu. Weni segera berlari memeluk Maya. "Maafkan Ibu, Maya. Tak seharusnya kamu berkorban demi kami," tangis Weni pecah. Namun, wanita paruh baya itu tidak bisa berbuat apa-apa selain pasrah karena takut Nathan akan menjadi korban kebiadaban suaminya. "Bu, kenapa ayah begitu kejam padaku dan juga Nathan? Apa benar dia bukan Ayah kami?" Pertanyaan Maya membuat Weni melepaskan pelukannya. Wanita paruh baya itu menatap putrinya. "Dia memang bukan ayah kandungmu, May. Saat menikah dengannya, Ibu sudah mengandung kamu. Itulah sebabnya Hendra sangat membencimu sampai saat ini, bahkan sebaik apapun sikapmu padanya." "Apa? Jadi, Ayah bukan ayah kandungmu? Lalu siapa sebenarnya ayahku, Bu? Katakan padaku!" "Ibu juga tidak tahu, May. Ibu tidak tahu siapa ayahmu karena satu bulan sebelum menikah dengan Hendra, ibu mengalami pelecehan dan itu terjadi saat Ibu tidak sadarkan diri. Jadi, ibu sama sekali tidak tahu siapa sebenarnya ayah kandungmu. Maafkan Ibu, Maya. Ibu telah membawamu dalam penderitaan. Semua salah ibu," Weni kembali memeluk Maya keduanya pun menangis. "May, kamu yakin besok akan menikah dengan Bhaskara? Meski kaya raya, tetapi usia kalian terpaut jauh. Bhaskara lebih pantas jadi ayahmu," ucap Weni setelah melepaskan pelukannya. "Demi Ibu dan Nathan, aku akan melakukan apa saja. Ibu harus janji, setelah aku menikah dengan Om Bhaskara, Ibu harus membawa Nathan pergi meninggalkan Ayah. Pergi yang jauh, Bu. Jangan khawatirkan Maya. Aku akan baik-baik saja." "Tapi, May. Bhaskara itu orangnya dingin dan arogan. Kamu yakin bisa bertahan dengan lelaki seperti dia?" tanya Weni cemas. "Ibu tenang saja, sejak kecil aku sudah terbiasa dengan sikap kasar Ayah. Jadi, jangan khawatir. Aku pasti bisa menghadapinya. Yang penting, ibu dan Nathan harus bisa lepas dari Ayah." "Terima kasih, Maya. Maafkan Ibu, ya. Semoga keikhlasanmu akan berbuah manis. Semoga Bhaskara bisa menyelamatkanmu dari nasib buruk ini," ucap Weni yang tak kuasa menahan air matanya. Kedua wanita beda generasi itu pun kembali berpelukan.

editor-pick
Dreame-Pilihan editor

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.6K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.7K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.2K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.4K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
54.7K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Pindai untuk mengunduh app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook