BAB 5

979 Kata
Aldric berangkat kerja dengan tidak semangat. Sena memang tidak marah atau mendiamkannya tapi, istrinya itu selalu menyindirnya. Bahkan ketika ia berniat mencium istrinya, istrinya itu akan menjauhinya karena tidak mau ia cium. Padahal ia sudah lama tidak menyentuh istrinya itu. Aldric mendesah. “Sena beneran marah Al?” Tanya Melvin. Aldric menganguk. Tak hanya Aldric, Reza juga semakin memelas. Apalagi kalau bukan Caca yang semakin marah padanya. “Al, gue numpang di Apart lo ya?” Minta Reza. Aldric melihatnya penasaran. “Lo diusir Caca?” Tanya Aldric. Reza menggeleng. “Caca mau pergi dari apart. Gue khawatir. Jadi, gue bilang aja biar gue yang keluar dulu dari apart, nebeng ke lo.” Jawabnya. Aldric menganguk mengiyakan. Selesai kerja mereka pulang bersama. Dan Melvin pulang bersama Gea. Aldric pun menggosipkannya dengan Reza. Aldric pikir Melvin menyukai Gea. Sementara Reza juga memberitahuAldric bahwa Lois berharap bisa balikan dengan Gea. Tentu saja Aldric terkejut. Dia tidak tau kenyataan itu. Percakapan mereka masih berlanjut. Apapaun mereka bahas agar bisa melupakan masalah yang sedang terjadi. Sampai di Apartemen, baru saja membuka pintu suara tangisan bayi sudah terdengar.  “Lo betah nggak ntar?” Tanya Aldric. “Betah. Ala-ala latihan dah.” Balas Reza dengan tertawa kecil. Aldric menyuruh Reza tidur di kamar sebelahnya. Reza ingin menyapa Sena sebelum tidur, tapi di larang oleh Aldric. Aldric menyuruh Reza langsung masuk kedalam kamar. Reza menurut. Aldric menghampiri Sena. Sena tersenyum melihat Aldric. Ia lega akhirnya suaminya itu pulang juga. Aldric tanpa diminta mulai menggantikan posisi Sena. Sena berlari kecil ke kamarnya sembari menyusui salah satu putranya. Tak lama Aldric masuk ke kamarnya. Ia langsung mengambil anaknya di box dan memberikannya ASI milik Sena yang baru saja di panaskan. Sena menata tempat tidurnya sebelum menyusuinya sembari tidur. “Reza nginep sini.” Kata Aldric. “Iya.” Jawab Sena yang setengah tertidur. **** Mendengar suara teriakan dari mbak Nila Artnya. Sena segera keluar kamarnya. Melihat Reza ia terkejut. Ia pun bertanya kepada Reza apa yan dilakukan Reza disini.  “Gue nginep sini. Aldric nggak bilang ya?” Tanya Reza. Sena menggeleng. Aldric tidak mengatakan apapun padanya. Tak lama Aldric keluar dengan membawa Elios. Sena menatap Aldric meminta penjelasan.  “Aku udah bilang semalam.” “Kapan??” Tanya Sena dengan mendekati Aldric. Ia menatap putranya dengan tersenyum. “Senalam sayang ... Kamu bilang iya.” “Sorry ya Sen ngerepotin.” “Gapapa Za. Sans aja.” “Lo mau kemana Al?” Tanya Reza. “Jemur Elias.” Sena menatap Aldric lalu mencubit perut Aldric keras. Aldric menahan tetiakannya. “Elios! Yang kamu gendong itu Elios!!” Reza menahan tawanya. “Ya ampun sayang.. Kok bisa sih kamu punya papa kayak gini.” Kata Sena ke Elios gemas. Elios tersenyum sebagai jawaban. “Kalo bisa di tuker mama tukerin papa kamu.” Kata Sena lagi. Aldric menatap Sena. Kok bisa-bisanya Sena bicara begitu ke putranya. “Iya kan.. Kamu juga setuju sayang?” Elios membalasnya dengan tertawa kecil. Sena melihatnya senang. Ia lalu