BAB 3

1164 Kata
Aldric libur kerja, sebenarnya bukan libur. Tapi ia dan teman-temanya yang bekerjasama di Cafe sepakat meliburkan diri. Mereka akan membantu Ryan pindahan di sebuah rumah yang lebih dekat dengan Cafe, Campus, dan sekolah putrinya. Selesai pindahan mereka akan melakukan acara bakaran ikan. Tak butuh waktu lama bagi Ryan memindahkan barangnya. Selesai itu, mereka membuka kardus Sean membantunya membereskan. Jika kalian pikir barang milik Ryan banyak, kalian salah. Barang Ryan sedikit. Dan barang milik putrinya lumayan. Ketika membongkar barang-barang Reza menemukan album foto. Ia membukanya. “Ini Sena ya?” tanya Reza. Mendengar nama Sena Aldric langsung mendekati Reza. Ryan meminta menunjukan foto itu, ia lalu menggeleng. “Itu Arlect, almarhum istri gue. Wajahnya emang mirip sih sama Sena. Dulu Sena nggak pernah punya rambut hitam. Kalo ada foto rambut hitam pendek sebahu disana yang mirip Sena itu Arlect.” Aldric langsung menepuk keras bahu Reza. Melvin yang baru selesai menata dapur, langsung mendekati Reza. “Nggak punya fotonya Sena?” Tanya Reza yang berniat menggoda Aldric. “Ada,” Jawab Ryan yang kemudian mendekati Reza. Ia mengambil album foto yang lain. “Ini foto Sena.” Reza, Melvin dan Aldric lalu melihat foto itu.  “Ini Arabel kan ya?” Tanya Melvin memastikan. “Iya, itu Arabel.” “Gila cantik banget. Bagi nomor telfonnya dong.” Saut Brahms yang tiba-tiba sudah berada di belakang mereka bertiga. Jelas Reza, Melvin dan Aldric terlonjak. “Samperin aja langsung ke rumahnya.” Saut Melvin. “Dimana?” Tanya Brahms.. “Kuburan.” Jawab Reza yang kini tertawa. “Anjing!! Gue serius nih.” Balas Brahms. “Dia udah meninggal 5 tahun yang lalu.” Saut Lois yang merapikan bajunya. Reza dan Melvin tertawa. Tak lama ia membuka lembaran foto itu. Ada foto Arabel lagi dengan Sena. Sena dan Ryan. Foto mereka bertiga. Lalu Sena dengan seorang laki-laki yang tak Aldric kenal. Jika hanya foto berdua Aldric tidak akan terganggu. Tapi masalahnya Sena di gendong oleh laki-laki itu. Aldric pun bertanya kepada Ryan. “Oh ... Itu mantannya Sena.” Jawab Aldric. “Gila ... Cakep juga mantannya Sena.” Goda Brahmss. “Cakepan juga gua!” Balas Aldric yang langsung mengambil foto itu dan meremasnya. “Sama mantan aja cemburu!” Ejek Reza kini. “Gue nggak cemburu! Cuma jijik aja sama foto ini! Balas Aldric. Ryan tersenyum melihatnya lalu geleng-geleng kepala. Rayan mengambil foto itu lalu mendekat ke arah teman-temannya. “Ini foto waktu apa?” Tanya Aldric ke Ryan. “Oh ini, Agustus-an. Karnaval.” Jawab Ryan. “Ini Sena?” Tanya Brahms. “Cantik ya kalo kek gini! Kelihatan kalem banget.” “Keknya cuma itu deh satu-satunya foto Sena yang kalem yang gue punya. Lainnya lo lihat sendiri deh. Itu aja  mantannya tadi yang ngambil fotonya. Kalau nggak mantannya mana mau tuh anak foto kalem gini.” Setelah Aldric fikir. Itu benar ... Dia sering sekali melihat foto Sena ketika istrinya itu belum mengalami kecelakaan. Istrinya itu jika foto selaku pamer lekukan tubuhnya dan nyentrik. Baru saja Aldric batinkan ia sudah melihat Sena yang pamer badannya. “Ini foto umur berapa?” Tanya Brahms. “16 keknya.” “Gila!” Plakk.. Aldric menempeleng kepala Brahms. “Istri gue itu!” Kata Aldric kesal. Brahms tersenyum lalu membalik halaman foto tersebut. “Kalo yang ini foto Sena waktu umur 19. Gue dapet ini dari Arlect. Arlect dapat foto ini di rumah neneknya Sena. Waktu itu Arlect kepo banget sama Sena. Jadi, dia minta ke neneknya Sena buat nunjukin foto Sena. Dia bilang dia penasaran karna banyaknya orang yang bilang kalo dia mirip Sena. Alhasil dikasih foto itu, Sena sering ngirim beberapa foto liburan ke neneknya. Terus foto itu diambil sama Arlect waktu neneknya dapat tamu. Terus di kasihin ke gue.” Jelas Ryan. Aldric langsung merebut album foto itu dan berdiri menjauhi teman-temannya. “Fotonya Sena mana lagi?” Ryan langsung mengambil 2 album foto lagi. Aldric menerimanya. “Gue bawa foto istri gue!!” Tegas Aldric yang langsung berjalan keluar. Ia menaruh album foto itu di dalam mobilnya. Ketika hendak mengemudikan mobilnya, tiba-tiba Lois mengetuk jendela mobilnya. Aldric menurunkan jendelanya. “Lo mau kemana? Ikannya nih.” Kata Lois dengan membawa seplastik besar penuh ikan “Gue nggak jadi ikut. Mau pulang. Duluan ya. Bye” Kata Aldric yang langsung mengemudikan mobilnya. Sesampainya di rumah Aldric langsung menyimpan album foto itu di laci kamarnya. Sena menoleh, ia melihat Aldric terkejut. Ia tak menyangka jika Aldric akan pulang secepat itu. “Ada yang ketinggalan?” Tanya Sena yang kini meletakan mainan anaknya. “Nggak ada. Hari ini libur. Anak-anak pada bakaran.” Jawab Aldric yang berjalan menhampiri Sena lalu duduk didepannya. Aldric menatap kedua putranya yang bermain dengan tangannya sendiri. “Terus kenapa pulang nggak ikut bakaran?” Tanya Sena. “Gapapa. Aku mau main sama kamu dan anak-anak aja.” Balas Aldric yang kini mengambil mainan di tangan Sena. Aldric lalu mengajak putranya bermain. Putranya tertawa dan berusaha meraih mainan yang dipegang oleh Aldric. Sena tersenyum melihatnya. “Kalau gitu, aku bikin tugas dulu ya.” Kata Sena. Aldric menganguk. Sena lalu bangkit dan mengambil laptonya. Ia berjalan keluar dan mulai mengerjakannya di ruang tamu. Sena masuk kembali kedalam kamar. Ia mengambil buku tebal miliknya dan mulai mengikat rambutnya. “Al lihat kacamataku nggak?” Tanya Sena. “Di meja nggak ada?” Tanya Aldric. “Enggak.” “Di laci nomor 2 sebelah kiri kali.” Jawab Aldric. Sena mencari sesuai petunjuk yang dikatakan oleh Aldric. Dan ia menemukannya. “Udah ketemu. Thanks.” Ucap Sena. Setelah itu ia berjalan keluar dan mengerjakan tugasnya. Melihat kedua putranya yang tertidur, Aldric bangkit. Ia haus. Selesai mengambil minum ia lalu membuat jus untuk Sena. Aldric meletakan gelas disamping Sena. Tapi, Sena seolah tak sadar. Istrinya itu fokus kepada pekerjaannya membuat tugas. Aldric memperhatikannya. Setelah ia lihat-lihat ternyata istrinya itu sangat cantik jika sedang belajar begini. Aldric berpindah. Ia duduk di samping Sena memperhatikannya dari samping. Istrinya itu masih tak sadar dengan keberadaannya karna sangat serius. Aldric menatap wajah Sena. Pipi perempuan itu cubby. Hidungnya mancung, dan matanya bulat sempurna. Bibirnya yang bewarna pink itu sangat menggoda. Aldric lalu mencium bibir itu. Sontak Sena terkejut dan mendorong Aldric. “Aldric, kaget tau!” “Abisnya kamu fokus banget sampe ga sadar kalau ada aku.” “Iya ... Sorry.” Aldric mendekatkan wajahnya, berniat mencium Sena kembali. Tapi dengan cepat Sena menutup mulut Aldric. “Sumpah Al, jangan ganggu. Aku sibuk.” Kata Sena. Aldric menghela napas. Ia lalu kembali ke posisinya. Dan menyenderkan kepalanya di bahu Sena. Sena menyingkirkan bahunya. Ia terganggu dengan Aldric yang bersandar. Jelas Aldric tak suka dengan tindakan Sena. Kini ia malah dengan sengaja memeluk Sena. “Aldricc ...” “Cium dulu.” Kata Aldric. Sena pun menurutinya. Ia mengecup singkat bibir Aldric. “Lagi.” Sena mengulanginya. Aldric tertawa. “Lagi.” “Nggak ada!! Udah sana. Jangan ganggu.” Aldric memajukan bibirnya. Ia lalu bangkit. Dan menjuhi Sena membiarkan perempuan itu mengerjakan tugasnya.
Bacaan gratis untuk pengguna baru
Pindai untuk mengunduh app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Penulis
  • chap_listDaftar Isi
  • likeTAMBAHKAN