Marisa segera melepas mukena dan melipatnya setelah mencium tangan sang suami usai mereka salat subuh. Ketika wanita itu hendak berdiri, Aksara menahan lengannya. Membuat Marisa kembali duduk di samping suaminya. "Aku mau masak, Mas." "Nggak usah masak. Nanti mas belikan nasi bakar di bawah," cegah Aksara. Di lantai dasar memang ada kedai kecil penjual kopi dan nasi. Buka hanya sampai jam sembilan pagi saja. Aksara merengkuh pundak istrinya. Mencium aroma wangi shampo di rambut Marisa. Apapun aroma yang tercium, sudah menjadi candu baginya. Membangkitkan gairah tak peduli kapan pun, terlebih sekarang mereka hanya tinggal berdua. Tak ada yang membuat canggung saat satu keinginan paling mendasar itu minta dituntaskan. Malam, sehabis salat subuh, atau ketika mereka rebahan siang hari di ak