mencium gemas. “Sen ... Kok kamu ngomongnya gitu sih.” Protes Aldric. “Anak siapa sih. .. Kok ganteng gini. Anaknya mama ya.” “Kan mirip papanya. Jelas ganteng dong.” Balas Aldric sewot karna Sena tak memperdulikannya. “Elios sayang .... Muachh ... Ya ampun ... Kok kamu ganteng gini sih.” Puji Sena. “Elias di kamar sendirian itu.” Kata Aldric. “Oh iya .. Bye bye sayang. Mama jemput adek dulu ya. Elios yang pinter sama papa.” kata Sena yang langsung melesat pergi. “Emang ganteng sih anak lo!” “Jelas dong ... Bokapnya aja ganteng. Oh ya, lo makan disini aja. Gue mau keluar dulu.” Reza menolak. Ia lebih memilih ikut dengan Aldric. Aldric pun mengizinkannya. Tak lama Sena muncul. Kini mereka menjemur anak mereka di bawah apartemen tepatnya di depan Cafe. Cukup beruntung jika pagi begini tempat ini sepi dan bebas asap rokok. Karena bosan, Reza pun memberitahu Aldric bahwa Brahms akan mengajak mereka pergi. Tapi, belum selesai bicara, Sena langsung memotongnya dan mengancam Aldric. Aldric tersenyum dan mengatakan bahwa ia tak akan pergi. Reza menatap sahabatnya itu takjub. Ternyata Aldric suami-suami takut istri. Sena lalu mengancam Aldric agar lai-lai itu tidak berteman lagi dengan Brahms. Ia tak menyukainya. Tentu saja Aldric langsung mencari alasan. Karena hal tersebut, Sena menjadi marah kembali karena Aldric yang lebih mementingkan Brahms dibanding ia dan anak-anaknya. Ia mulai mengungkit setiap kesalahan Aldric. Aldric hanya bisa meminta maaf. Setelah puas ganti Sena yang mengancam Reza. **** Aldric menatap Sena yang bergurau dengan Melvin, Ryan, Gea dan Reza. Terlebih dengan Ryan. Sena sempat memeluknya karna Sena membawakannya Martabak manis. Aldric heran. Dimana Ryan beli itu Martabak sehingga siang-siang gini dia mendapatkan makanan itu. Ryan juga mengajak putrinya yang kini putrinya bermain dengan kedua putranya dan mbak Nila. Sena meninggalkannya karna anaknya diam tak rewel. Kini mereka berbicara kembali dan bercanda. Aldric menatap Sena yang tertawa bahagia berbicara dengan teman-temannya. Terlebih kepada Ryan. “Sini.” Kata Sena ke Ryan. Plakk. “Awh,” Keluh Ryan dengan menyentuh keningnya. “Sakit b**o!” Balas Ryan. “Biarin, lu ngeselin. Sini lagi.” “Ogah.” “Sini,” Kata Sena yang menarik Ryan agar mendekat ke arahnya. Ryan menutup matanya ketika Sena hendak memukul keningnya kembali. Aldric cemburu melihatnya. Apa Sena tidak memperdulikan perasaannya sehingga Sena bermesraan dengan Ryan di depan matanya. Terlebih kedua temannya lagi. Mereka tertawa dan mengikuti gerakan Sena. Hanya Aldric yang diam seolah dia sedang ngontrak. Kini Ryan merangkul Sena dengan membenturkan kepalanya ke kepala milik Sena. Aldric panas. Kini ia langsung bangun dan memisahkan Sena dan Ryan. Ia duduk di tengahnya. Sena dan Ryan menatapnya. Ryan menatapnya mengerti karna sepertinya temannya itu cemburu. Sedangkan Sena menatapnya seolah ia terganggu. Dan akhirnya suasana mereka canggung. Bahkan Reza dan Melvin yang tertawa ikut diam melihat kelakuan Aldric yang mirip orang tidak mendapatkan jatah bertahun-tahun itu.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN